Kaina Syarifah Agatha. Gadis cantik yang cerdas. Mengetahui dirinya dijodohkan dengan pria pujaannya. Sam.
Samhadi Duardja Pratama. Pria yang diidolai Kai, begitu nama panggilan gadis itu. Sejak ia masih berusia sepuluh tahun.
Sayang. Begitu menikah. Berkali-kali gadis itu mendapat penghinaan dari Sam. Tapi, tak membuat gadis itu gentar mengejar cintanya.
Sam mengaku telah menikahi Trisya secara sirri. Walau gadis itu tak percaya sama sekali. Karena Trisya adalah model papan atas. Tidak mungkin memiliki affair dengan laki-laki yang telah beristri.
Kai menangis sejadi-jadinya. Hingga ia terkejut dan mendapati kenyataan, bahwa ia mendapat kesempatan kedua.
Gadis itu kembali pada masa ia baru mengenal Sam selama dua minggu, sebagai pria yang dijodohkan dengannya.
Untuk tidak lagi mengalami hal yang menyakiti dirinya. Gadis itu mulai berubah.
Bagaimana kisahnya? Apakah Kai mampu merubah takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERKELAHI 2
Sam mengambil tongkat besi yang Kai pegang. Dengan sedang Yosep memegang pemukul baseball. Dua pria itu langsung menghajar empat preman dengan serangan keras dan kasar. Tidak ada teknik bela diri, benar-benar petarung jalanan.
"Berhenti, atau saya tembak!"
Tiba-tiba seruan polisi datang menghentikan serangan. Namun salah satu preman berhasil menyarungkan pisau ke lengan Sam.
Srek!
"Aarrgh!"
"Tuan!"
"Boss!"
Pekik Kai dan Yosep bersamaan. Darah langsung mengalir di lengan Sam. Para polisi langsung membekuk semua penjahat bahkan berhasil melumpuhkan salah satu diantaranya dengan tembakan di kakinya.
"Kita langsung ke rumah sakit!' ajak Yosep.
Kai menghentikan pendarahan di tangan Sam dengan cara menekan luka itu dengan sapu tangan miliknya. Wajah keduanya panik, polisi langsung mengawal mobil Sam yang kini di kendarai supir pribadinya.
Kai menangis melihat wajah pucat Sam. Darah masih mengalir, bahkan sapu tangan milik Kai sudah berubah warna.
"Cepat Pak Cecep!" seru Yosep.
Supir berusia empat puluh tahun itu menekan pedal gas. Menerobos lampu merah karena memang diinstruksikan oleh polisi' yang mengawal mereka.
"Ya Allah ... baru kali ini saya nggak berhenti di lampu merah ...!" seru Cecep ketakutan.
Butuh dua puluh menit mereka sampai di rumah sakit. Mereka semua turun para polisi langsung mengintruksikan para medis untuk membantu mengobati Sam.
Ponsel Kai berdering berkali-kali. Udjo sudah sampai perusahaan di mana Kai magang tidak menemukan anak majikannya di sana. Ia ingin memastikan di mana nonanya sekarang.
Sudah lima kali Udjo menghubungi Kai, namun tak diangkat. Ia pun mulai khawatir. Ia menelepon Umar, tuannya..
"Assalamualaikum, Pak. Maaf, apa Non Kai sudah ada di rumah?" tanyanya hati-hati.
"......!"
"Saya sudah ada di kantor Non Kai tapi tidak ada," jawab Udjo sambil melihat sekeliling.
".......!"
"Sudah, Pak. Saya sudah telepon tapi tak diangkat. Di depan halte tadi banyak orang, tapi nggak ada Non Kai," jawab Udjo.
"......!"
"Baik, Pak. Saya pulang sekarang. Assalamualaikum!" sahut Ujo mengakhiri telepon
.
Sambungan telepon berakhir. Ia mencoba sekali lagi menelepon nonanya. Bunyi sambungan telepon terhubung, lama. Hingga.
"Halo, Non! Nona ada di mana?" tanya Ujo langsung dengan suara panik.
"......!"
"Innalilahi, di rumah sakit mana Non?"
"......!"
"Baik, Non saya jemput ya!" sahut Ujo panik.
"Iya, Mang ... saya tunggu!" ujar Kai mengakhiri sambungan telepon.
Sam sudah dalam perawatan. Pria itu terluka dengan delapan jahitan di lengan. Kai, menatap kantung darah yang menggantung. Bersyukur darah AB negatif pria itu masih tersedia. Kai bergolongan darah AB. Jadi tak bisa mendonorkan darahnya.
"Apa Mang Ujo akan datang menjemput?" tanyanya.
"Iya, nanti dijemput. Aku sudah telepon Om Suryo tadi. Beliau akan datang sebentar lagi," jawab Kai masih dengan sesengukan.
"Yosep?"
"Yosep memberi keterangan pada polisi," jawab Kai.
"Kaina," panggil Sam.
Gadis itu menatap pria yang baru saja menyelamatkannya. Mestinya pisau itu mengenai tepat dada kiri Kai. Tetapi, tangan Sam langsung membentengi.
”Kau tidak apa-apa kan? Tidak ada yang terluka?" tanya pria itu khawatir.
"Hiks ... aku tidak apa-apa ... kenapa kau lukai dirimu ... hiks!"
"Alhamdulillah, syukur lah jika kau tak terluka," ujarnya penuh kelegaan.
Netra pekat Sam memandang wajah cantik yang kini hidungnya memerah dan matanya bengkak karena menangis dari tadi. Tangannya yang diinfus terangkat menghapus mata sang gadis yang basah.
"Jangan menangis. Aku belum mati," ujarnya hingga membuat Kai memukul pelan lengannya.
Sam terkekeh. Jujur, ia senang bisa melindungi gadis itu. Ia seperti membayar kesalahannya di masa lalu. Tak masalah ia terluka seperti ini, asal gadisnya mau memaafkan kebodohannya.
Pintu terbuka, Yosep masuk dengan beberapa petugas kepolisian.
"Nona, apa anda bisa memberi keterangan sekarang?" tanya salah satu petugas. Kai mengangguk.
Gadis itu pun keluar digiring oleh petugas wanita. Yosep kini berada di sisi atasannya. Polisi juga akan menanyakan beberapa hal tentang kejadian. Sam pun menjelaskannya, penjelasan Sam sama dengan Yosep.
"Saya dan asisten Yosep hendak pulang, tetapi melihat karyawan magang saya diserang oleh empat orang pria. Jadi saya langsung membantu."
"Banyak orang di sana hanya menonton dan bahkan merekam kejadian dengan ponsel mereka. Jadi saya langsung terjun tanpa peduli apapun," lanjutnya.
Polisi juga menyayangkan mereka terlambat datang. Polisi lalulintas yang berjaga lah yang melaporkan jika ada terjadi penyerangan terhadap seorang wanita di halte.
"Untuk keterangan lanjutan, saya akan serahkan pada pengacara saya," ujar Sam kemudian..
Polisi mengangguk. Ia sudah mengantongi bukti untuk menjerat para penjahat itu. Petugas tersebut pun meninggalkan Sam. Tak lama, Suryo Danar Pratama datang dengan wajah cemas.
"Nak," panggilnya cemas
Sam tersenyum menandakan ia baik-baik saja. Suryo menghela napas lega.
"Kau tidak apa-apa Yos?" tanyanya pada asisten putranya itu.
"Saya tidak apa-apa, Tuan. Terima kasih atas perhatiannya," jawab Yosep sambil menundukkan kepala hormat.
"Ibumu langsung shock mendengar Kai diserang orang tak dikenal, bahkan ia tambah shock mendengar kau terkena tikaman," jelas Suryo.
Yosep memberi kursinya dan meminta atasannya itu untuk duduk.
"Makasih Yos," Suryo duduk. Yosep mengambil kursi lain.
"Aku hanya menjalankan tugasku sebagai pelindung, Pa. Tusukan itu ditujukan pada Kai. Aku melindungi calon istriku," jelas Sam.
"Papa bangga denganmu, Nak. Akhirnya kau menyukai gadis pilihan Papa, bahkan mau berkorban untuknya," ujar Suryo bangga.
Tak lama berselang Umar datang bersama Kai. Pria itu mengucap beribu-ribu terima kasih pada pria yang kini terbaring lemah.
"Terima kasih, Nak. Terima kasih!"
"Sama-sama Om. Ini sudah kwajiban.seorang pria melindungi wanitanya," sahut Sam.
Kai mengerucutkan bibirnya. Ia masih belum percaya ketulusan hati pria yang baru saja menyelamatkannya. Kejadian barusan tidak ada di kilas balik perjalanannya dulu. Bahkan gadis itu sangat ingat, hari ini mestinya ia diusir dari kantor karena memergoki Sam berciuman dengan Trisya.
Namun kejadian itu tidak terjadi. Ia malah ke lokasi proyek dan pulang, bahkan mendapat serangan dari penjahat. Bahkan pria itu rela terluka untuk melindunginya.
"Polisi sedang mendalami kasusnya. Empat preman itu adalah residivis, mereka baru keluar dari penjara beberapa minggu lalu," jelas Umar.
"Kita serahkan pada pengacara untuk mengurus semuanya. Kali ini sepertinya, Kai harus dikawal kemanapun!" tukas Suryo.
"Nggak mau!" tolak Kai.
"Itu justru mengundang banyak orang mengetahui dan berencana berbuat jahat!" lanjutnya memberi alasan.
"Tau seperti ini, sebaiknya aku dilupakan saja seperti kemarin," gerutunya sangat pelan.
"Apa kau mau Ayah memukulmu!" ancam Umar.
Kai langsung menunduk. Umar sangat sedih mendengar perkataan putrinya barusan. Gadis itu merasa bersalah dengan ucapannya. Sedang Suryo yang tidak mengetahui persolan pribadi sahabatnya itu, hanya memandang keduanya bingung.
Sedang di tempat lain. Kasus penyerangan terhadap ahli waris Agatha menjadi berita viral di media elektronik. Sosok cantik memandang geram layar kaca di mana video amatir merekam perkelahian tak imbang itu.
Bahkan banyak pengamat bela diri menyanjung cara bertarung gadis yang kini menjadi sorotan.
"Kai ... aku membencimu!" pekiknya penuh kemarahan.
bersambung.
ah ....
next?