Shereny Claudine, seorang perempuan mandiri dan tegas, terpaksa mencari pekerjaan baru setelah putus dari kekasihnya yang berselingkuh serta kepergian ibunya. Tak ingin bergantung pada siapa pun, ia melamar sebagai pengasuh (baby sitter) untuk seorang anak laki-laki berusia 5 tahun bernama Arga. Tak disangka, ayah dari Arga adalah Elvano Kayden, pria arogan dan kaya raya yang pernah bertemu dengannya dalam situasi yang tidak menyenangkan. Elvano, seorang pengusaha muda yang dingin dan perfeksionis, awalnya menolak keberadaan Shereny. Menurutnya, Shereny terlalu keras kepala dan suka membantah. Namun, Arga justru menyukai Shereny dan merasa nyaman dengannya, sesuatu yang sulit didapat dari pengasuh sebelumnya. Demi kebahagiaan anaknya, Elvano terpaksa menerima kehadiran Shereny di rumah mewahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Larasati Pristi Arumdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25 : Romansa Kantor
Elvano dan Shereny baru saja pulang dari rumah sakit. Setelah menghadapi momen yang penuh kekhawatiran saat Zefa, bayi mereka yang baru berusia 3 bulan, mengalami demam tinggi, kini mereka merasa lega karena keadaan Zefa sudah membaik. Saat memasuki rumah, mereka disambut oleh lima pembantu yang berdiri rapi di halaman depan, siap membantu mereka.
Elvano tersenyum bangga melihat Shereny yang tampak lelah namun bahagia. Ia tahu betapa sulitnya bagi Shereny untuk mengurus Zefa dan Arga, anak laki-laki mereka yang berusia 6 tahun. Dengan penuh kasih, Elvano berencana memberikan kejutan yang akan meringankan beban Shereny.
Elvano merangkul Shereny dan membelai rambut indahnya dengan penuh cinta, "Sayang, selamat datang di rumah! Aku punya kejutan untukmu."
"Kejutan? Apa itu? Jangan bilang ini tentang Zefa lagi, ya?" Tanya Shereny dengan rasa penuh dengan penasaran. Wajahnya yang cantik dan matanya yang indah tampak bersinar.
Elvano menggeleng dan memancarkan senyum lembutnya, "Bukan, bukan! Lihat, ada pembantu-pembantu yang sudah siap membantu kita!"
Shereny tersenyum puas melihat deretan asisten rumah tangga dengan seragam yang sama dan pakaian yang sopan. Mereka tampak lebih tua darinya. Namun ada satu orang yang tampak lebih muda dari Shereny. "Nah itu yang lebih muda, dia tampak baru lulus sekolah ya, padahal dia sudah umur 30 tahun. Dia aku pekerjakan karena dia hanya tinggal sendiri. Dan ia adalah anak dari salah satu kenalanku, dan kenalanku itu sudah meninggal." Jelas Elvano. Shereny mengangguk paham.
Shereny langsung takjub dengan pemandangan yang ia lihat dari jendela mobil, "Kamu serius, sayang? Ini semua untuk aku?"
Elvano mengangguk dan mencium rambut kepala Shereny, "Iya, biar kamu bisa lebih santai. Aku tahu mengurus Zefa dan Arga itu nggak gampang. Jadi, mereka di sini untuk membantu."
Wajah berseri Shereny berubah menjadi wajah yang penuh rasa terharu, "Ah, terima kasih, sayang. Kamu selalu tahu apa yang aku butuhkan. Tapi, bagaimana dengan Arga?"
Elvano mengusap lembut kepala Shereny, "Tenang saja, Arga juga akan dapat perhatian lebih. Aku juga sudah siapkan baby sitter khusus untuk Zefa. Jadi, kamu bisa istirahat."
Shereny tersenyum bahagia dan menatap mata Elvano penuh dengan cinta, "Kamu itu luar biasa. Aku beruntung banget punya suami sepertimu."
"Dan aku beruntung punya istri yang sabar seperti kamu. Sekaligus ini adalah permintaan maafku atas kelalaian dan kecerobohanku karena mengabaikan kamu kemarin." Ungkap Elvano dengan rasa menyesal. Shereny memaklumi dan mengusap pipi Elvano sebagai tanda memaafkan.
Elvano segera keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Shereny, "Ayo! Semoga Zefa cepat sembuh dan kita bisa menikmati waktu bersama."
Dengan semangat baru, mereka bersama-sama masuk ke dalam rumah dan di sambut oleh Alfaro, Kayyisa dan Arga. Arga langsung memeluk Shereny dengan penuh rasa rindu.
"Mama, aku rindu sekali dengan mama dan adik Zefa. Apa adik Zefa sudah sembuh?" Tanya Arga dengan wajah polos dan perasaan khawatir dengan adiknya.
"Adik Zefa sudah mendingan sayang, mungkin akan dilakukan perawatan dirumah dengan mama." Jelas Shereny sambil mengusap pipi Arga. Anak dari Elvano yang pintar dan tampan.
"Aku akan bantu mama mengurus adik Zefa dan bersikao baik." Ujarnya penuh semangat. Sungguh, keluarga yang diimpikan oleh Shereny terwujud. Ia sangat beruntung memiliki suami yang sangat baik padanya dan Arga yang sangat menerima dan menyayangi Shereny sebagai ibu sambungnya. Ia merasa, bahwa ini semua adalah harga dari semua perjalanan yang telah ia lalui.
Alfaro menyambut hangat kedatangan Elvano dan Shereny. Namun ada beberapa hal yang harus ia bicarakan. Sudah seminggu Elvano tidak mengetahui keadaan kantor karena ia menyerahkan semuanya kepada Alfaro agar lebih tenang untuk menjaga bayinya saat dirumah sakit.
Alfaro membisikkan sesuatu yang cukup membuat Elvano sedikit terkejut. Elvano mengernyitkan dahinya dan menghela nafas berat.
"Maya, untuk saat ini tolong bantu istri saya. Ada pekerjaan yang harus saya tangani. Oh iya Kayyisa, kamu bisa ikut saya dan Alfaro ke kantor." Perintah Elvano dengan suara yang tegas. Cukup merubah suasana menjadi sangat tegang dan menkhawatirkan. Sebenarnya Shereny sangat mengkhawatirkan suaminya, namun ia percaya bahwa suaminya adalah orang yang cerdas dan memiliki rencana yang baik untuk bidang bisnis.
Saat di perjalanan, Alfaro duduk tepat di samping Elvano. Elvano sibuk membuka iPad nya. Mobil yang melaju dengan cepat di tengah kota yang padat, Kayyisa, duduk di kursi pengemudi, fokus pada jalan di depan. Di kursi belakang, Elvano dan Alfaro, terlibat dalam diskusi serius. Berita tentang penurunan saham perusahaan makanan yang di bangun sekian lama dan dikelola secara turun temurun pun mendapatkan masalah serangan hacker masih menghantui pikiran mereka.
Meskipun situasinya mendesak, Kayyisa tetap tenang dan percaya diri, sementara Elvano tampak gelisah, memikirkan dampak dari insiden ini terhadap reputasi perusahaan yang telah dibangunnya dengan susah payah.
Elvano menghela nafas dan matanya yang tajam terlahir kembali. Matanya langsung mengarah kepada sahabat istrinya, "Kayyisa, bagaimana situasi di tim IT saat ini? Apakah kita sudah menemukan akar masalahnya?"
Mata Kayyisa langsung mengarah ke cermin spion tengah, "Kami sudah mengidentifikasi beberapa titik kelemahan dalam sistem keamanan. Tim sedang bekerja untuk mengamankan website dan mencegah serangan lebih lanjut."
Alfaro membuka tab nya, "Kita perlu menyampaikan bahwa kita sedang mengambil langkah-langkah konkret untuk memperbaiki masalah ini. Investor harus melihat bahwa kita berkomitmen untuk menjaga keamanan dan integritas datanya pak."
Mata Elvano langsung tertuju kepada Alfaro dengan perasaan yang sedikit tenang, "Benar. Apa yang bisa kita katakan dalam pernyataan resmi kita? Kita tidak bisa membuat mereka semakin khawatir."
Tepat saat di lampu merah, Kayyisa mencoba memutar otaknya untuk berpikir jawaban yang tepat, "Saya sarankan kita menekankan bahwa serangan ini telah ditangani dan kita sedang meningkatkan sistem keamanan Pak. Ini juga saat yang tepat untuk menunjukkan transparansi kita kepada publik."
Alfaro pun meyakinkan Elvano, "Kita harus menekankan bahwa kami memiliki tim IT yang kompeten dan sedang bekerja keras untuk memastikan tidak ada data yang bocor. Saya bisa menyiapkan draf pernyataan dan mengirimkannya kepada Anda, Pak."
Elvano mengangguk, "Lakukan itu, Alfaro. Dan kita perlu menjadwalkan konferensi pers secepatnya. Kita harus menjelaskan situasi ini langsung kepada publik."
Mereka bertiga pun segera masuk ke dalam gedung perusahaan, "Saya bisa mengatur konferensi pers, dan saya akan memastikan semua detail teknis diperiksa sebelum kami tampil di depan umum." Ucap Kayyisa.
Alfaro mengangguk dan memegang bahu Kayyisa, "Pastikan juga kita memiliki grafik atau data pendukung untuk menunjukkan bahwa kita sedang proaktif. Ini akan membantu menenangkan investor dan pelanggan."
Elvano tersenyum namun tetap berbicara dengan tegas, "Baiklah, sepertinya kita sudah memiliki rencana. Kayyisa, teruskan pekerjaanmu di lapangan, dan Alfaro, pastikan semua dokumen siap sebelum kita mengumumkan langkah-langkah kita."
Kayyisa langsung menyetujui perintah Elvano, "Akan saya lakukan, Pak. Kita akan segera keluar dari situasi ini."
...****************...
Alfaro sedang asyik duduk di depan laptopnya, menyusun draf pernyataan resmi untuk menghadapi krisis yang sedang melanda perusahaan. Di sisi lain meja, Kayyisa, kepala bagian IT yang selalu fokus, sedang memeriksa perangkat lunak keamanan.
Meskipun sedang sibuk kerja, ada suasana yang sedikit romantis di antara mereka. Sesekali, mata mereka bertemu, dan senyuman kecil muncul di wajah masing-masing, membuat suasana menjadu lebih hangat.
Alfaro masih mengetik dan sesekali melirik Kayyisa, "Kayyisa, udah dapet laporan terbaru dari tim IT belum? Kita butuh info buat pernyataan kita."
Kayyisa menoleh dan tersenyum, "Belum sepenuhnya, sih. Tapi aku bakal segera hubungi tim. Mereka lagi sibuk bener ngurusin masalah ini, tapi aku pastiin bisa dapet info yang kita butuhin."
Alfaro tersenyum menggoda, "Kamu emang selalu bisa diandalkan. Aku yakin tim bakal lebih cepat kalau kamu yang turun tangan. (berpura-pura serius) Jangan sampai mereka ngabaikan kamu, ya!"
"Gak mungkin! Lagipula, aku ada kamu yang selalu dukung. (berhenti sejenak) Tapi, serius, aku pengen banget kita bisa ngelewatin ini bareng-bareng. Rasanya lebih gampang kan kalau kita kerja sama?"
Alfaro memandang Kayyisa dengan lembut, "Setuju banget. Kita bisa hadapin apa pun selama saling support. Dan... (menarik napas) aku bener-bener menghargai kerjasama kita. Tenang aja ya sayang, walaupun kita beda ruangan, aku akan back up kamu."
Kayyisa tersenyum malu, "Aku juga. Kita harus rayain ini setelah semua beres. Mungkin makan malam di tempat favorit kita? Aku pengen banget makan steak."
Alfaro mengacungkan jempol, "Pas banget! Kita bisa rencanain semua setelah krisis ini kelar. Sementara itu, kamu fokus ke keamanan, dan aku bakal selesaikan draf ini."
Kayyisa berdecak pinggang, "Deal! Tapi ingat, aku butuh laporan itu cepet. Gak boleh buang-buang waktu."
Alfaro pun langsung hormat kepada Kayyisa, "siap boss!"
Kayyisa tersenyum manis sambil mengangkat kedua tangannya, "Semangat!"
"Semangat juga sayang" Ucap Elvano dari belakang Alfaro. Alfaro langsung terkejut dan langsung berlari ke ruangannya. Elvano menghela nafas dan menggelengkan kepala "Untung aku butuh. Kalau nggak, udah aku pites."