MY SUGAR DADDY

Jossy Jeanette mematung di depan meja kerja Josua Maxim.

Salah satu tangannya menggenggam erat sebuah pena, untuk menuliskan sebuah tanda tangan di atas surat perjanjian sepuluh miliar yang ditawarkan oleh Josua Maxim pada dirinya.

Meski tangannya sedari tadi tidak henti-hentinya gemetaran, untuk menerima tawaran sepuluh miliar itu dari Josua Maxim.

Jossy Jeanette telah memutuskan akan menyetujui perjanjian tersebut.

"Silahkan tanda tangan di sini, Jossy !" kata Josua Maxim sambil mengarahkan Jossy ke suatu bagian surat yang diperuntukkan sebagai kolom tanda tangan.

"I-iya, baik", sahut Jossy dengan tangan bergetar hebat.

"Tidak usah takut, tanda tangani saja maka kita sepakat dan uang sepuluh miliar itu menjadi milikmu, Jossy", kata Josua Maxim.

"Yah, aku tahu itu...", ucap Jossy dengan nada kelu.

Jossy berulangkali menelan salivanya saat dia hendak membubuhkan tanda tangan di atas surat perjanjian itu.

"Disini... ?" tanyanya kembali.

"Ya, benar disana", kata Josua meyakinkan.

"Ba-baik...", sahut Jossy sembari menandatangani surat perjanjian tersebut.

Selesai !

Akhirnya Jossy menyetujui perjanjian dengan Josua Maxim sebagai kekasih CEO dari Mall Maxx itu dan dia mendapatkan uang sepuluh miliar yang dijanjikan oleh pria kaya itu.

Meskipun perasaan Jossy sangat lega karena telah memperoleh uang, untuk dibayarkan sebagai hutang kepada Alfa, tetap saja dirinya tidak dapat tenang sebab dia harus berperan sebagai kekasih dari Josua Maxim.

Bukan sebuah tugas mudah bagi Jossy Jeanette karena dia harus berperan sebagai kekasih yang harus menyembunyikan hubungan tersebut dari siapa pun juga sesuai permintaan sang CEO berwajah tampan itu.

Jossy segera meletakkan pena yang dipegangnya tadi ke atas meja kerja lalu berjalan mundur beberapa langkah dari meja tersebut.

"Sekarang apa yang harus kulakukan ?" tanyanya dengan mimik wajah dingin.

Josua Maxim melirik sekilas ke arah Jossy seraya menautkan kedua alisnya.

"Aku akan memberitahukan hal-hal apa saja yang mestinya kamu lakukan sebagai pasangan kekasihku, Jossy'', sahut Josua.

Josua merapikan surat perjanjian antara dirinya dengan Jossy Jeanette setelah dia selesai menandatangani surat tersebut.

"Baiklah..., aku akan mencoba mengerti akan tugas-tugasku", sahut Jossy seraya menyatukan jari-jemari tangannya.

"Ya, baiklah...", ucap Josua sambil beranjak berdiri.

Josua melangkah menghampiri Jossy Jeanette lalu berdiri di depan gadis cantik itu dengan sorot mata tajam.

"Aku tidak tahu bahwa karyawati ditoko parfum disini bisa secantik dirimu, bahkan aku tidak pernah menyangka akan mengenalmu, Jossy", ucap Josua Maxim.

"Anda salah, aku hanya gadis biasa saja dan tidak secantik itu", sahut Jossy mengelak, ketika tangan Josua mulai menyentuh pipinya yang merona memerah.

"Oh, iya...", kata Josua sambil tertawa renyah.

Josua berbalik badan lalu duduk bersandar di atas meja kerjanya dengan salah satu tangannya menyaku sambil memperhatikan ke arah jam di pergelangan tangannya secara seksama.

"Pertama tugasmu telah kamu penuhi sebagai kekasihku, tinggal tugas-tugas lainnya yang harus kamu penuhi selama menjadi kekasihku", kata Josua Maxim.

"Baiklah..., aku mengerti itu, Josua...", jawab Jossy hati-hati.

Josua melipatkan kedua tangan ke depan sambil memandangi Jossy Jeanette dari ujung atas sampai ujung kaki gadis cantik itu.

"Tugas kedua adalah kamu harus berhasil membantuku lepas dari bayang-bayang tunanganku yang menyebalkan itu", kata Josua Maxim.

Jossy Jeanette agak tersentak kaget saat dia mendengar ucapan Josua Maxim yang menyebutkan dirinya telah bertunangan dengan seseorang.

"Anda bertunangan ?" tanya Jossy seraya menautkan kedua alisnya menjadi satu.

"Yah, pertunangan kami didasarkan hubungan bisnis keluarga, dan aku terpaksa melakukannya karena tidak ingin melihat nenekku terkena serangan jantung, tapi aku tidak menyukai tunangan bodohku itu bahkan aku berharap pertunangan kami selesai cepat", sahut Josua Maxim.

"Lantas apa yang harus kulakukan untuk tugas sepuluh miliar ini ?" tanya Jossy.

"Mudah saja, kamu tinggal memake-over seluruh penampilanmu dari gadis berstandart rendah dan biasa-biasa saja menjadi gadis kalangan atas yang penuh percaya diri", sahut Josua Maxim.

"Mengubah penampilanku ?" tanya Jossy agak tersentak kaget.

"Ya, benar, mengubah seluruh penampilanmu dari gadis berlevel rendah menjadi gadis berlevel tinggi dan jika kau berhasil menyelesaikan tugas mengubah dirimu itu maka aku akan memberimu hadiah apa saja yang kamu sukai", sahut Josua Maxim sambil memperhatikan Jossy.

"Demi Tuhan..., hal bodoh apalagi yang mesti aku jalani ini selain sebagai jaminan uang sepuluh miliar, untuk membayar hutang Zieya, aku juga harus berperan menjadi orang lain, Jossy, Jossy... !", kata Jossy semakin tak mengerti dengan nasib hidupnya ini.

Mengapa Tuhan diatas sana sanggup memberinya berbagai macam cobaan berat yang tidak mampu dia lakukan itu.

Jossy menahan nafasnya dalam-dalam dengan melirik dingin ke arah Josua Maxim.

"Baiklah, aku setuju tapi aku tidak punya uang banyak, untuk mengubah seluruh penampilanku", kata Jossy.

"Bukan masalah, aku akan memberimu uang sekarang dan mengantarkanmu berbelanja hal yang kau sukai, Jossy", sahut Josua.

"Demi Tuhan ! Tidak bisakah aku leluasa berpergian bebas, aku butuh ruang privasi tersendiri karena kuanggap tugas ini untuk bersenang-senang", kata Jossy.

"Bersenang-senang, ya ?!" ucap Josua dengan senyuman ambigunya.

"Yah, bagaimana lagi, bukankah kau sekarang menjadi "sugar daddy" ku, dan kuanggap ini kesenangan bukan pekerjaan yang menyiksa", sahut Jossy datar.

"Astaga, kita ini sudah menjadi pasangan kekasih sekarang, dan seharusnya kamu berperan selayaknya kekasih untukku, Jossy", kata Josua Maxim.

"Apa peran yang mesti aku lakukan untukmu sebagai pasangan kekasihmu selain berbelanja ?" tanya Jossy.

"Kau bertanya hal yang harus dilakukan layaknya sepasang kekasih ?" tanya Josua membalas.

"Yah, seperti itulah kira-kira maksudnya karena aku tidak pernah berpacaran sebelumnya", sahut Jossy sambil menaikkan kedua bahunya ke atas.

"Hmmm..., begitu, ya...", kata Josua.

Sebelum Jossy sempat menjawab Josua, dengan cepatnya CEO berwajah menawan hati itu menarik pinggang Jossy hingga mereka saling berdekatan satu sama lainnya.

"Seperti ini...", ucap Josua lalu mencium mesra bibir merah milik Jossy Jeanette.

Sentuhan kecil itu mengejutkan Jossy Jeanette, tapi hal itu tidak bisa dia hindari oleh gadis cantik itu. Dan keduanya saling berciuman sangat mesra, ketika Josua menyatakan hal yang harus dilakukan oleh sepasang kekasih kepada Jossy yang menjadi pasangan nya sekarang ini.

Lama mereka berdua saling berciuman mesra dan berdekatan lekat diruangan kerja milik Josua Maxim.

Tampak Jossy mulai terbuai oleh ciuman mesra di bibir merahnya yang merekah itu, ciuman milik Josua Maxim terasa sangat lembut serta mengasyikkan di bibirnya dan mampu menghipnotis dirinya tanpa sadar, Jossy segera merangkulkan kedua lengan tangannya ke arah leher CEO itu, untuk berpegangan erat padanya.

Ciuman lama yang menyimpan daya magnet luar biasa diantara Jossy Jeanette dan Josua Maxim.

Menciptakan serangan listrik yang membangkitkan sesuatu dari dalam diri Jossy Jeanette sebagai seorang perempuan tulen terhadap sentuhan seorang laki-laki.

Tiba-tiba Jossy Jeanette tersadar dari buaian sesaat itu.

Jossy tersentak kaget lalu menjauhkan dirinya dari wajah Josua Maxim lalu menarik dirinya pelan-pelan.

Namun Josua kembali menarik Jossy dalam pelukan hangatnya dan sekali lagi, pria yang sangat tampan itu mencium mesra bibir merekah milik Jossy Jeanette.

Suatu hal yang tidak pernah dibayangkan oleh Jossy Jeanette sebelumnya bahwa dia akan menjadi pasangan kekasih dari seorang laki-laki kaya raya, CEO dan pemilik Mall terbesar di negaranya.

Suratan takdir dari Tuhan yang tidak pernah dia sangka-sangka sebelumnya oleh Jossy Jeanette sebagai kekasih dari laki-laki kaya seperti Josua Maxim, bahkan seumur-umur hidupnya dia tidak sedikit pun berkhayal tentang hal itu.

Garis hidup Jossy Jeanette yang berubah seratus delapan puluh derajat ketika dia bertemu tak sengaja dengan Josua Maxim, CEO tampan yang mendadak menjadi kekasihnya kini.