"kalau udah besar nanti, kamu mau kan jadi istri aku?" tanya davian kecil (7thn) menyerahkan cincin yang ia buat dari akar pohon pada dara
"iya, aku mau" dara kecil (6thn) tersenyum memandangi jari manis nya yang sudah tersemat cincin akar buatan davian
******
"Lo sengaja ya, deketin bokap gue, buat morotin harta nya?" davian (18thn)
"kalo om Rama mau, gue sih gabisa nolak. karena secara gak langsung, om Rama itu penolong hidup gue" dara (17thn)
"ajgg!! gue gak Sudi punya nyokap tiri kayak Lo!" davian (18thn)
.......
start : 21 Des 2024
finish : ???????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BabyZee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua pilihan
6 bulan sudah berlalu, tidak ada kemajuan apapun pada Rania. Padahal dara sudah semaksimal mungkin untuk membantu penyembuhan gadis itu
Davian sudah menyarankan untuk membawa Rania berobat ke luar negri, namun arya menolak dengan alasan tidak ada yang menjaga nya
Dara pun tidak mungkin ikut, mengingat dirinya tidak mungkin meninggalkan Raffi dan Zenith group dengan waktu yang cukup lama
"Sayang.." Davian merangsek masuk ke dalam selimut yang dara pakai
jam sudah menunjukan 3 dini hari, namun Davian tidak dapat memejamkan mata nya
"kenapa?" tanya dara dengan suara khas bangun tidur, tanpa menoleh pada lelaki yang sedang memeluk nya dari belakang
"Gue harus gimana?" tanya Davian suara nya yang begitu lemah menimbulkan perih di hati dara, teringat jika besok akan ada sidang keputusan dari keluarga Rania
Dimana Davian harus memilih, antara di penjara atau menikahi wanita itu
"Lo mau nya gimana?" Dara membuka mata, membalik tubuh nya menghadap cowok itu
Cup
Davian mengecup singkat bibir dara, ia tertawa kecil karna dara memukul dada nya pelan
Srekk
"Gue gabisa tidur, kayaknya harus olahraga dulu deh.." Ujar nya setelah merubah posisi berada di atas gadis itu
"Jangan gila! Nanti Raffi bangun.." Dara mencibir, kedua nya menoleh ke samping melihat raffi yang terlelap begitu tenang di samping mereka
"Ck!"
Dara hampir menjerit jika tidak di bungkam oleh Davian dengan bibir nya, karna tiba-tiba Davian mengangkat tubuh nya
Ceklek
Davian membawa dara ke kamar nya, lalu melumat bibir gadis itu rakus. tangan nya dengan tidak sabar membuka gaun tidur dara dan juga piyama nya sendiri
"emmhh..Dav...hahh.." Dara melenguh nikmat saat Davian melumat dada nya, kedua tangan nya meremas rambut Davian
"Davi.." Dara mengerang tidak tahan saat Davian mulai menggesek milik nya tanpa ada niat memasukan nya, seakan menggoda gadis itu
"apa yang..hhh" Davian meremas kencang payudara nya, memilin kadang menghisap puting nya
Davian sangat senang melihat dara yang tersiksa menahan gairah seperti ini
"Dav..cepetan..ahh.." Dara merengek karna dari tadi Davian hanya menggesek gesek saja tidak mau memasukkan nya
"Apanya?" tanya cowok itu tak kuasa menahan senyum nya. Dara mendorong Davian saat merasa dirinya sudah di permainkan
"Mau kemana?" Davian menahan tangan dara yang hendak turun dari ranjang
"Awas!" Dara melepas paksa lengan Davian
"Jangan ngambek dong.." Davian kembali menindih tubuh gadis itu
"ahk!" Pekik dara saat Davian memasukan nya sekaligus
"Ahhk...hahh..sayanghhh..." Dara membekap mulut Davian yang sangat berisik itu, bagaimana jika ada yang dengar, meskipun Rama tidur di lantai bawah, namun Raffi ada di kamar sebelah, bahaya jika putra nya mendengar aktivitas mereka
"emmppthh..." Davian melepas tangan dara dari mulut nya, beralih mencium dan melumat bibir nya, keadaan hening memperjelas suara decapan lidah yang sudah berbelit.
"Ahhhh...." Dara mengerang saat mendapat pelepasan nya, di susul Davian yang sudah ambruk di atas tubuh nya
....
Ke esokan harinya, Davian datang ke kediaman Rania, bersama ke empat teman nya. Dara menyusul belakangan karna harus mengurus Raffi dulu
Setelah membahas beberapa persoalan, semua bukti memang jelas jika Davian yang bersalah, dan pihak keluarga Arya yang paling di rugikan
Namun mereka tidak menyerah, mereka terus mencari cara untuk menyelesaikan masalah Davian tanpa harus memilih di antara dua pilihan yang Arya jatuhkan pada cowok itu
Ceklek
"maaf saya terlambat.."
Rania menoleh menatap dara yang sudah berdiri tak jauh dari tempat nya, ia fikir dara tidak akan sanggup melihat Davian yang akan menikahi nya, makanya dara memilih untuk tidak datang
Namun ternyata fikiran nya salah, malah perempuan itu terlihat sangat santai di tengah ketegangan yang ada di ruang tamu saat itu
Keadaan semakin menegang, Davian sudah kehabisan kata kata untuk membungkam pria tua itu
cowok itu meilirik dara yang berdiri bersandar pada meja nakas di samping tembok
Dara menghela nafas, ia melirik Davian membuat pandangan nya bertemu dengan cowok itu
Davian kesal sekali melihat ekspresi dara yang kelewat santai itu, semenjak datang wanita itu tidak berbicara sama sekali
Duduk pun tidak, dara hanya diam menyandarkan tubuh nya, sambil sesekali memainkan kuku kuku nya, di samping nya ada maya yang berdiri tegak, dengan ekspresi sama seperti bos nya itu
Seperti tidak peduli pada situasi yang tengah terjadi
apa dirinya senang jika pada akhirnya Davian harus menikahi wanita lain? Itu tandanya dara akan lepas dari genggaman Davian
Atau memang dara sengaja tidak ingin membantu nya lagi, agar ayah Rania menuntut Davian untuk segera menikahi anak nya
"Jadi bagaimana pilihan anda, pak Davian yang terhormat? Mau membusuk di penjara, atau menikahi putri saya?" pria itu kembali menekan Davian
Davian mengepal kan tangan nya, ia tidak masalah jika harus mendekam di penjara, tapi bagaimana dengan perusahaan nya? Bagaimana dengan ayah nya yang masih membutuhkan pengobatan, dan bagaimana dengan putra nya nanti, jika dia punya ayah seorang napi
"......" Hening, tidak ada suara dari siapapun. Ke empat teman Davian pun sama, sudah kehabisan kata-kata untuk melawan Arya, ayah Rania.
Davian melirik Rania yang duduk di kursi roda di dekat tempat duduk nya, sedari tadi hanya diam menunduk, bahkan dirinya pun tidak mendapat pembelaan dari perempuan itu
Padahal setidaknya Rania juga bisa menolak bukan? Dengan alasan mereka tidak mengenal satu sama lain
tak tak tak
Semua menolah saat akhirnya dara akhirnya bergerak, mendekat pada mereka dengan santai
Dara tersenyum sinis menatap Rania dari belakang, kini posisi dara, berdiri tepat di belakang kursi roda yang Rania duduki
BRAKK!!!
Semua tercengang saat dara tiba-tiba menendang kursi roda Rania, mereka Shok bukan main, namun bukan itu penyebab utama nya
Rania yang kaget karna tiba-tiba saja kursi roda yang ia duduki terjungkal kencang, membuat nya mau tidak mau harus berdiri jika tidak ingin menubruk meja yang penuh dengan makanan dan minuman, karna posisi nya tepat menghadap ke meja itu
"Penipu ulung.." Dara terkekeh sinis menatap Arya yang melotot tajam ke arah nya
"Bangsat Lo!!" Davian berdiri hendak menyerang Arya namun Reyhan dan Reza menahan nya, mereka tidak ingin Davian membuat masalah baru hanya karna tidak bisa mengontrol emosi nya
Tap
Dara menadahkan sebelah tangan ke samping, saat Maya mengulurkan ponsel ke arah nya
klik
... "Bikin orang suka sama kamu aja gak becus?! Dasar gak berguna, saya gak mau tau, pokok nya kamu harus bikin Davian mau menikahi kamu secepatnya, jangan sampai perjuangan kamu yang hampir mati itu sia-sia!!"...
... "Aku harus gimana lagi ayah? Aku udah nurutin semua perintah ayah, di tabrak, pura-pura lumpuh, bahkan aku harus buang mimpi aku cuma buat Menuhin semua keinginan ayah!"...
..."mimpi? Mimpi apa kamu? Memang nya kamu bisa kejar mimpi kamu itu tanpa duit? Hah? Udah paling bener kamu dapetin Davian biar kamu bisa ambil semua harta nya!"...
..."Apa harus dengan cara kotor seperti ini? Dengan cara merugikan orang lain?"...
..."Lalu harus dengan cara apa lagi? Memang nya kamu bisa, membuat orang kaya itu jatuh cinta sama kamu? Ingat Rania, jabatan saya sudah mau habis, pikirkan hidup mu sendiri, jangan buang-buang waktu untuk memikirkan hidup orang lain!"...
Klik
Dara mematikan rekaman yang ada pada ponsel nya.
"Ayo, mau kepengadilan kan? anda punya bukti CCTV, saya juga punya bukti rekaman, Ga adil donggg, kalo saya ga bawa apa-apa.." Dara tersenyum begitu manis pada Arya, yang sudah memerah menahan amarah nya
"seorang anggota dewan, tega menjual nyawa putri nya sendiri, demi menjerat pengusaha terkaya di negara nya" Lanjutnya, melirik Davian yang menatap nya penuh rasa bersalah
'*jalang sialan!!' Batin* Arya, menatap tajam dara
"Reza.." Reza menoleh cepat saat dara memanggil nya
"Apa, cantik?" sahut nya mengerling nakal pada dara
"kek nya, stasiun tv Lo bakal booming deh, kalo launching berita ini.." Ujar nya santai
"Oke siap.." Reza terkekeh, tidak menyangka di balik diam nya gadis itu justru menyimpan Boomerang untuk menyerang Arya
"Jadi, selama ini gue ditipu ya?" Davian tertawa miris. bagaimana bisa seorang Davian putra Atmadja terkena jebakan rendahan seperti ini? Benar-benar menjatuhkan harga dirinya saja
"kalo gitu, saya tunggu kehadiran anda di pengadilan.." Davian berjalan mengitari sofa melangkah mendekati dara
"Ayo sayang, kita pulang.. Anak kita lebih penting, daripada manusia sampah kayak mereka.."
Deg !
'*Anak*?' Batin seseorang yang tidak sengaja mendengar ucapan Davian.
Sebelum pergi, Dara menoleh pada Rania, habis ini dirinya yakin Rania pasti akan jadi korban kekerasan dari ayah nya, namun ia tidak peduli lagi, anggap saja itu balasan setimpal karna sudah membohongi semua orang
"Rey gue titip Maya.. tolong anterin dia pulang ya.." Reyhan yang tengah melamun menatap kosong pada gadis itu, kenapa harus dirinya? Apa itu tanda jika dara kembali menolak nya secara halus, dengan mendekatkan Reyhan pada perempuan lain
"Ayo sayang.." Davian menarik dara kesal karna terus saling melempar tatapan dengan Reyhan.