Bagaimana jika pengalaman pertamamu di renggut oleh seorang gadis miskin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitryas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
“Menikahlah denganku Lucia, aku siap susah senang bersamamu, menjadi sandaranmu, menjadi pendengar dan menjadi orang pertama yang selalu ada untukmu.” Ungkap Grey tulus.
Lucia mendorong tubuh Grey seketika, wanita itu terlika kikuk dan canggung.
“Aku mau masak dulu.” Ucap Lucia sambil bergegas menuju area dapur.
Kosan Lucia cukup luas, kamar Lucia menyatu dengan dapur. Di sana juga ada sofa untuk duduk santai dan ada kamar mandi di dalam.
Namun beda halnya di mata Grey, ruangan ini terlihat seukuran dengan kamar mandi di rumah pria itu.
Grey menatap Lucia yang sedang memasak sambil bersandar di sofa dan memeluk boneka besar milik Lucia. Mungkin perjalananya masih panjang untuk menahlukan hati wanita itu.
Pria itu senyum-senyum sendiri saat membayangkan jika dirinya berdiri di belakang wanita itu sambil memeluknya posesif.
“Ya ampun Grey! Apa yang kamu bayangkan.” Gumamnya dalam hati sambil menggelengkan kepalanya agar tersadar dari hayalanya, yang jauh dari kata dekat karena mereka berlum terlalu dekat untuk melakukan hal itu.
“Aku gak bisa tidur di sembarang tempat.” Ucap Grey dan didengar jelas oleh Lucia, namun wanita itu tak menoleh dan pura-pura tak mendengar.
Setenagh jam berlalu Lucia sibuk dengan masakanya sendiri sampai ia lupa jika di belakangnya ada Grey yang sedang duduk, Lucia pun berbalik untuk mengajak pria itu makan karena semua hidangan sudah selesai ia masak.
Lucia berniat memberi Grey makan siang, dalam bentuk rasa terimakasihnya karena beberapa hari ini sudah membantunya.
Namun pria itu justru malah tertidur pulang di atas sofa sambil memeluk boneka yang biasa Lucia peluk setiap kali tidur.
Lucia mendekat, dan duduk di lantai sambil menatap wajah tampan Grey. Lucia akui jika Grey memiliki wajah yang sangat tampan, bahkan dia jauh lebih tampan dari Andrew.
“Katanya gak bisa tidur sembarangan di tempat asing. Dasar pembohong.” Gumam Lucia.
Lucia tersenyum pahit, mana mungkin pria setampan ini ingin mengajaknya menikah.
Ia pun segera menggoyangkan tubuh Grey pelan.
“Hei, ayo kita makan.” Ajak Lucia, dalam sekali sentuhan pria itu langsung terbangun. Ia bahkan heran kenapa dirinya bisa tidur, karena biasanya ia tak bisa tidur kalau berada di tempat sepi seperti ini.
Grey menatap boneka yang memiliki aroma tubuh Lucia, mungkin karena itulah dia bisa tidur dengan mudahnya.
Grey berjalan lalu duduk di meja makan berhadapan dengan Lucia, ia terdiam menatap hidangan yang tersaji di atas meja.
“Kenapa? Kamu gak mau makan? Oh aku lupa kalau kamu gak bisa makan-makanan rakyat jelata sepertiku.” Ucap Lucia sambil tersenyum miring.
“Jangan sedih, aku akan memakan semua masakan yang kamu masak, Cia.” Ucap Grey sambil tersenyum.
“Ck! Menyebalkan.” Jawab Lucia, wanita itu lalu mengambil nasi untuk Grey dan menambahkan lauk pauk yang ia buat hari ini.
Grey menelan salivanya susah, namun detik berikutnya ia makan dengan lahap di depan Lucia.
“Ngomong-ngomong aku ingin boneka itu, setidaknya sampai kita menikah aku akan kembalikan bonekamu.” Ucap Grey dengan santainya, seolah Lucia sudah menyetujui pernikahan yang ia impikan itu.
Lucia mendelik. “Apa lagi sekarang? Kemarin kamu mau aku jadi istrimu, sekarang bonekapun kmau mau ambil? Besok apa lagi?” Sindir Lucia sambil melahap makanan yang ia buat tadi.
“Aku susah tidur, mungkin karena aroma tubuhmu menempel di boneka itu jadi aku mudah tidur.” Jawabnya jujur.
“Bulshiitt.”
“Serius, pertama kali aku bisa tidur tenang saat kita menghabiskan malam ber—“
“Stop! Aku gak mau mendengarnya.” Ucap Lucia tak mau mengingat kejadian itu, karena setiap mengingatnya pasti wajahnya memerah dan memanas.
Grey pun mengangguk-angguk pelan,ia mengerti karena mana mungkin ada orang yang percaya omong kosongnya itu.
“Astaga, tanganmu kenapa?” Tanya Lucia dengan wajah terkejutnya, ia lalu meatap wajah Grey untuk mendapat jawaban, namun ia lebih terkejut lagi karena bagian leher dan rahang pria itu juga mulai memerah.
“Jangan sentuh aku, aku baik-baik saja.” Ucap Grey, ia tak ingin membuat Lucia hawatir. “Aku harus pulang, sampai ketemu—“
“Gak! Kita harus ke rumah sakit!” Ujar Lucia dengan tegas.
Padahal Grey sudah berniat pergi ke rumah sakit bersama Adnan tanpa harus melibatkan wanita itu agar tidak menghawatirkan dirinya.
Grey menggeleng. “Aku baik-baik saja, aku bisa mengurusnya sendiri.” Ucap Grey, padahal ia sudah tak tahan ingin menggeruk semua tubuhnya bahkan nafasnya pun sudah mulai tak beraturan.
Grey bergegas beridiri dan menjauhi Lucia, namun wanita itu tak mau menjauh dan malah merangkul tanganya untuk memapah tubuh Grey.
“Cia, aku mohon jangan ikut!”
“Kamu bilang siap susah senang bersamaku, laku kenapa aku gak boleh ikut?!” Sentak Lucia kesal, ia merasa bersalah karena sudah berani membeti makan pria kaya ini dengan makanan rakyat jelata sepertinya.
Bukanya pergi Grey malah langsung memeluk wanita itu.
.
Tbc
💖💖💖💖💖
semangat semangat kak 💪💪
semangat semangat kak 💪💪