Kehidupan memang penuh lika-liku. Itulah yang terjadi pada kisah kehidupan seorang gadis cantik yang merupakan putri seorang pengusaha kaya raya. Namun hidupnya tidak berjalan semulus apa yang dibayangkan.
Jika orang berpandangan bahwa orang kaya pasti bahagia? Tapi tidak berlaku untuk gadis ini. Kehidupannya jauh dari kata bahagia. Ia selalu gagal dalam hal apapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
...𝙹𝚒𝚔𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚋𝚒𝚜𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚐𝚎𝚗𝚐𝚐𝚊𝚖 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗𝚖𝚞 𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚎𝚖𝚋𝚞𝚜𝚔𝚊𝚗 𝚗𝚊𝚏𝚊𝚜 𝚝𝚎𝚛𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛...
...𝓓𝓮𝓿𝓪𝓷𝓒𝓱𝓪𝓷𝓭𝓻𝓪 𝓔𝓻𝓵𝔂𝓸𝓼...
"Pencarian udah dihentikan sama pihak kepolisian" Gerald menatap Bella yang duduk di sampingnya. Jari jemarinya mencengkeram setir mobil miliknya dengan kuat.
"Bahkan sampai sekarang Arlla belum ditemukan" ucap Gerald dan menarik nafas dalam-dalam.
Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponselnya. Dengan cepat tangan Gerald menyambar ponsel miliknya itu. "Ya?" jawab Gerald
"Maaf mengganggu waktunya tuan Gerald"
"Ada apa?"
"Tuan Aditama meminta tuan Gerald untuk menemuinya di restaurant Claridge's" ucap asisten Gerald.
Pria itu meraup wajahnya kasar. Dia sudah mengabaikan pekerjaannya selama dua bulan ini dan hanya sesekali mengecek saja sisanya asistennya itu yang menghandle perusahaannya dibantu dengan Leon.
"Apa tidak bisa papa saja yang kesana" ucap Gerald
Ia takut tidak bisa fokus dengan pekerjaannya saat ini dan akan membuat masalah untuk perusahaannya. Sebuah tangan menyentuh punggung tangannya dengan lembut. Gerald menoleh ke samping menatap sang pemilik tangan tersebut.
"Kakak fokus aja sama pekerjaan kakak. Biar aku yang melanjutkan mencari Kak Arlla sendiri" ucap Bella dengan tersenyum.
Gerald terdiam sejenak sebelum akhirnya mengiyakan permintaan dari asistennya itu. "Aku akan menemui tuan Aditama" Sambungan telepon terputus secara sepihak.
"Kamu yakin bisa sendiri?" tanya Gerald memastikan.
Bella menganggukkan kepalanya dan meyakinkan pria itu agar percaya pada dirinya. Saat ini keduanya berada di Brighton untuk melanjutkan pencarian Arlla. Meskipun gagal berulang kali, namun Gerald tak pernah menyerah untuk mencari kekasihnya itu.
"Aku akan pergi dengan kereta agar lebih cepat" ucap Gerald.
Mereka berdua sudah berusaha mencari Arlla di berbagai kota yang ada di Inggris. Namun, tidak membuahkan hasil yang memuaskan dan hanya ada kegagalan yang mereka dapatkan.
Gerald melajukan mobilnya menuju stasiun dengan cepat. "Kau bisa gunakan mobil ini sementara. Nanti aku kabari kamu kalau sudah sampai disini" ucap Gerald dan memberikan kunci mobilnya pada Bella.
"Hati-hati" ucap Bella dengan tersenyum memberi semangat pada pria itu. Gerald membalas senyuman gadis itu dan berlari memasuki area stasiun.
Bella mengemudi kendaraan besi itu seorang diri dan melanjutkan misinya untuk mencari keberadaan Arlla. "Sebenarnya kakak pergi kemana sih? Apa kakak di culik orang?" gumam Bella.
"Setidaknya berikan aku kesempatan untuk minta maaf sama kakak" lirihnya dan tanpa sadar air matanya menetes membanjiri pipi mulusnya.
"Aku sendiri gatau apa alasan aku benci sama kakak"
"Kebencian itu sudah ditanamkan sama papa sejak aku kecil. Tanpa alasan yang jelas aku selalu memusuhi kakak" Bella menatap sekitar jalanan berharap ia bisa menemukan sang kakak.
Bella memberhentikan mobilnya di tepi jalan saat berada di permukiman warga. Gadis itu turun dari mobil dan bertanya pada setiap penghuni rumah dengan menunjukkan foto Arlla.
"Saya tidak pernah lihat dia ada di sekitaran sini"
"Terima kasih" ucap Bella dan kembali masuk ke dalam mobil Gerald.
Tangannya meraih tas miliknya dan mengeluarkan sebuah diary yang ia dapatkan di vila milik Gerald dua bulan lalu.
Dia Arabella Violin Winata, adikku yang sangat manis dan cantik. Dia kesayangan papa dan mama.
Sebuah foto dirinya waktu bayi terpajang jelas di kertas itu. Beberapa untaian kata tertulis dengan rapi yang ia yakini jika itu adalah tulisan tangan Arlla.
Aku beruntung memiliki adik sepertinya. Aku sangat menyayanginya lebih dari hidupku sendiri
"Kak" Bella membalikkan halaman selanjutnya. Ia menutupi rasa kasih sayangnya dari siapapun. Itulah mengapa ia selalu mengelak saat ditanya mengenai Arlla.
Dia seorang putri yang sangat dicintai papa. Kasih sayang yang tidak pernah aku dapatkan itu dimiliki oleh Bella sepenuhnya.
Namun aku tidak pernah merasakan sakit hati ataupun iri. Aku hanya menganggap jika yang Bella mendapatkan kasih sayang itu maka aku membayangkan jika aku juga bagian dari kasih sayang itu
Saat ini mungkin foto keluarga itu hanya bertiga. Mungkin lain waktu aku bisa berada di frame yang sama dengan mereka.
Sebuah foto keluarga yang tampak harmonis tertempel indah memenuhi satu lembar kertas berwarna coklat itu. Air mata Bella terjatuh menetes membasahi kertas diary milik Arlla. Ternyata begitu besar kasih sayang kakaknya itu untuk dirinya.
Tuhan, jika boleh aku meminta padamu berikanlah mereka kebahagiaan selalu meskipun aku tak pernah mendapatkannya selama hidupku
...- 𝓐𝓻𝓵𝓵𝓪 𝓡𝓪𝓽𝓾 𝓐𝓼𝔂𝓲𝓵𝓪 𝓦𝓲𝓷𝓪𝓽𝓪 -...
"Kasih aku kesempatan buat meluk kakak"
Ini adalah waktunya untuk menebus kesalahannya pada sang kakak. Dia harus mencari wanita itu hingga ketemu. Tidak boleh terjadi sesuatu yang buruk pada kakaknya itu.
Deru mesin mobil terdengar begitu jelas di pendengaran Bella. Gadis itu menatap kosong jalanan yang ada di hadapannya. "Dia gak mungkin menghilang seperti ini. Aku tau kak Arlla gak sekanak-kanak ini hanya karena marah"
"Pasti ada suatu hal buruk yang terjadi sama dia" tebak Bella
Bella mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Beberapa saat panggilannya tidak terjawab namun di percobaan ketiga panggilan itu dijawab oleh seseorang dari seberang sana.
"Ada apa lo nelfon gue" ketus Livia
"Kak, sekarang bukan saatnya marah-marah ke aku" ucap Bella
"Selama dua bulan ini aku dan kak Gerald cari kak Arlla gak ada informasi apapun yang kita dapet" Kedua alis Livia menukik tajam seketika.
"Maksud lo apa? Dia gak ada di... "
"Gak ada" sergah Bella dengan cepat
"Aku udah cari dia kesana dua bulan lalu"
"Kenapa lo baru ngabarin gue sekarang" ucap Livia dengan kesal. Ia mengira jika sahabatnya itu sudah dijemput oleh Gerald.
"Tapi dia terakhir kali bilang ke gue kalau dia mau kesana" ucap Livia tanpa suatu kebohongan apapun.
"Orang-orang di sekitar sana udah aku tanyain semua kak. Mereka gak liat kak Arlla sama sekali" ucap Bella
"Terus sekarang lo dimana?"
"Brighton"
"Gue susulin kesana" ucap Livia
"Gausah" cegah Bella
"Kakak bisa bantu aku buat cari kak Arlla di Aberdeen?" ucap Bella
"Biar waktu kita lebih efektif" sambung gadis itu dan berharap semoga Livia mau menuruti ucapannya.
"Oke. Kabarin kalau ada informasi apapun" ucap Livia dan menutup sambungan teleponnya secara sepihak.
"Aku yakin kak Arlla pasti disembunyiin sama seseorang. Bahkan jejak sedikit pun gak ada. CCTV jalanan kota? Hilang gitu aja. Ini pasti udah di rencanakan dengan matang sama seseorang yang punya kuasa besar"
...****************...
"Sembunyikan informasi ini dari siapapun. Jangan sampai bocor"
"Baik"
"Kau tau kan apa yang akan terjadi denganmu jika sampai rahasia ini bisa diketahui orang lain" Mata elang itu menyorot tajam dan tampak sangat menakutkan ditambah wajah bengisnya seolah ingin menguliti hidup-hidup lawan bicaranya.
"Nyawamu yang akan jadi taruhannya"
Dorr