Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 - Babang Tampan
Alex dan Jo berjalan menuju mobil yang terparkir di basement apartemen tersebut.
Jo melangkah cepat meninggalkan Alex yang masih bersiul-siul.
"Lex, kau yang nyetir." Jo melempar kunci mobilnya, Alex repleks menangkapnya.
"Jo!" Alex merapatkan giginya melihat Jo masuk ke kursi samping pengemudi. Dengan terpaksa ia pun duduk di kursi pengemudi.
"Ayo jalan, Lex." Ucap Jo yang tersenyum samar melihat wajah kesal Alex.
"Baik, Tuan." Ledek Alex menghidupkan mesin mobil.
Tak berapa lama mobil pun melaju sedang keluar dari area apartemen.
"Apa kita tidak kepagian datang undangan, Jo?" Tanya Alex melihat arlojinya. Ini masih pukul 9 lewat, masih terlalu pagi untuk menghadiri undangan.
"Kan bagus pagi-pagi, Lex. Makanannya jelas masih banyak, terus masih fresh lagi." Jawab Jo sambil tersenyum menaikkan alisnya.
Alex jadi ikut tersenyum mendengarnya. Benar apa yang Jo katakan.
Membahas makanan membuat Alex jadi lapar, ia pun melajukan mobil cukup kencang membelah jalanan di minggu pagi yang cerah itu.
Sekitar menempuh perjalanan selama 30 menit, akhirnya mereka sampai di sebuah komplek perumahan sederhana. Alex melajukan mobilnya lambat mengikuti juru parkir menuju area parkiran pesta.
Setelah memarkirkan mobil, mereka pun berjalan menuju lokasi pesta yang tidak jauh dari lokasi parkir. Mereka melewati papan bunga ucapan selamat yang berada di kanan dan kiri jalanan.
"Kau tidak beri papan bunga?" Tanya Alex melihat Jo.
"Untuk apa? amplop saja yang penting."
"Seharusnya kau memberikan papan bunga. Nanti tertulis dari mantan murid SMA." Alex sengaja meledek Jo.
"Sudah, diamlah Lex!"
"Kenapa gurumu tidak sewa gedung saja?" Tanya Alex melihat teratak besar berdiri megah dengan dekorasi yang cukup mewah.
"Mana ku tahu!" Jo menaikkan bahunya. Pertanyaan Alex membuat moodnya jadi kesal. Sementara Alex malah nyengir saja.
Jo celingak celinguk mencari guru SMAnya itu. Tak ada nampak wajah sang guru. Ia juga melihat ke arah pelaminan dan belum ada pengantin yang duduk di sana.
"Apa kita datang kepagian? seharusnya kita datang saat makan siang, bukan datang saat sarapan." Ucap Alex menyenggol lengan Jo. Pria itu menyadari mereka pasti datang kepagian. Resepsi pernikahan ini bahkan belum dimulai.
"Atau kita salah alamat?" tanya Alex kembali.
"Mana mungkin!"
"Kau tanya sana, apa ini rumah gurumu. Kalau benar kita bisa langsung makan!" Pinta Alex menyuruh Jo bertanya pada salah satu ibu-ibu di sana.
Jo memutar malas bola matanya, tapi ia tetap menuruti Alex. Bertanya pada salah satu Ibu-ibu itu.
"Permisi, Bu. Apa ini benar pesta pernikahan anaknya pak Jaka?" Tanya Jo sopan pada seorang ibu-ibu yang sedang menghidang makanan.
"Benar. Ini pesta putrinya pak Jaka." Jawab Ibu itu dengan ramah.
"Apa belum dimulai ya, Bu?" Tanya Jo memastikan.
"Sepertinya belum. Tamunya pak Jaka?" Tanya Ibu itu.
"Benar, Bu. Saya murid beliau." Jawab Jo sopan.
"Masuk saja. Pak Jaka ada di dalam." Ibu tersebut menunjuk ke arah pintu rumah.
"Baik, Bu. Terima kasih." Setelah mengatakan itu, Jo pun menghampiri Alex. Temannya itu dari tadi matanya tidak henti menatap masakan yang tersaji.
"Lex, ayo masuk! Kita temui guruku sebentar." Ajak Jo.
"Kau sajalah, Jo! Aku akan tunggu di sini saja." Alex seolah enggan mengalihkan pandangannya dari meja hidang.
"Kita salaman sama yang punya hajatan dahulu. Setelah itu baru makan." Bujuk Jo lagi.
"Aku tidak kenal sama yang punya hajatan. Kau sajalah yang masuk sana. Diakan gurumu, Jo!" Alex tetap menolak. Hingga akhirnya Jo pun bergerak sendiri.
"Jo, jangan lama-lama. Aku sudah lapar!" Alex masih mewanti-wanti Jo agar jangan bernostalgia terlalu lama di dalam.
"Dasar!!! sama makanannya mau!" Jo mendumel dan melangkah menuju pintu rumah pak Jaka yang ditunjuk ibu-ibu tadi.
Melihat Jo pergi Alex pun mencari kursi dan duduk manis menunggu sang teman.
"Kenapa pihak pengantin pria belum datang?"
"Tidak tahu. Tapi katanya calon pengantin prianya sudah menikah dengan wanita lain."
"Apa? Jadi bagaimana itu?"
Alex yang berada tidak jauh dari Ibu-ibu menggosip itu, jadi mendengar gosip tersebut. Ia menyayangkan pesta ini jika dibatalkan.
'Ditinggal di hari pernikahan. Kenapa ada pria setega itu?' Batin Alex jadi merasa kasihan. Pasti pengantin wanita itu frustasi lalu berniat bunuh diri.
"Sepertinya pernikahan ini akan dibatalkan."
"Bagaimana itu? pasti malu pihak keluarga wanita. Mana pestanya sudah semewah ini lagi."
"Kasihan juga ya. Undangan juga sudah disebar. Pasti tamu sebentar lagi akan berdatangan."
"Benar... benar itu. Bagaimana jika tamu datang dan tidak ada pengantinnya?"
"Memikirkannya saja sudah membuat malu."
"Kenapa calon pengantin pria tega membatalkannya tepat di hari pernikahan?"
"Kenapa tidak dari jauh-jauh hari saja?"
"Jadi bagaimana calon mempelai wanitanya sekarang?"
"Tadi dia menangis terus. Penampilannya juga sudah sangat berantakan. Menyedihkan lah!"
"Kasihan ya. Takutnya stres terus bunuh diri pula."
Alex bangkit dan berpindah agak jauh. Ia pusing mendengar Ibu-ibu menggosip, yang terus sambung menyambung menjadi satu.
'Mananya si Jo ini? kenapa lama? Apa aku makan dulu ya?' Alex ingin segera menikmati hidangan yang tersedia. Perutnya sangat lapar.
Alex bangkit dan berjalan ke arah meja hidang. Ia berdiri di sana melihat Ibu-ibu yang sibuk mengatur makanan.
"Mau makan?" Tanya seorang ibu.
Alex mengangguk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia merasa malu, tapi demi kenyaman perutnya ia mengabaikan rasa malunya.
Ibu-ibu itu memberi piring kosong dan dengan senyum mengambang Alex menerima. Segera mengisi piring kosong tersebut dengan berbagai masakan yang terhidang.
Piring sudah penuh, Alex pun berjalan kembali ke kursinya. Ia makan dengan lahap sambil matanya melihat pintu yang dimasuki Jo.
Jo cukup lama berada di sana. Pasti Jo bernostalgia dengan guru SMAnya itu. Pasti guru SMAnya itu menanyai Jo murid-murid yang lain.
"Eh, ada Babang Tampan."
Alex yang sedang mengunyah makanan melihat ke arah sumber suara.
"Astaga!!!" Alex kaget minta ampun saat dihampiri pria berpakaian wanita.
"Babang tampan kok undangannya sendiri? Adek temani ya?" Pria gemulai itu menyentuh tangan Alex.
Dengan cepat Alex menepisnya. Dekat dengan pria gemulai itu membuat bulu kuduknya berdiri.
Alex bangkit dan meletakkan piringnya di kursi. Melihat pria gemulai itu, rasa laparnya mendadak hilang. Tidak lagi berselera makan.
'Mananya si Jo?' Alex pun segera menuju pintu rumah yang tadi Jo masuki. Ia akan mengajak Jo pulang segera.
"Babang tampan mau ke mana? sini dong temani adek!" Rengek pria gemulai yang tidak rela pria tampan itu pergi. Ia sampai menghentak-hentakkan high heel yang dipakainya ke tanah.
Alex mengacuhkannya, pria tampan itu terus melangkah pergi dan masuk ke rumah itu.
"Babang tampan. Ihh...jadi gemes aku!"
.
.
.
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘