NovelToon NovelToon
Istri Ku Penghianat

Istri Ku Penghianat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dendam Kesumat
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwine

**"Siapa sangka perempuan yang begitu anggun, patuh, dan manis di depan Arga, sang suami, ternyata menyimpan sisi gelap yang tak pernah ia duga. Di balik senyumnya yang lembut, istrinya adalah sosok yang liar, licik, dan manipulatif. Arga, yang begitu percaya dan mencintainya, perlahan mulai membuka tabir rahasia sang istri.
Akankah Arga bertahan ketika semua topeng itu jatuh? Ataukah ia akan menghancurkan rumah tangganya sendiri demi mencari kebenaran?"**

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

mencoba membenarkan

Alya dengan cermat menjalankan rencananya, dan kini berhasil membuat ibu Mentari meragukan anaknya sendiri. Meskipun ia terlihat sangat bersedih dan terpuruk, dalam hatinya, Alya merasa puas melihat rencana balas dendamnya mulai membuahkan hasil. Dengan setiap tetangga yang mulai berbicara tentang tuduhan terhadap Mentari, ia tahu bahwa reputasi keluarga Mentari sedang dihancurkan perlahan-lahan.

Ibu Mentari pulang dengan hati yang hancur. Rasa malu dan kebingungannya begitu dalam, tak hanya karena tuduhan Alya, tetapi juga karena ia merasa telah gagal melindungi anaknya. Seperti yang dikatakan Arga, ia tahu ia harus mendengarkan versi Mentari dulu, tetapi saat itu, amarah dan kekecewaan menguasainya. Betapa sulitnya menerima kenyataan bahwa mungkin saja anaknya terlibat dalam masalah besar seperti yang dikatakan Alya.

Arga, yang merasa terperangkap di antara rasa bersalah dan keinginannya untuk membenarkan Mentari, tahu bahwa ia harus segera bertindak. Ia tak bisa lagi membiarkan Alya merusak lebih banyak kehidupan dengan kebohongannya. Namun, ia juga tahu, saat ini, yang paling penting adalah menjaga hubungan antara Mentari dan ibunya, serta membuktikan bahwa semua ini hanyalah manipulasi dari Alya.

Pada saat yang sama, Arga mulai menyadari bahwa ia telah membuat pilihan yang salah dengan membiarkan hubungan pribadinya dengan Alya membawa masalah kepada Mentari. Ia tidak seharusnya membiarkan Alya masuk ke dalam kehidupannya, apalagi dengan cara yang merusak. Sementara itu, Alya sudah semakin jauh menyusun langkah selanjutnya untuk membuat Mentari semakin terpojok.

Arga memutuskan untuk bertemu dengan Mentari dan memberikan penjelasan. Ia tahu, meskipun sulit, ia harus mencari cara untuk membongkar kebohongan Alya, sebelum semuanya terlambat. Dan yang lebih penting lagi, ia harus mencari jalan untuk memperbaiki hubungan antara Mentari dan ibunya, karena jika mereka berdua saling menjauh, maka semua akan berakhir dengan kehancuran yang lebih besar.

Perasaan bersalah yang begitu berat kini menimpa Arga. Tetapi, ia tahu, satu-satunya cara untuk membuat semuanya kembali pada tempatnya adalah dengan bertanggung jawab atas tindakannya dan memastikan bahwa kebenaran akhirnya terungkap. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan Alya menang.

Arga duduk di hadapan Mentari, melihat ekspresi kebingungannya yang berubah menjadi ketakutan. Ia tahu betapa berat beban yang harus ditanggung oleh Mentari, apalagi setelah mendengar semua tuduhan yang dilontarkan oleh Alya. Dalam hati, Arga merasa sangat bersalah. Ia merasa bahwa seharusnya ia bisa menghindari situasi ini, tetapi kini semuanya sudah terlambat.

"Mentari..." suara Arga penuh penyesalan. "Aku minta maaf, aku tahu ini semua salahku. Aku seharusnya tidak membiarkan masalah pribadiku melibatkanmu. Aku sudah mengabaikan apa yang bisa terjadi jika semuanya sampai ke telinga ibumu. Alya... dia memanipulasi semuanya, dan sekarang kau yang harus menanggung akibatnya."

Mentari menatap Arga dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Jadi, ibu... ibu benar-benar percaya pada tuduhan Alya? Ibu benar-benar membenciku sekarang?" ucapnya dengan suara bergetar, air mata mulai mengalir di pipinya.

Arga menggenggam tangannya dengan lembut, mencoba memberikan dukungan. "Tidak, Mentari. Aku tahu ibu tidak akan pernah membencimu begitu saja. Tapi, dia terperangkap dalam kebohongan yang dibangun Alya. Aku sudah berbicara dengan ibumu, tapi aku tahu ini akan sulit untuk dibenarkan dengan cepat."

Mentari menunduk, menangis lebih keras. "Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, pak Arga. Ibu... ibu yang selalu mendukungku, kini mungkin berpikir aku... aku benar-benar melakukan hal yang buruk. Dan itu semua karena... karena Alya!"

Perasaan sakit hati yang mendalam mengguncang Mentari. Tidak hanya karena tuduhan yang salah, tetapi juga karena perasaan dikhianati oleh orang-orang yang ia anggap dekat. Ibunya, yang selama ini menjadi tempat ia mencari perlindungan dan kasih sayang, kini tampak menjauh darinya, terpengaruh oleh cerita bohong Alya.

Arga mengelus punggungnya dengan lembut. "Aku akan melakukan apa saja untuk membantu mengungkap kebenaran, Mentari. Aku tahu ini berat untukmu, tapi kita akan melewati ini bersama. Ibu akan mengerti suatu saat nanti, aku yakin."

Namun, Mentari tetap terisak. "Aku tak tahu apakah ibu bisa memaafkan aku, pak Arga. Kalau aku tidak pernah tahu tentang tuduhan itu, mungkin aku bisa tetap tinggal tenang. Tapi sekarang, aku merasa sudah kehilangan segalanya."

Arga merasa hatinya terhimpit melihat kesedihan Mentari. Ia ingin segera menyelesaikan masalah ini, agar Mentari tidak terus-terusan merasakan beban ini. "Aku akan pastikan Alya tidak lagi mengontrol keadaan ini, Mentari. Aku janji, aku akan melakukan yang terbaik untuk memperbaiki semuanya. Kita akan mencari jalan keluar."

Mentari mengangguk pelan, meskipun hatinya masih terasa hancur. Dia ingin mempercayai Arga, tetapi rasa sakit hati dan keraguan itu terlalu dalam. Ia hanya bisa berharap bahwa suatu hari nanti, ibunya bisa melihat kebenaran dan memberikan pengertian.

Ibu Mentari membuka pintu dengan ekspresi bingung, namun ketika matanya tertuju pada sosok Arga yang berdiri di samping putrinya, hatinya mulai terasa berat. Beberapa tetangga yang kebetulan ada di luar rumah masih melontarkan bisikan-bisikan yang membuat udara di sekitar mereka semakin panas.

"Ah, jadi benar ya? Pria sekeren itu mau menolong Mentari, pantas saja... tapi seharusnya sebagai sepupu, bukannya merebut kebahagiaan Alya. Sampai-sampai merebut suaminya," ujar salah seorang tetangga dengan suara penuh sindiran, cukup keras untuk didengar oleh semua yang ada di sekitar mereka.

Mentari menundukkan kepala, menyembunyikan perasaan yang hampir tak terbendung. Hatinya sakit mendengar perkataan itu, dan tangannya mulai gemetar. Ia ingin menanggapi, tetapi kata-kata terasa terhimpit di tenggorokan. Namun, dengan keberanian yang ada, ia tahu ia harus menghadapi ibunya.

"Ibu... aku akan menjelaskan semuanya. Mohon dengarkan dulu," ucap Mentari dengan suara yang bergetar, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Arga yang berdiri di sampingnya hanya diam, memberi dukungan lewat tatapan lembut dan penuh perhatian.

Ibu Mentari tampak ragu, dan sebelum dia bisa berbicara, ada sedikit keraguan yang muncul di matanya. Dia tahu ada sesuatu yang tidak beres di balik semua yang terjadi, tetapi tidak tahu apa yang harus dipercayai.

"Mentari... apa yang sebenarnya terjadi?" tanya ibu Mentari, suaranya mengandung kebingungan, namun juga sedikit kesedihan.

Mentari menggigit bibirnya, berusaha untuk tetap tenang meskipun perasaan kalut dalam dirinya. "Ibu, aku tidak pernah berniat merebut kebahagiaan siapa pun, apalagi Alya. Semua yang dikatakan tentang aku itu tidak benar. Aku hanya berusaha untuk hidup dengan cara yang benar, dan tidak ada niat buruk terhadap siapapun," ucap Mentari dengan penuh keyakinan, meskipun di dalam hatinya ada rasa sakit mendalam karena merasa tidak dipahami.

Arga menambahkan dengan nada tegas, "Saya di sini bukan untuk merusak hubungan siapa pun, Bu. Saya hanya ingin membantu Mentari. Semua yang Alya katakan tentangnya itu fitnah."

Suasana di sekitar mereka semakin tegang, namun ibu Mentari perlahan mulai merasakan kehangatan dari penjelasan Arga dan putrinya. Di tengah segala kebingungannya, ada sedikit rasa lega karena setidaknya mereka berdua datang dengan niat baik.

"Baiklah, masuklah dulu," kata ibu Mentari akhirnya, meski tatapannya masih penuh keraguan. "Kita bicarakan ini dengan tenang."

Mereka pun memasuki rumah, dan meskipun masih ada banyak hal yang harus diselesaikan, setidaknya Mentari merasa sedikit lega karena bisa mengungkapkan niatnya. Perasaan panas yang sempat membakar hatinya sedikit mereda,

1
Talnis Marsy
/Good/
Irma
semangat Thor semangat
Irma
udah di kasih suami pengertian nggak kasar mapan pula masih saja kau selingkuh manusia sekarang kurang bersyukur banget

semangat Thor
ayusw: terimakasih sudah mampir,terus ikuti ceritanya ya kak like dan komen biar aouthor semangat buat update nya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!