Cinta pertama, sesuatu yang menurut orang tak bisa dilupakan dengan mudah, mungkin itu juga yang terjadi pada Alya.
-Kamu cinta pertamaku, ku harap aku dan kamu akan selalu menjadi KITA-
Alya khumaira.
Namun bagaimana jika Alya tau bahwa dirinya hanya menjadi bahan taruhan saja? Mampukah Alya melupakan segalanya?
Dan bagaimana jika suatu hari di masa depan ia bertemu kembali dengan cinta pertamanya?
Mampukah dia menghadapi Cinta sekaligus Kesakitannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Main- Main
"Gue suka sama Lo Al.."
"Pacaran yuk.."
Entah setan apa yang menghampiri Junaidi, tiba- tiba mengajaknya pacaran, hey.. Jun, gelarmu sebagai teman tapi musuh tidak terganti!
Alya menghela nafasnya dia mencoba memejamkan matanya yang perih karena tak bisa tidur, sekarang dia sedang dilema.. Dia punya pacar bernama Faris Prasetyo, meski di sebut paksaan di awal, tapi kini mulai menumbuhkan benih-benih cinta,meski mungkin belum bisa di sebut cinta sejati.
Dan Sekarang Junaidi datang lalu mengajaknya pacaran, seperti mengajaknya untuk berangkat sekolah bareng kata 'Yuk' yang di ucapkan Junaidi, kurang lebih terasa seperti itu untuk Alya.
Alya tertawa terbahak "Si Juned gila.." setelah tadi Junaidi menyatakan cinta dan membuat Alya tersedak, Alya langsung menendangnya keluar tak dihiraukan Junaidi yang memelas dan meminta jawaban.
"Lo belum jawab Al.."
"Jawabannya Enggak.."
"Gak di fikir dulu Al, nanti nyesel loh"
"Denger ya Jun, Aku udah nyaman sama status kita, dan jangan rusak cuma karena status yang namanya pacaran"
"Tapi, bukan karena Lo udah pacaran sama cowok keren itu, kan Al?"
Lihat bahkan Junaidi juga mengakui jika Faris memang keren, dan bagaimana kalau dia tahu, itu juga yang menjadi salah satu alasan dia menolaknya.
Alya terdiam dan menipiskan bibirnya "Kalau kita rubah status kita, suatu saat jika sesuatu terjadi dengan hubungan kita, mungkin Aku gak bisa nganggep Kamu temen lagi Jun, meskipun Kamu sering jahil, Kamu tetap teman yang baik Jun"
Junaidi akhirnya pasrah dan melangkah gontai kembali kerumahnya, cintanya pada Alya tak bersambut.
.
.
..
Tak terasa hari cepat berlalu, satu minggu lalu kakaknya menginap di rumahnya, seperti janjinya selama satu minggu penuh kakak dan kakak iparnya menginap, dan hari ini mereka harus segera berangkat ke kota M dan menetap di sana hingga batas waktu yang belum di tentukan. Entah kapan Kakak iparnya akan di pindahkan kembali ke kota ini.
Hari ini Alya berangkat sendiri, Faris bilang dia harus berangkat dengan Salsa, jadi mau tak mau Alya naik bis sambil menggerutu, bagaiman tidak dia sedang datang bulan membuat moodnya melonjak naik, belum lagi dia merasa perutnya mulai kram, tapi setidak nya Faris memberitahunya hingga dia tak perlu menunggu Faris menjemputnya dengan sia-sia.
Alya dilema, dia merenung apa sebenarnya yang dia lakukan, dia mulai menyukai Faris, dan Faris tahu itu, tentu saja karena Alya mulai menikmati kebersamaan mereka, tapi seolah sengaja Faris juga tak mempertegas hubungan mereka, dia masih terus pergi ke sekolah dengan Salsa, namun di satu waktu Faris juga seolah menjadikannya tameng agar Salsa menjauh darinya.
Hubungannya dan Junaidi semakin renggang, dan Junaidi seperti canggung dan tidak lagi menjahili Alya dengan kata-katanya, mereka hanya saling sapa, tanpa candaan berlebih.
Tepat saat Alya masuk gerbang saat itu pula Salsa dan Faris keluar dari mobilnya, tiba- tiba hatinya terasa perih, dia ingin menangis karena ternyata merasa sakitnya begitu menyakitkan.
Tanpa menoleh Alya menyusuri koridor dan menaiki tangga menuju kelasnya di lantai dua, Alya menyimpan tas di atas meja lalu keluar lagi menuju ketoilet.
Faris melihat punggung Alya yang berjalan cepat memasuki kelas lalu mengeryit saat Al keluar lagi dan berjalan kearah dimana toilet berada, kenapa dia?.
Alya duduk di atas kloset di balik bilik, lalu tiba tiba menangis, Alya menekan perutnya yang terasa sakit hingga dia hanya menggigit bibirnya agar isakannya tak terdengar.
Suara beberapa pasang sepatu memasuki toilet sambil bercanda terdengar di telinga Alya yang berdengung, rasa sakit di perutnya membuat Alya berkeringat dingin dan pandangannya berkunang- kunang, meski Alya terbiasa dengan sakit bulanannya ini tapi tetap saja dia tak bisa menahannya.
Suara saling menyahut terdengar oleh Alya, Dari sekian suara, Alya tahu suara siapa saja itu, dan Alya semakin mencengkram perutnya mana kala mendengar ucapan demi ucapan dari mulut mereka.
"Jadi Orang tua kalian udah jodohin kalian?" itu suara Rani.
"Iya, jadi Faris itu udah pasti sama Gue, dan jodoh Gue" itu suara Salsa.
"Terus gimana sama si Alya itu" itu suara Anita.
Alya makin berkeringat tapi dia terus membuka matanya agar tetap sadar dia ingin dengar apa yang mereka bicarakan.
"Ck, Faris itu cuma main sama si Alya, anggep aja begitu. Kalau dia udah bosen dia bakal balik ke Gue, biar bagaimana pun dia udah di jodohin sama Gue, kayak apapun mereka tetep aja mereka gak bakal bisa bersama, mereka itu ibarat Langit dan Bumi"
"Kalo Faris beneran cinta sama Alya dan gak main-main gimana?"
Ya, bagaimana jika begitu.. Faris pasti benar-benar menyukainya kan? batin Alya berteriak.
Salsa terkekeh "Gak akan"
Bagaimana mungkin Salsa begitu yakin apakah dia pernah melihat perlakuan Faris padanya yang sangat romantis apalagi akhir- akhir ini saat mereka pulang Faris selalu mengecup dahi atau pipi Alya, dan membuat Alya yakin tentang perasaannya.
Alya menarik nafas beberapa kali lalu dia menyandarkan punggungnya, sakitnya sudah lumayan berkurang tapi kini dia punya kegundahan di hatinya..
Bagaimana jika apa yang di katakan Salsa benar, Alya mengakui jika dirinya dan Faris bagai langit dan bumi, tapi apa salahnya dengan itu.. masih kah ada orang yang menilai satu hubungan dari kastannya.
Salsa dan Faris sudah di jodohkan tapikan kita tidak tahu tentang itu, jodoh ada di tangan Tuhan.
Tapi yang satu ini tak bisa, tak membuat Alya terus berfikir
Benarkah Faris hanya bermain- main dengannya?
.
.
.
Like..
Komen..
Vote..
🌹🌹🌹🌹