"
Suatu perkawinan pengganti, mengikatnya erat di sisinya.
Dave adalah pria yang membuat semua orang di kota ketakutan, dia kejam dan bengis, terutama membenci wanita.
Nadia adalah wanita kaya yang diintimidasi oleh orang lain, dan dia sama sengsaranya dengan Cinderella di rumah.
Awal berpikir kalau pernikahan ini akan segera berakhir, dan keduanya akan segera bercerai.
Tanpa diduga, setelah menikah, dia sangat memanjakannya!
""Apakah kamu pikir aku tidak akan tahu jika kamu menyembunyikan identitasmu? Gadis cupu.""
Nadia tampak terkejut, ""Bagaimana kamu bisa tahu?!”"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23. SUMPAH NADIA.
Setelah sambungan telepon dengan bi Ona terputus Nadia kembali memasukkan handphone kedalam tas.
"Telpon dari siapa Non, sepertinya sangat penting?," tanya Rita yang saat itu berdiri tepat di belakang Nadia dan sudah berpakaian rapi.
"Telepon dari bi Ona, beliau memintaku untuk datang kerumah,"
"Kalau begitu yuk kita berangkat. Kasihan beliau pasti sudah menunggui Anda disana," ajak Rita
pada Nadia.
Tanpa menunggu lama keduanya pun segera keluar dari dalam toko dan tidak lupa untuk mengunci pintu.
Setelah memesan taxi melalui media online. Kini keduanya berangkat menuju kearah kediaman Rudy yang jaraknya tidak begitu jauh dari toko kue milik Nadia.
Butuh waktu kurang dari sepuluh menit saja, kini taxi yang mereka tumpangi berhenti tepat di depan kediaman Rudy.
"Rit, kamu tunggu sebentar disini. Aku mau masuk dulu untuk menemui bi Ona. Tidak lama kok,".
"Iya Non, masuklah biar Saya menunggu Nona disini saja," balas Rita sedikit menganggukan kepala.
Setelah mendapat persetujuan dari Rita, Nadia pun keluar dari dalam taxi dan melangkah menuju kearah pintu pagar.
Pak Anto yang saat itu sedang bertugas disana segera berlari kecil membuka pintu untuknya.
"Pagi Nona berkaca mata!," ucap pak Anto yang memang sering memanggil Nadia dengan sebutan itu.
"Pagi pak Anto!, apa boleh Aku masuk menemui bi Ona sebentar?,".
"Silahkan. Tadi bi Ona pun sudah berpesan pada Saya untuk mempersilahkan Nona Nadia
masuk jika Nona Nadia sudah tiba ," balas pak Anto.
"Baiklah, terima kasih banyak pak,".
"Sama-sama Non,".
Nadia melangkah memasuki halaman rumah itu yang terbilang cukup luas. Nadia terus melangkah hingga akhirnya dia tiba juga di depan pintu utama rumah.
Ada tiga kali Nadia mengetuk daun pintu hingga akhirnya seorang perempuan parubaya muncul dibalik pintu sambil tersenyum.
"Akhirnya Nona datang juga, silahkan masuk Non," ajak bi Ona.
Nadia pun mengangguk tanda setuju.
Setelah tiba di sebuah kamar yang
ukuranya tidak begitu luas, bi Ona
mempersilahkan Nadia untuk duduk kemudian lalu dia melangkah kearah lemari dan mengeluarkan sebuah kantong plastik berukuran besar berisi sebuah box.
"Ambillah Non, seseorang telah menitip ini pada Nona Mawar untuk Anda,".
"Apa ini bi?," tanya Nadia sedikit heran dan mengambil kantongan tersebut.
"Bibi juga tidak tahu Non, tapi Nona Mawar bilang kalau hanya Nona yang boleh membuka box itu. Itu pun pesan dari si pemberi," balas bi Ona.
"Baiklah bi Nadia akan membawanya pulang!, Kalau begitu, Nadia permisi dulu takutnya sang empunya rumah datang dan melihat Nadia ada
disini,".
"Iya Nona, mari bibi antar Nona keluar,".
Keduanya melangkah keluar dari rumah itu.
"Bi, Nadia permisi dulu, kapan-kapan kita bertemu lagi dalam keadaan tidak seperti ini. Dan terima kasih atas semuanya," ucap Nadia
setelah mereka berdua sudah berada di luar rumah.
"Sama-sama Nona, Nona hati-hatilah disana dan jangan lupa untuk selalu berdoa. Karena hanya doalah senjata bagi orang-orang yang sabar," bi
Ona memeluk Nadia seolah-olah dia tidak relah berpisah dengan anak majikanya itu.
"Iya bi, sekali lagi terima kasih banyak sudah mengingatkan Nadia untuk itu," Nadia membalas pelukan bi Ona.
"Pergilah Non, sebelum Tuan dan Nyonya kembali," bi Ona melepas pelukanya dan mengusap butiran-butiran air mata yang sempat menetes di pipinya.
Nadia tersenyum lalu berbalik, belum juga dia melangkah tiba-tiba beberapa mobil mewah memasuki halaman rumah.
Satu diantara mobil mewah itu adalah mobil milik Rudy. Sedangkan yang lain baru kali ini Nadia melihatnya.
Mobil-mobil mewah itu berhenti saling mendahului seolah-olah memamerkan kalau mobil merekalah
yang paling mewah diantara mobil lainya.
Tidak lama kemudian, masing-masing pintu
mobil itu pun terbuka dan keluar Rudy, Yunita dan kawan-kawanya dari dalam mobil mereka masing-masing.
Semuanya pun serentak melangkah menuju kearah pintu masuk sembari bercanda ria dengan tawa memecah suasana halaman rumah itu.
Langkah Rudy dan Yunita terhenti
setelah melihat kehadiran Nadia.
Yunita segera mendekati Nadia dan memegangi lenganya cukup kasar.
"Untuk apa lagi kamu datang kemari!, Apa kamu tidak takut kalau sampai Tuan Dave mengetahui ini, bukan cuman riwatmu saja yang tamat, tapi riwayat keluarga kami juga akan bernasib sama sepertimu," bisik Yunita pada Nadia tapi
masih bisa di dengar baik oleh bi Ona yang saat itu berdiri di dekat mereka.
"Astagfirullah Nyonya, kenapa Anda berkata seperti itu pada Nona Nadia. Nona Nadia ini juga darah daging Anda tapi, kenapa Anda begitu
tegah membedanya dengan Nona Mawar,".
"Diamlah Bi Ona, urusanmu bukan disini tapi di dapur," bentak Yunita pada bi Ona tapi masih sedikit menekan suaranya.
Seketika itu juga bi Ona terdiam.
Tidak lama kemudian datang Rudy menghapiri mereka bertiga.
"Hay Nadia, kenapa kamu datang lagi kemari, bukankah Tuan Dave sudah mengurungmu di dalam istananya. Atau jangan-jangan kamu mau melarikan diri. Awas saja kalau sampai itu kamu lakukan, Aku akan menyuruh orang mencarimu lalu membuangmu ke dasar jurang,".
"Aku datang hanya untuk mengambil barang titipanku. Lagian ini juga rumahku dan kalian itu orang tuaku jadi wajar bukan jika Aku datang
kemari?,".
"Dulu mungkin iya, tapi sekarang bukan lagi. Sekarang pergilah dari sini sebelum teman-temanku juga mempertanyakan siapa dirimu,".
Rudy berbisik ke telinga Nadia.
Bagai disambar petir, hati Nadia begitu hancur mendengarkan ucapan Rudy, ayah kandungnya
sendiri tegah mengucapkan kata yang sepatutnya tidak boleh keluar dari mulut seorang Ayah pada anaknya.
Sedapat mungkin Nadia menahan air matanya, tetapi tetap saja menetes karna tak sanggup untuk dia bendung.
"Baiklah, Aku akan pergi dari sini. Mulai sekarang Aku tidak akan menginjakan kakiku lagi dirumah ini. Dan ingat Tuan Rudy dan Nyonya Yunita kalian berdua sudah
memutuskan jalinan darah ini maka, kata Anak durhaka sudah tidak melekat lagi pada diriku. Aku hanya meminta kepada TUHAN, semoga
suatu saat nanti Aku diberi kesempatan untuk membalas apa yang kalian perbuat padaku. Dan
jika benar itu terjadi maka, Aku bersumpah pintu maaf ini tidak akan Aku buka pada kalian berdua,
camkan itu," balas Nadia dengan wajah memerah menahan amarah.
"Anak kurang ajar," Rudy mengangkat tanganya ke udara tapi seketika terhenti saat seorang temanya datang menghampiri mereka.
"Ada apa ini ribut-ribut?,"
"Maaf pak Gunawan atas ke tidak nyamanaya. Begini, anak bibi ini mau minggat dari rumah. ibunya sudah berkali-kali menasehatinya tapi tetap saja dia tidak mau mendengar. Terpaksa, kami berdua harus turun tangan untuk menasehati agar tetap tinggal disini mengingat pergaulan bebas anak-anak sekarang ini semakin marak terjadi. Lagi pula Anak ini memang sudah kami anggap seperti anak kami sendiri, betulkan bi?," Anita sembari tersenyum pada bi Ona sembari memberi isyarat dengan mengedipkan kedua matanya.
TERUS BERI DUKUNGANYA DENGAN CARA, COMENT LIKE, VOTE DAN JANGAN KETINGGALAN NOVEL AKU DI YOUTUBE" HUBUNGAN TERLARANG DENGAN PAMAN RUDY ( TAMAT). Terima kasih.