Umurnya baru saja sembilan belas tahun, tinggal satu semester lagi akan lulus dari kuliahnya, Stefanie di seret paksa dari asrama kampusnya.
Karena kakaknya melarikan diri, di hari pernikahannya, Stefanie terpaksa jadi pengantin pengganti, menggantikan kakaknya.
Stefanie mencoba berontak, tidak ingin menggantikan kakaknya, menikah dengan pria calon kakak ipar yang belum ia kenal.
Tapi, karena Ibunya mengatakan, hanya sebagai pengganti sementara saja, sebelum kakaknya kembali, Stefanie terpaksa setuju menikah dengan calon kakak Iparnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 4.
Baru saja Stefanie, mau merebahkan tubuhnya, untuk bersantai di sofa panjang, Leta datang memberitahukan padanya, kalau ia harus bersiap-siap akan pergi.
"Pergi? aku sudah di bebaskan ya?" sahutnya duduk tegak di sofa, dengan wajah berbinar.
"Bukan, Nyonya!" Leta menggelengkan kepalanya.
"Anda akan pergi bersama Tuan Christopher, untuk menghadiri undangan makan malam koleganya!" sahut Nora menjawab.
"Eh, kenapa ia mengajakku?" tanya Stefanie heran, ia merasa tidak nyaman.
"Begitu yang di sampaikan Tuan Paul, Asisten Tuan Christopher!" kata Leta.
"Aku tidak mau pergi, aku belum pernah pergi ke acara penting seperti itu, nanti aku bisa membuat Tuan Christopher jadi malu, dengan sikap canggung ku!" kata Stefanie menolak untuk pergi.
"Tapi, Nyonya...!" sahut Leta merasa cemas, karena Stefanie menolak untuk pergi bersama Tuan mereka Christopher.
"Kau sampaikan saja pada Tuan Paul, aku sakit perut, lagi datang bulan, tidak bisa pergi!" ujar Stefanie, lalu beranjak masuk ke dalam kamar.
Leta dan Nora saling pandang dengan gelisah, tapi dengan terpaksa Leta pergi juga untuk memberitahukan kepada Asisten Christopher, kalau Stefanie tidak ingin ikut ke acara kolega Tuan mereka itu.
"Nyonya sakit perut, ia tidak bisa pergi, Tuan!" ujar Leta.
Asisten Christopher tampak terdiam di tempatnya, ia tampak bimbang sesaat, tapi kemudian pergi juga meninggalkan pintu Paviliun.
Leta menghela nafas dengan lega, karena alasan yang di berikan Nyonya Mudanya manjur juga.
Sementara di kamar, Stefanie tengah fokus pada laptopnya.
Selama ia di asrama kampus, ia bekerja juga untuk menambah uang kuliahnya, yang sering di batasi Ibu tirinya.
Stefanie menjadi guru privat secara online, dengan beberapa murid sekolah dasar.
Selain itu, ia juga suka memasak, dan selalu menguploadnya ke media sosialnya.
Tanpa sepengetahuan Ayah dan Ibu tirinya, ia memiliki penghasilan yang bisa menutupi, kekurangan biaya kuliahnya.
Brak!
Baru saja Stefanie mau mulai online, tiba-tiba ia mendengar suara bantingan, yang begitu kencangnya di luar kamar.
Brak!
Dan menyusul pintu kamarnya di buka dengan kencangnya, membuat Stefanie yang sudah mulai fokus pada laptopnya, tersentak di tempatnya melihat pintu kamar yang terbuka.
Tampak pria bertubuh tinggi, berdiri menjulang memenuhi pintu kamar, yang terasa sempit bagi pria itu.
Karena tubuhnya yang besar, yang terlihat begitu kekar, tampak jelas tercetak pada kemejanya, yang mengetat karena otot-otot pada tubuhnya yang menonjol.
Pria itu, Christopher Howard, dengan wajah datarnya, memandang Stefanie dengan tatapan yang begitu dingin.
"Begitu berani kau menolak apa yang kuperintahkan!" sahut pria itu tajam, dengan tekanan yang begitu dalam.
Stefanie diam di tempatnya, menatap wajah Christopher yang terlihat begitu dingin.
"Aku tunggu jam tujuh, kau sudah siap untuk berangkat!" ujar Christopher dengan datar dengan wajah kaku nya, yang terlihat begitu dingin.
"Aku tidak mau pergi!" tiba-tiba Stefanie berani membantah, apa yang di perintahkan Christopher.
"Sungguh lancang! apa kau mau ku putuskan semua kerja sama dengan perusahaan Ayahmu, karena sudah berani menolak perintahku, dan karena pernikahan sial ini, aku jadi terikat padamu?!" sahut Christopher menaikkan nada suaranya, yang sudah mulai tidak sabaran, dengan keberanian Stefanie membantah perintahnya.
Stefanie terdiam di tempatnya, ia tidak menyangka, ternyata Christopher juga tidak menyukai pernikahan yang telah di atur oleh Ibunya sendiri.
Setelah Christopher selesai bicara, ia pun pergi dengan langkah lebar meninggalkan Paviliun tersebut.
Leta dan Nora di tempatnya, sudah gemetar sedari tadi, saat Christopher mendobrak pintu Paviliun.
"Nyonya...!" panggil mereka memandang Stefanie, yang masih diam di tempatnya tidak bergerak.
"Aku akan bersiap!" akhirnya Stefanie membuka suaranya.
"Ini gaun yang akan anda kenakan!" ujar Nora membawa sebuah kotak besar kepada Stefanie.
Stefanie menerima kotak tersebut tanpa berminat sama sekali, dan membukanya tidak bersemangat.
Sebuah gaun yang cukup mewah, yang pasti cukup mahal, terlihat dari bahan dan merk gaun tersebut.
Dengan malas, Stefanie membiarkan Leta dan Nora membantunya untuk memakai gaun itu.
"Sangat cantik, dan begitu sempurna di pakai anda, Nyonya!" ujar Nora spontan, melihat penampilan Stefanie, begitu ia memakai gaun mewah itu.
Stefanie melihat penampilannya melalui cermin, tanpa sedikitpun terpesona.
Nora dan Leta kemudian mendandani Stefanie, dengan make-up natural, yang membuat Stefanie, tanpa mereka duga terlihat begitu cantik.
Mereka saling pandang, dengan senyuman takjub melihat penampilan Stefanie, yang begitu cantik.
"Sudah?" tanya Stefanie, lalu melihat penampilannya ke depan cermin.
Setelah melihat ia telah selesai di make-up, tanpa sedikitpun mengamati penampilannya yang berubah, Stefanie keluar dari kamar.
"Nyonya, sepatu anda!" sahut Nora memberikan sepasang sepatu hak tinggi mewah pada Stefanie.
Mata Stefanie nanar melihat sepatu hak tinggi itu, "Apa tidak ada yang lebih rendah sedikit? aku belum pernah memakai sepatu terlalu tinggi seperti itu!" ujar Stefanie.
"Ini yang di berikan Tuan Christopher, untuk anda pakai!" ucap Leta.
Stefanie menghela nafas panjang, "Baiklah!" katanya, lalu menerima sepatu tersebut, dan kemudian memakainya.
Bersambung.....