NovelToon NovelToon
Pacar Gelap Kakakku

Pacar Gelap Kakakku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: sani iswanti

Felycia gadis yang cantik, periang, lucu dan punya banyak Sahabat, namun tidak ada yang tau rahasia apa yang sedang ia sembunyikan. satu-satunya sahabat dia yang paling dekatpun tidak mengetahuinya.

mau tau apa yang di sembunyikan Felycia. mari ikuti ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sani iswanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab12. Penyesalan

"Sayang, makasih ya udah mau nurutin permintaan aku, aku udah lama nunggu momen ini". Ucap Satria sambil menyelipkan anak rambut istrinya ke belakang telinga.

"Iya mas, aku mau fokus sama kamu dan rumah tangga kita". Angel menggegam tangan Satria, lalu lelaki itu mencium punggung tangan istrinya.

"Program hamil juga ya, aku udah gak sabar pengen jadi seorang Ayah".

Angel hanya mengangguk tanda jawaban.

...

Dikamar Felcia uring-uringan dua minggu ini Satria sulit sekali di hubungi. Tiba-tiba gadis itu merasakan mual di perutnya lalu segera lari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya, namun gak ada yang keluar.

Gadis itu kembali ke kamarnya dan duduk di sisi ranjang tempat tidur. Kepala nya terasa pusing lalu gadis itu merebahkan tubuhnya.

Akan tetapi matanya gak bisa terpejam lalu gadis itu bangun dan keluar dari kamarnya.

"Bi, bibi". Teriaknya saat sampai di lantai bawah.

"Iya neng, kenapa?" Bi Arum lari dengan tergopoh.

"Di samping ada mangga yang udah mengkel belum?. Kalau ada tolong petik satu atau dua biji ya bi aku lagi pengen yang asem-asem". Ucapnya sambil membuka lemari pendingin dan meminum air es dari dalam botol.

"Mangga mengkel?". Wajah bi Arum terlihat bingung.

"Iya, kenapa ada yang salah?" ucap Felycia kembali.

"E-enggak neng, ya udah bibi cari dulu mangga mengkel nya". Kemudian bi Arum berjalan ke arah samping rumah mewah itu untuk memetik mangga.

"Biii, jangan lupa bikin sambel rujak ya". Teriak gadis itu sambil berlalu ke ruang keluarga yang berada di tengah-tengah ruangan.

Beberapa saat kemudian mangga mengkel dan sambel rujak sudah tersedia di meja makan. Lalu bi Arum memanggil Felycia yang sedang menonton tv di ruangan keluarga tadi.

"Neng, mangga sama sambel rujaknya udah bibi siapin di meja makan".

"Oke bi, makasih".

Felycia pun berlalu menuju meja makan setelah melihat makanan itu mulutnya sudah tidak sabar lagi dan ingin segera melahapnya.

"Mmm,, enak banget pedesnya pas". Ucapnya dengan mulut masih mengunyah, sedangkan bi Arum terlihat heran tidak pernah sebelumnya gadis itu meminta makanan seperti itu.

"Bibi kenapa?" Felycia membuyarkan lamunan Art nya. "Gak mau nyobain, enak loh!"

"E-enggak neng, bibi suka sakit perut kalau makan rujak" Ucap bi Arum.

"Ya udah aku habisin aja kalau gitu". Felycia melahap kembali mangga itu dengan semangat.

"Heran tumben banget neng Felycia minta rujak, jangan-jangan".

"Jangan-jangan apa?, jangan suudzon Rum gak baik, mungkin aja neng Felycia lagi kepengen apalagi cuaca lagi panas gini". Tutur mang Supri satpam rumah itu.

Bi Arum terlonjak kaget saat mang Supri baru keluar dari toilet yang berada di sisi dapur tersebut. "Bikin kaget aja!"

"Sorry, boleh minta tolong bikinin saya kopi?' tutur mang Supri sambil berlalu keluar.

"Iyo, nanti ta bikinin".

Di meja makan sepiring mangga begitu juga dengan sambalnya telah habis tak tersisa.

"Uh kenyang, enak sekali" ucap Felycia sambil mengusap perutnya. Tiba-tiba di kepala gadis itu terbesit sebuah keinginan.

"Kok tiba-tiba pengen makan bakso ya?" lalu tanpa menunggu lama gadis itu berjalan ke depan untuk memanggil mang Supri.

"Mang, mamang." teriaknya.

Mang Supri yang mendengar teriakan anak majikannya itu pun segera menghampiri sumber suara. "Iya neng Fely ada apa panggil mamang?" ucap mang Supri, laki-laki yang baru menginjak usia 58 tahun itu, tidak ingin di panggil Pak, lebih enak dipanggil mamang, begitu katanya.

"Nanti kalau ada abang-abang penjual bakso berentiin ya, aku mau beli". Tutur Felycia.

"Siap neng, laksanakan". ucap mang Supri sambil tangannya menghormat.

Felycia pun terkekeh, melihat kelakuan satpamnya itu. " Mamang bisa aja, aku tunggu di sofa ruang tamu ya biat nanti manggil aku nya gak ke jauhan". Ucap Felycia kembali.

"Oke! Neng".

Beberapa saat kemudian mang Supri memanggil Felycia. "Neng Fely, abang bakso nya udah ta panggilkan".

"Oiya mang, makasih. Suruh masuk aja".

Kemudian Felycia beranjak ke dapur untuk mengambil mangkok. " Bibi mau bakso gak?, aku traktir". Ucap Felycia saat melihat Artnya sedang mencuci piring.

"Wah boleh tuh neng, enak kayanya panas-panas gini makan bakso" kata Artnya sambil tersenyum.

"Ya udah, bawa mangkok nya aja sekalian buat mang Supri, kasian kalau abang bakso nya harus nunggu mangkoknya lebih baik bawa sendiri".

Bi Arum pun mengangguk setuju.

Setelah sampai di halaman, Felycia segera memesan bakso nya. "Bang, punya aku jangan pake soun ya".

"Siap neng!" ucap penjual bakso sambil tangannya membentuk hurup O.

"Pedes gak neng?" tanya abang bakso itu kembali.

"Yang pedes pokoknya!"

Setelah pesanan bakso nya jadi, Felycia pun kembali ke dalam, tentunya sesudah membayar bakso nya.

Gadis itu dengan lahap memakan bakso tersebut padahal dirinya baru saja menghabiskan sepiring mangga mengkel.

Bi Arum sedikit heran dengan tingkah anak majikannya hari ini. "Tumben neng Fely makannya banyak".

Felycia yang sadar dirinya di perhatikan pun bertanya. "Kenapa bibi liatinnya begitu?", "Gak papa neng!" jawab bi Arum sambil berlalu ke dapur untuk memakan bakso nya juga.

...

Sore itu setelah seharian makan mangga dan juga bakso, gadis itu belum kembali ke luar kamar, setelah makanannya tadi masuk ke mulutnya gadis itu merasakan mual kembali, saat memuntahkan isi perutnya namun tak ada satu makananpun yang keluar dari mulutnya gadis itu merasakan pahitnya sisa mualnya tadi.

"Apaan sih ini pahit banget!" lalu gadis itu berkumur-kumur untuk menghilangkan rasa pahit di mulutnya.

Setelah selesai gadis itu kembali ingin merebahkan tubuhnya namun deringan telepon terpaksa ia menuju ke meja belajar dan melihat siapa nama pemanggil teleponnya.

"Iya Sya, kenapa?"

"Lo jadi kan nginep lagi di rumah gue?" ucap Syakira di sebrang telepon.

"Iya-iya gue siap-siap dulu". Ucap Felycia.

"Oke! Gue tunggu".

Sebenarnya Felycia malas untuk keluar hari ini, namun gadis itu juga ada sesuatu hal yang harus ia ketahui, mengapa kekasih gelapnya itu sulit sekali di hubungi. Padahal dulu Satria yang selalu mengejar dirinya untuk menikmati tubuhnya.

Penyesalan pun kini Felycia rasakan, namun apa daya semuanya sudah terlanjur, kini ia pun sudah tidak perawan lagi.

Saat akan masuk ke kamar mandi ia melirik kalender duduk yang terletak di meja samping pintu kamar mandinya. Ia pun tersadar melihat tanggal yang terlewat dua minggu yang lalu.

"What???.. Gue telat dua minggu?, jangan-jangan??".

Felycia mengurungkan dirinya untuk mandi dan menyimpan kembali handuknya asal, gadis itu meraih dompetnya yang terletak di meja belajarnya lalu berlari keluar kamar.

"Biii,, bibi,, kunci motor dimana?"

"Ada neng di paku samping kulkas, mau kemana?" tanya bi Arum.

"Aku mau ke supermarket sebentar!" jawabnya dengab tergesa.

Setelah sampai di supermarket, gadis itu celingak-celinguk untuk mengambil sebuah alat tespek. Setelah apa yang ia ambil dapatkan gadis itu segera ke kasir untuk membayarnya.

Beberapa saat kemudian, Felycia pun sampai di rumahnya dan segera berlari kamarnya, saat berada di kamar mandi gadis itu memasukan alat tespeknya ke dalam cangkir yang sudah berisi urine nya.

Satu, dua, tiga. Terlihat tanda garis dua di alat tespek itu. "Aaa-apa, guu-eee hamil?" ucap gadis itu, air matanya pun berderai.

"Gak mungkin, kita lakuinnya cuma sekali ini pasti salah!" ucapnya lagi, detik kemudian gadis itu menatap alat tespek itu kembali. "Gue harua kasih tau bang Satria, kalau gue hamil anaknya".

Dengan cepat gadis itu segera menguyur tubunhnya di bawah kucuran shower. Dengan airmata yang masih berderai.

...

Saat tiba di rumah Syakira, pandangan Felycia terarah ke atas, ia melihat Satria juga sedang menatapnya.

"Bang!" lirih Felycia, namun Satria menggeleng dan segera kembali ke kamarnya.

"Dasar bajing*an!"

"Siapa yang bajing*an, Fel?" tanya Syakira.

"E-enggak, Sya!"

"Eumm,, ya udah naik ke kamar gue!"

Kedua nya pun berjalan beriringan, saat melewati kamar kakaknya, Syakira sudah tidak heran lagi mendengar suara desah*n yang saling bersahutan.

"Sorry Fel, abang gue emang tidak pernah mengenal waktu padahal masih sore!".

Felycia hanya tersenyum, namun lain di hatinya ada kobaran api yang siap membakar.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!