NovelToon NovelToon
Takdir Mentari

Takdir Mentari

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Putri Pena

Namaku Mentari Intania Putri. Seorang anak yang tumbuh di sebuah kampung kecil yang bernama Kampung Karet. Kehidupanku tidak seindah anak-anak lain. Hidup yang sederhana dengan didikan keras oleh kedua orang tuaku. Hidup dengan banyak orang di rumah.

Dengan backround pendidikanku yang hanya tamatan SMA aku mulai bekerja di usiaku yang baru menginjak 17 tahun. Mulai hidup mandiri di usia yang sangat muda.

Seperti wanita lain di luar sana aku juga memiliki kisah cinta yang menarik. Yang menyedihkan dan menegangkan. Aku juga merasakan yang namanya cinta pertama, aku juga merasakan yang namanya patah hati. Aku juga merasakan dicintai dan mencintai.

Hingga akhirnya takdir membawaku pada pernikahan di usia muda, aku menikah di usiaku yang belum genap 20 tahun. Aku yang hidup dengan bayang-bayang masa lalu. Aku yang berusaha menjadi wanita yang sempurna untuk suamiku. Aku juga menjadi seorang ibu, ibu muda yang harus berjuang dengan untuk membuat hidupnya sempurna dimata semua orang.

Takdir yang terus mempermainkanku dari masa kecil hingga dewasa. Aku tidak tahu dimana letak kesalahanku, aku bahkan tidak menyadari hal buruk apa yang telah aku lakukan sampai aku merasa takdirku adalah hukuman, akankah aku mendapatkan kebahagiaan yang aku dambakan. Inilah ceritaku ......

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23. Mentari yang tidak bersinar

Anak lelaki sangat penting bagi yang memiliki anak perempuan saja. Begitu pula sebaliknya.

-Takdir Mentari-

...****************...

Motor matic sudah terparkir. Kedatangan Mentari di sambut oleh ibu Bumi. Bibi Mentari sangat ramah dan baik.

"Masuk Tari, sebentar Bibi buatkan teh" Mentari duduk di teras rumah, Bibi lalu masuk ke dapurnya.

Bumi adalah anak sulung 4 bersaudara. Semuanya laki-laki, di keluarga Bumi sangat susah mencari anak perempuan, karena itu Bibi sangat suka sekali sama keponakan-keponakan perempuannya.

Tapi sekarang Bibi sudah memiliki Eka, anak dari adik laki-lakinya. 2 orang tinggal di rumah Mentari, dan yang paling kecil diajak oleh Ibu dari Bumi. Bibi sangat senang karena akhirnya memiliki anak perempuan.

Bibi datang dengan secangkir teh dan jajanan basah. Bibi menjual jajan basah untuk dijajakan di warung-warung. Dan sebagian dia jual di warungnya. Warung kecil menjual sembako. Walaupun kecil warung itu selalu ramai pembeli.

Karena sudah malam Ibu Bumi mengajak Mentari ke kamarnya.

"Tidur disini aja Tari sama bibi" sambil menyiapkan selimut untuknya.

"Oya bibi ada hadiah buat kamu" Ibu Bumi mengeluarkan 2 gelang cantik. Kamu pakai ya besok, ini 2 lagi kamu kasi Senja. Kakak dari bapak Mentari ini memang sangat baik, dia suka membelikan perhiasan ke Mentari dan Senja, kadang juga jepit rambut yang lucu dan cantik.

"Makasi bik" ucap Mentari sambil memakai gelang itu.

"Gelangnya cantik" katanya sambil menunjukan tangannya yg kurus hitam itu diisi gelang warna gold. Bibi tersenyum, sambil bersiap tidur di sebelah Mentari.

"Kamu nggak mau tinggal disini?" Bibi bertanya ke Mentari.

"Kan Mentari sekolah bik" jawabnya singkat.

" Kamu bisa sekolah disini, bibik akan menyekolahkan kamu, bibik pengen sekali punya anak perempuan. Nanti kalau kamu kangen dan mau pulang ke kampung karet ada Bumi yang akan Nganter kamu, atau kamu mau sama Bumi? Tapi Bumi nakal, nggak cocok buat kamu. Kamu kan baik pintar, rajin" kata Ibu Bumi panjang lebar.

"Hmmm" Mentari menghela nafasnya.

"Kak Bumi kan baik bi," Mentari membela kakak sepupunya itu.

"Kamu tau dia baru habis bertengkar dengan bapaknya" Kata Bibi sambil menghela nafas panjang.

"Bertengkar...Karena apa?"Mentari ingin mendengar kelanjutan cerita bibinya. Dia memang tau kalau Bumi dan ayahnya tidak akur. Bumi sering memiliki beda pendapat dan beda keinginan.

"Bumi sebenarnya tidak mau sekolah montir, dia lebih suka menjadi guide. Bekerja sebagai supir travel, tapi kata ayahnya dia lebih cocok jadi montir, nanti bisa buka usaha dirumah. Menjadi montir sangat menjanjikan, lain halnya dengan kerja di pariwisata yang penghasilannya nggak stabil. Kalau ada turis rame baru dapat uang kalau turis sepi ya dapatnya nggak seberapa."Bibi menjelaskan panjang lebar

"Tapi Bi, kan kak Bumi mungkin memang lebih suka kerja di dunia pariwisata. Kenapa nggak didukung aja?"

"Ya, kan beda dengan prinsip pamanmu. Dia memberikan pilihan Bumi mau sekolah montir atau mau jadi guru aja meneruskan pekerjaan ayahnya."

"Trus, kak Bumi nggak mau keduanya?"

"Ya kalau dia nggak mau dia nggak boleh melanjutkan sekolah ke universitas."

"Hmmm... kasian Kak Bumi"jawab Mentari.

"Kamu kelas berapa sekarang Tari?" Bibi mengalihkan pembicaraan.

"Ooh Tari bentar lagi lulus SMA bik," jawabnya.

"Nggak kuliah?"

"Kayaknya nggak, bapak dan ibu nggak punya uang untuk menyekolahkan Tari lagi."

"Sayang banget ya, padahal kamu anaknya pintar, makanya tinggal disini aja nanti bibi yang biayain sekolah kamu" Ibu dari Bumi itu merayu Mentari.

Mentari hanya diam saja, menarik selimut dan memejamkan matanya.

Dia tidak menjawab dengan alasan. Dia tidak tau harus menjawab apa, tinggal disini mungkin akan menyenangkan daripada di rumah. Apalagi disekolahkan tentu itu adalah mimpi Mentari. Tapi Mentari tidak mau meninggalkan orang tuanya.

"Gimana kamu mau? Atau kalau nggak tinggal disini, nanti kamu jadi menantu bibik aja gimana?"Ejek bibinya sambil melihat Mentari yang ketauan berusaha untuk tidur.

"Sudah malam bik, ayok tidur" kata Mentari sambil menarik selimutnya lagi.

Cuaca yang dingin melelapkan tidur Mentari. Namun bibinya hanya tidur 3 jam saja, pukul 01.00 pagi Ibu Bumi sudah mulai membuat jajan untuk dijual. Dia bisa membuat 3-4 jenis jajan setiap hari. Sampai 1000pcs per hari. Apalagi kalau ada hari raya umat Hindu, jajannya akan semakin laris.

Warung sembakonya juga buka setelah Ibu Bumi selesai membuat jajan, biasanya sekitar jam 4 pagi.

Mentari terbangun jam 6.00 pagi, dia melihat Bibinya sudah dikerumuni pembeli. Setelah cuci muka, Mentari langsung menuju warung untuk membantu bibinya.

"Siapa dia Tut?" Tanya seorang pembeli.

"Calon mantu ya?"sambung pembeli yang lain.

Mentari hanya diam nggak tau harus menjawab apa, dia hanya tersenyum tipis sambil melanjutkan membantu memungut sampah-sampah plastik.

"Eeeh bukan mantu, dia ponakan dari kampung karet, anak sulung adikku" jawab Bibi sambil memasukkan belanjaan pembeli itu.

"Rajin Tut, cocok dijadikan mantu" Ibu itu melihat ke arah Mentari sambil tersenyum dan meninggalkan warung.

Bibi melihat Mentari dan tersenyum.

"Tari udah bersih-bersihnya, kamu mandi dulu kita berangkat ke Pura untuk ngayah.

...****************...

Mentari pergi ke Pura bersama bibinya, dia ngayah dan membantu bibi membuat pajegan ( buah yang disusun untuk upacara persembahyangan). Setelah itu barulah dia pulang mandi dan berganti pakaian. Beberapa saat kemudian keluarganya datang, Senja kakek nenek, dan Kadek. Mereka langsung berganti pakaian dan menuju pura bersama-sama.

Sikap Bumi ke Mentari kalau di depan keluarganya seolah tidak terjadi apa-apa. Seolah tidak ada hubungan khusus diantara mereka. Seperti sikapnya ke saudara yang lain, namun entah kenapa Mentari tidak bisa seperti itu. Jika di rumah Bumi, dia berusaha menjaga jarak dari Bumi. Karena itulah bibi merasa Mentari tidak tertarik sama Bumi.

Mentari hanya mencuri pandang diam-diam. Dia memperhatikan setiap gerak gerik Bumi tanpa ada yang curiga. Dia merasa bahagia walau hanya melihat Bumi. Dengan melihat senyum Bumi dari kejauhan saja dia sudah merasa bahagia.

Bahagia hanya dengan melihat, tanpa menyentuh, tanpa berkata. Nanti apa yang ia rasakan dia tuliskan dalam puisinya. Mengagumi sosok Bumi yang dilihatnya begitu sempurna. Sementara sosoknya yang jauh dari sempurna tidak akan mungkin bisa bersanding dengan Bumi.

Mentari selalu merasa tidak percaya diri dengan dirinya. Dia selalu merasa dirinya jelek, dekil dan tidak menarik. Dia tidak pandai bergaul, wajahnya yang selalu terlihat judes dan pemarah. Seolah tidak ada yang berani mendekatinya. Itulah mengapa Mentari hanya bisa mengagumi Bumi dalam diam.

Aku Mentari yang tidak bersinar

Mentari 2005

1
Sweetmommy
Jangan lupa komentarnya ya teman-teman ☺️🙏
Sweetmommy
Semangat semangat update
Sweetmommy
🤣🤣🤣
Komang Arianti
sriningsih versi kampung karet😩😩
Sweetmommy
🥹🥹🥹
Sweetmommy
🙏🙏☺️☺️
Sweetmommy
Ikutin terus ya
Sweetmommy
Jangan menangis 😁
Komang Arianti
kasihan sekali mentarii . ini kapan dy bahagiaanya thor... kasi bahagia dlu biar ga menderita ajaa hidupnya
Komang Arianti
baperrrr akuhhh thor😭😭😭😭
Sweetmommy: Jangan nangis ya 🥰
total 1 replies
Komang Arianti
😂😂kerennnlahhh
Komang Arianti
😭😭😭😭syedihhh akuu thor.. kenapa hidup mentarii se merana itu🤔🤔
Komang Arianti
😢😢😢😥😥
Komang Arianti
kereennnnnnn😍😍😍😍😍mantapp poll thor
Komang Arianti
🥰🥰🥰seruuuu
Komang Arianti
😭😭😭😭syedihh akuu thor...
Komang Arianti
baperr bacanya..... 😭😭😭
Komang Arianti
baguas ceritanyaa... 🥰🥰🥰
Sweetmommy: Makasi kk ☺️☺️🥰
total 1 replies
Anita Jenius
3 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
Sweetmommy: Makasi kk, sama sama semangat ya 🙏☺️
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak.
Sweetmommy: Salam kenal kk ☺️☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!