Bagaimana jadinya jika seorang siswa SMA yang hidup sebatang kara mendapatkan anugrah sebuah Sistem Spin Kekayaan dan Kekuatan oleh seorang pengemis yang ternyata adalah seorang Dewa?.
Rendi Murdianto, seorang anak laki-laki yang hidup sebatang kara, orang tuanya meninggalkan dirinya ketika masih kecil bersama neneknya.
Hidup Rendi sangatlah miskin, untung saja biaya sekolah di gratiskan oleh pemerintah, meskipun masih ada kebutuhan lain yang harus dia penuhi, setidaknya dia tidak perlu membayar biaya sekolah.
Seragam sekolah Rendi pemberian tetangganya, sepatu, dan perlengkapan lainnya juga di berikan oleh orang-orang yang kasihan padanya. Bahkan Rendi mau saja mengambil buku bekas yang kertas kosongnya hanya tinggal beberapa lembar.
Kehidupan Rendi jauh dari kata layak, Neneknya mencoba menghidupi dia semampunya. Namun, ketika Rendi duduk di bangku SMP, Neneknya harus di panggil sang pencipta, sehingga Rendi mulai menjalankan hidupnya seorang diri.
Hidup tanpa keluarga tentu mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alveandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Keberanian Si Miskin
Novi melihat Rendi yang menatap geng Roni dengan tajam, dia juga ikut melihat geng Roni, Novi mengerutkan kening saat mereka babak belur, di tambah Roni tidak bersama dengan mereka.
"Ucok, Tigor! Kenapa kalian babak belur?" tegur Novi pada dua bawahan Roni tersebut.
"Kamu kaya gak tahu saja Nov, mereka itu biang rusuh, wajar sajalah babak belur!" jawab Sela sinis.
"Iya Nov, ngapain kamu tanya-tanya mereka, gak penting juga para berandalan itu!" Kinan menimpali.
Ucok dan Tigor tidak berani menjawab, mereka berjalan semakin cepat sambil menatap Rendi kemudian lari pontang-panting.
Novi dan teman-temannya merasa ada yang aneh dengan keduanya, karena biasanya mereka kalau di ejek tidak akan tinggal diam saja, tapi kali ini mereka seolah pasrah saja.
"Ren, kamu menatap mereka kok kaya gitu, apa kamu mengenal mereka?" tanya Novi penasaran.
Rendi menggeleng. "tidak, aku tidak mengenal mereka sama sekali, aku pergi dulu."
Rendi tidak mau bilang kalau dia yang membuat dua orang bawahan Roni babak belur, dia berpikir kalau mustahil ada orang yang bisa mengalahkan delapan orang sekaligus tanpa terluka, jadi dia tidak ingin teman-teman Novi berpikir yang tidak-tidak.
Rendi pergi meninggalkan sekolah Novi, gadis itu hanya bisa memandangi kepergian Rendi dengan penuh tanda tanya.
"Nov, siapa dia? Lumayan tampan sih, tapi sayang terlihat dekil." ucap Sela tiba-tiba.
Novi mengerutkan keningnya, dia menjawab. "dekil-dekil kaya gitu dia kaya raya, jangan sampai mulut kamu di beli sama dia."
"Serius kamu Nov?" Kinan terkejut dengan pernyataan Novi.
"Ya, mana ada pelajar sepertinya mampu ngontrak di kontrakan pamanku, sudah begitu dia menghabiskan hampir puluhan juta untuk membeli keperluan kontrakan, dan lihat motornya." ucap Novi menjelaskan.
"Astaga Nov, Embat saja Nov, kalau kamu tidak mau buat aku juga tidak apa-apa." ucap Sela semangat.
"Kamu ini yah!" Novi menoyor kepala Sela.
"Dih... jangan gitu juga kali Nov." Sela menoyor balik kepalanya sendiri, seperti tradisi katanya biar tidak bodoh.
"Kamu kenal dimana dia Nov?" tanya Kinan penasaran.
"Kemarin waktu ponselku di jambret, dia yang nolongin aku, gila loh, dia juga jago beladiri!" jawab Novi bersemangat.
Kedua teman Novi manggut-manggut mengerti, sekarang mereka tahu kenapa Novi mau jalan dengan Rendi, karena Pria tersebut memang kriteria Novi.
Novi terus nyerocos memuji Rendi terus menerus, kedua temannya mulai jengah, mereka membekap mulut Novi dan menariknya masuk ke dalam sekolah.
***
Sementara itu Rendi sudah sampai di sekolahnya, terlihat Sulis yang sedang bersender di dekat gerbang sambil memainkan ponselnya.
Rendi yang merasa tidak akrab dengan Sulis, dia mau masuk gerbang tanpa menegur Sulis, tapi gadis itu tiba-tiba menghadangnya, sehingga Rendi hampir saja menabraknya, untuk gerakannya cepat, jadi Motor berhasil dia hentikan walau akhirnya dia terjatuh.
"A-du-duh." Rendi merintih kesakitan.
"Ren, kamu tidak apa-apa." Sulis terlihat khawatir dan bergegas membantu Rendi berdiri.
"Kamu ngapain sih tiba-tiba menghadangku, aku sudah memenuhi permintaanmu pergi dari rumah kamu!" ucap Rendi kesal sambil mengangkat motornya.
Para Siswa yang melihat kejadian tersebut hanya menertawakan Rendi, mereka pikir kalau Rendi belum hafal naik Motor, karena itulah dia terjatuh.
"Maaf Ren, aku tidak bermaksud seperti itu, habisnya kemarin kamu tidak berangkat sekolah, jadi setelah melihatmu tadi, aku reflek menghadangmu." ucap Sulis sendu.
Rendi mengernyitkan dahi, dia menatap lekat-lekat gadis mantan majikannya itu baik-baik, terlihat paras cantiknya memang benar-benar merasa bersalah.
Melihat wajahnya yang seperti itu, Rendi tidak jadi marah dengan Sulis, dia menghela napas panjang dan berbicara dengan lembut.
"Jadi, ada apa kamu mencariku?" tanya Rendi sambil mendorong motornya masuk ke dalam gerbang.
"Aku cuma mau tahu saja, sekarang kamu tinggal dimana?" jawab Sulis yang mengikuti Rendi untuk memarkirkan motornya.
"Kontrakan Pak Toto, tidak jauh dari sini, aku tinggal di sana." jawab Rendi melepaskan helmnya dan menaruh di atas stang Motor.
"Ren, apa kamu punya uang buat bayar Kontrakan?" tanya Sulis khawatir.
Rendi menghela napas, dia menatap gadis yang dari tadi mencecar banyak pertanyaan padanya. "Sulis kamu ini kenapa sih? Apa kalau tidak merecoki hidupku rasanya tidak enak? Ayolah... aku sudah keluar dari rumah kamu, tolong jangan ganggu aku lagi, oke!"
"Tapi Ren..."
"Sudahlah, aku jujur malas berurusan sama kamu, sejak awal kamu selalu marah-marah tidak jelas denganku, padahal aku tidak pernah merasa membuat kesalahan, sekarang aku sudah pergi dari rumah kamu, seharusnya kamu senang kan, jadi cukup jangan berurusan denganku lagi." Rendi langsung meninggalkan Sulis setelah mengatakan hal tersebut.
Sulis hanya bisa tertegun di tempatnya, dia tidak menyangka kalau Rendi akan membencinya seperti itu, padahal dia marah-marahnya dengannya, karena dia sebenarnya ingin mendapatkan perhatian dari Rendi. Namun, nasi sudah menjadi bubur, perlakuannya terhadap Rendi memang sudah keterlaluan.
"Maafkan aku Ren, aku tidak pernah bermaksud seperti itu, tapi aku bingung harus mendapatkan perhatian dari kamu dengan cara apa jika tidak seperti itu?" gumam Sulis dengan mata berkaca-kaca.
Rendi tidak tahu kalau Sulis sebenarnya memiliki rasa dengannya, bagi dia Sulis hanyalah anak orang kaya yang bisanya cuma memandang rendah pria miskin, dan itu semua sifat orang yang paling di benci Rendi.
Rendi masuk ke dalam kelasnya, semua teman-teman Rendi menatap tidak percaya penampilannya, karena dia memakai seragam, tas dan sepatu baru.
Rendi tidak memerhatikan temannya yang sedang menatap dirinya dengan heran, karena biasanya dia memang selalu di pandang remeh oleh teman-temannya, jadi dia pikir pandangan mereka terhadapnya masih sama saja.
"Gila! Si miskin beli seragam baru Coy!" celetuk salah satu teman kelas Rendi.
"Wuih, tasnya juga baru nih." timpal teman lainnya memegang tas Rendi.
"Lihat, sepatunya juga baru." yang lainnya ikut menimpali.
"Wah-wah sepertinya kamu habis dapat lotre, miskin?" tanya Rudi, teman Rendi yang selalu mengejeknya.
Semua teman kelas Rendi antusias ingin mendengar jawaban Rendi dari pertanyaan Rudi, karena mereka juga memiliki pertanyaan yang sama.
Rendi menghela napas. "apa salahnya mendapatkan lotre, yang penting aku tidak minta sama kalian."
Sontak semua teman Rendi terkejut, karena Rendi yang biasanya tidak pernah menjawab perkataan mereka, kali ini dia berani buka suara.
Rudi menatap tajam Rendi, tapi Rendi tidak mau kalah dia balik menatap tajam Rudi, sehingga membuat Rudi marah.
"Berani kamu memelototi aku?!" hardik Rudi sambil mencengkram kerah baju Rendi.
Rendi balik mencengkram kerah baju Rudi. "kamu pikir aku takut denganmu? Jangan mentang-mentang aku miskin kamu bisa merendahkan aku begitu saja!"
😅😅😅