Tak semua perjodohan membawa kebahagiaan, hal ini terjadi pada Melisa Prameswari dan Dion Mahessa.
Keduanya menikah atas kesepakatan antara keluarga. Namun, setelah bertahun-tahun membina rumah tangga, tak ada kebahagiaan sama sekali.
Hingga satu hari, Dion dan Melisa pindah ke rumah baru dan saat itulah Melisa seolah menjadi sosok berbeda setelah bertemu dengan seorang pemuda bernama Arvino Sanjaya.
Puncaknya, saat Dion dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan perselingkuhan istri dan tetangga nya itu.
Bagaimanakah nasib pernikahan Dion dan Melisa? Apakah akan berakhir atau sebaliknya, ataukah Melisa malah memilih Arvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 - SANG PEBINOR
Pagi hari nya, Arvin bangun terlebih dulu karena memang kebiasaan nya selalu bangun pagi buta. Biasa nya, dia akan langsung bersiap untuk lari pagi, tapi pagi ini dia betah menatap pemandangan yang sangat indah.
Bagaimana tidak, melihat wanita pujaan nya tertidur lelap di dalam pelukan nya, sungguh demi apapun membuat pagi Arvin hari ini terasa lebih indah. Belum lagi, udara yang cukup sejuk membuat Melisa mengeratkan pelukan nya di pinggang Arvin.
Tentu nya, Arvin menyukai hal itu. Dia menaikan selimut nya hingga ke pundak Melisa, lalu kembali membiarkan Melisa tertidur di dalam pelukan nya. Tangan besar Arvin mengusap rambut Melisa, lalu mengecup nya.
"Engghhhh.." Melisa merasa terusik dengan tangan pemuda itu yang mengusap lembut kepala nya.
"Sudah terbangun, sayang?" Sapa Arvin dengan senyum merekah di bibir nya, Melisa mendongakan kepala nya menatap wajah tampan Arvin. Meskipun baru bangun tidur, tapi wajah bantal Arvin tetaplah tampan.
"Hmm, iya."
"Kamu terganggu oleh sentuhan ku, sayang?" Tanya Arvin dengan lembut, tangan nya terus mengusap kepala Melisa.
"Tidak, tidak sama sekali. Aku bangun karena memang sudah waktu nya, sayang."
"Baiklah, kalau begitu."
"Kamu gak lari pagi? Biasa nya, kamu selalu lari pagi kan?" Tanya Melisa, posisi mereka masih sama, saling memeluk satu sama lain.
"Lagi males, udara nya bikin betah rebahan sambil meluk ayang." Jawab Arvin sambil menduselkan wajah nya di ceruk leher sang wanita, lalu mengecup basah di beberapa titik, membuat Melisa terkekeh karena kegelian.
"Sana jogging, aku juga mau pulang. Soalnya harus masak, jaga-jaga kalau Mas Dion pulang."
"Hmmm, nanti malem bobok disini lagi ya?" Pinta Arvin dengan manja.
"Iya, kalau Mas Dion gak pulang. Kalau dia pulang, kamu yang harus sabar ya?"
"Iyain deh, aku kan cuma selingkuhan."
"Dihh, gak gitu. Tapi kan.."
"Iya iya, aku ngerti kok yang." Potong Arvin, padahal Melisa belum selesai bicara.
"Yaudah, aku pulang ya?"
"Iya, sayang. Nanti setelah kamu belanja, terus suami kamu pergi, seperti biasa aku ke rumah kamu lewat belakang. Jadi, jangan di kunci yang pintu belakang nya." Ucap Arvin, Melisa menganggukan kepala mengerti.
"Iya, sejak kita mulai hubungan, pintu belakang gak pernah aku kunci."
"Baguslah kalau begitu, yaudah aku mau siap-siap olahraga dulu. Kamu hati-hati masak nya, jangan sampe luka ya?" Peringat Arvin.
"Iya, aku pulang dulu ya." Melisa pun merapikan rambut nya, dan pergi dari rumah Arvin. Sedangkan Arvin, dia bersiap-siap untuk olahraga pagi hari ini.
Kedua nya pun berpisah, Melisa segera memasak sebelum suami nya pulang. Meskipun, entah pria itu akan pulang pagi ini atau tidak.
Sedangkan Arvin, dia langsung pergi untuk berolahraga. Setelah semalaman bersama Melisa, pagi ini Arvin harus mulai membiasakan ekspresi wajah nya agar tidak terlalu mencolok. Karena kemarin-kemarin pun, dia terus saja tersenyum manis begitu melihat Melisa datang dan hal itu membuat ibu-ibu lain curiga.
Melisa memasak, hari ini dia memasak dua menu untuk Dion, namun untuknya dia hanya memasak satu menu saja, itu sudah cukup untuknya.
Setelah selesai memasak, Melisa pun melanjutkan dengan beres-beres, menyapu, mengepel rumah dengan bersih.
"Neng, beli sayur?" Sapa Bu Ratmi pada Melisa yang sedang mengepel di teras rumah.
"Beli, Bu. Nanti setelah selesai beres-beres." Jawab Melisa sopan, dengan senyum manis yang dia tunjukkan.
"Yaudah, ibu duluan ya."
"Iya, Bu." Jawab nya, Bu Ratmi pun pergi dari depan rumah Melisa, berkumpul dengan ibu-ibu yang lain nya. Bahkan, saat Arvin pulang dari olahraga pagi nya pun, Melisa masih belum keluar dari rumah nya.
"Neng Meli, kemana ya? Kok lama."
"Tadi sih lagi beres-beres, kenapa memang nya?"
"Enggak, kenapa-napa sih." Jawab Bu Amel.
Tak lama kemudian, yang di bicarakan datang. Seperti biasa, hanya mengenakan pakaian sederhana dengan sendal jepit yang dia pakai.
"Pagi Bu ibu." Sapa Melisa sambil tersenyum ramah.
"Pagi, Neng."
"Udah selesai beres-beres nya, Neng?" Tanya Bu Ratmi.
"Udah, Bu." Jawab Melisa sambil duduk di sisi kanan Bu Amel.
"Omong-omong, suami kamu semalem gak pulang, kemana?"
"Ohh, dua nginep di sekolah. Katanya ada acara kemah selama seminggu." Jawab Melisa.
"Kemah? Di sekolah, dari kapan?"
"Kemarin malem, Bu." Jawab Melisa.
"Perasaan gak ada kabar berita nya kalau di sekolah ada acara kemah ya?"
"Iya, kalau di sekolahan kemah pasti anak-anak kita juga heboh kan?" Ucap ibu-ibu yang lain nya.
"Kemarin malem, saya lewat lapangan sekolah gak ada kegiatan apa-apa kok, Neng. Sepi aja kayak biasa nya."
"Hah, yang bener Bu?" Tanya Melisa, jujur saja dia sedikit tak percaya. Apa mungkin suami nya berbohong? Tapi, untuk apa tujuan nya?
"Iya, seriusan. Tuh Nak Arvin setiap hari lari pagi ke arah sana, tanyain deh coba." Saran Bu Amel.
Hati Melisa tiba-tiba merasa tak tenang, apa benar suami nya telah berbohong? Lalu, kemana dia semalam? Memikirkan semua itu membuat kepala nya terasa sedikit pusing. Kalau pun Arvin tahu, kenapa dia tak bilang?
Tak lama, Arvin keluar dengan pakaian yang seperti biasa nya dia pakai, celana chinos selutut berwarna abu tua, dengan kaos berlengan pendek berwarna merah. Rambut nya terlihat basah, karena dia habis keramas tadi.
"Nak Arvin, habis lari dari arah sekolahan kan?" Tanya Bu Amel, sedangkan Melisa hanya terdiam, sesekali menatap Arvin dengan tatapan yang entah apa artinya.
"Iya, setiap hari kan saya lari ke arah sana. Memang nya kenapa?"
"Di lapangan area sekolah, apa bener ada acara kemah?" Tanya nya lagi, membuat Arvin seketika menyadari kemana arah pembicaraan Bu Amel.
"Gak ada tuh." Jawab Arvin dengan santai.
"Tuh kan, apa saya bilang. Gak ada acara kemahan, kalau pun ada, pasti ada lah satu atau dua anak yang ikut dari sini."
"Hmmm, baiklah." Jawab Melisa pelan, meskipun hatinya banyak menyimpan berbagai macam pertanyaan yang hanya dia saja yang tahu.
Setelah berbelanja sayur, juga kebutuhan rumah, Melisa pun langsung pulang. Dia mengunci pintu belakang agar Arvin tak bisa masu ke dalam rumah nya, jujur saja dia merasa kesal pada pemuda itu. Kenapa dia tak memberitahu nya sejak awal, kalau dia tahu sesuatu tentang kebohongan suami nya.
Melisa langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu nya, dia ingin beristirahat tanpa mempedulikan apapun hari ini. Padahal, perut nya belum di isi apapun. Kalau Arvin sampai tahu, bisa-bisa dia di marahi, tapi saat ini Melisa tak peduli.
Wanita itu menarik selimut dan memejamkan mata nya, untuk melupakan sejenak perasaan kecewa nya terhadap sang suami yang mulai berani membohongi nya.
Sedangkan di belakang, Arvin berusaha untuk masuk ke dalam rumah Melisa, tapi sayang nya pintu belakang itu di kunci dari dalam.
"Duhh, Melisa kenapa ya? Tumben pintu nya di kunci, padahal tadi bilang gak bakal kunci pintu." Gumam Arvin sambil terus mencoba membuka pintu nya, namun tak kunjung terbuka juga.
.....
🌻🌻🌻🌻🌻