Devina adalah seorang mahasiswi miskin yang harus bekerja sampingan untuk membiayai kuliahnya dan biaya hidupnya sendiri. Suatu ketika dia di tawari dosennya untuk menjadi guru privat seorang anak yang duduk di bangku SMP kelas 3 untuk persiapan masuk ke SMA. Ternyata anak lelaki yang dia ajar adalah seorang model dan aktor yang terkenal. Dan ternyata anak lelaki itu jatuh cinta pada Devina dan terang-terangan menyatakan rasa sukanya.
Apakah yang akan Devina lakukan? apakah dia akan menerima cinta bocah ingusan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Devi.
"Heh!"
Devi terbelalak, dia terbangun dari tidurnya karena seseorang menarik rambutnya dengan keras.
"A-ada apa ini!" tanyanya bingung sambil menarik kembali rambutnya, dan berusaha menghindar dari seseorang yang menjambaknya dengan kasar.
"Dasar perempuan murahan! udah numpang, nggak tau diri! kerja sana! bersebih-bersih! enak aja tiduran terus! udah ngerasa jadi juragan, ya!"
Devi menatap Lintang -anak Pak Broto- yang tampak marah sambil menatap tajam ke arahnya.
Gila! anak perempuan, umur masih 15 tahun sudah bersikap se-brutal ini. Orang tuanya nggak bisa didik apa gimana!
"Cepat, setrika baju seragamku!" titahnya sambil melempar seragam putih birunya tepat di wajah Devi.
"Den ayu... biar Saya saja yang setrika," ucap Seorang pelayanan yang sudah lumayan berumur.
"Nggak usah ikut campur!" kesalnya sambil mendorong ibu gua itu hingga terjungkal.
"Astaga!" pekik Devi sambil berlari untuk menolong ibu tua yang di dorong Lintang barusan.
"Di mana sopan santun kamu! anak kecil nggak punya tata krama!" ucap Devi tersulut emosi.
"Bilang apa?! berani kamu melawan?!" Lintang melotot, dia berjalan mendekati Devi sambil mengangkat tangannya hendak menampar pipi Devi.
Namun dengaan gesit, Devi menangkap tangan kecil itu lalu menghempaskannya hingga Lintang terdorong ke belakang.
Dia nampak terkejut. Mungkin tak percaya jika ada orang yang berani melawan dirinya.
"Ibu!!!" teriaknya dengan keras.
Dari arah dapur, muncullah seorang wanita anggun berumur sekitar 50 tahun. Dia mengenakan kebaya dan kain jarit serta sanggul mewah di kepalanya.
"Ada apa, nduk?"
"Usir perempuan ini, Buk! dia berani melawan Lintang! usir dia dari sini! aku benci perempuan jelek ini!" teriak Lintang sambil menghentak-hentakkan kakinya.
Ibu Lintang menatap Devi dari atas sampai bawah lalu mendesah, "kamu calon istri ke lima Pak Broto?"
"Saya tidak mau jadi istri Pak Broto! kalau bisa, Saya juga mau pergi dari sini. Memangnya Saya sudi berada di sini!" geram Devi, dadanya naik turun menahan emosi.
Ibu Lintang tersenyum sinis, "memangnya kamu punya pilihan apa? kamu tidak bisa memilih! bukankah Bapakmu sendiri yang menjualmu! Pak Broto sudah bayar mahal, mana mungkin kamu di perbolehkan pergi!"
Devi mengeratkan rahangnya, tangannya pun mengepal. Saat ini, Devi merasa berada di neraka lainnya selain rumahnya.
"Kalau mau hidup nyaman di sini! bekerja lah!" ketua Ibu Lintang sambil mengajak putri kesayangannya agar segera pergi dari sana.
"Devi..." Wulan tergopoh-gopoh mendekati Devi. "Jangan berani melawan Lintang dan Ibunya, bahaya..." ucap Wulan lirih.
"Aku emosi mbak sama Lintang. Anak kecil kok kurang ajar sekali! nggak punya tata krama!"
"stt! iya, sudah sabar aja... namanya juga anak juragan, anak orang kaya..." bisik Wulan sambil mengajak Devi masuk ke kamarnya.
Devi geram. Devan pun anak orang kaya, bahkan dia sendiri pun kaya! tapi sama sekali dia tak pernah berbuat kasar dan kurang ajar pada orang lain apalagi orang yang lebih tua.
"Sekarang kamu mandi dulu, sebentar lagi pasti Pk Broto manggil. Ingat pesanku kemarin, jangan sampai kamu menyesal."
Devi mengangguk. Devi memang ingin sekali memutuskan ikatan keluarga dengan ayahnya yang kejam Kenapa tidak dari dulu saja Devi lakukan, supaya dia tak berakhir di sini.
Setelah selesai mandi dan berganti baju dengan sebuah kebaya yang telah di sediakan Wulan, Devi pun berjalan menuju ruangan yang dipakai oleh Pak Broto untuk menginterogasinya kemarin.
Ternyata, ayahnya -yang tak tahu malu- itu sudah berada di sana. Duduk bersila di bawah kaki Pak Broto yang dengan angkuh duduk di singgasananya.
"Duduklah cah ayu," ucap Broto sambil terus menatap Devi dengan takjub. Di matanya, Devi tampak begitu cantik setelah memakai kebaya berwarna hijau lumut dan kain jarik. Pak Broto tampak puas dan sesekali menjilati bibirnya yang mulai berkerut karena keriput. Sepertinya dia sudah tak tahan ingin melahap Devi yang begitu cantik.
Pak Broto menepuk kursi kayu yang ada di sebelahnya, seolah memberikan perintah agar Devi duduk di sana.
Devi gemetaran dengan tatapan dari Pak Broto. Dia merasa sangat jijik dan ingin muntah. Bagaimana mungkin lelaki tua renta yang sudah bau tanah masih punya hasrat untuk menikah! apalagi dia sudah punya 4 istri dan masih juga merasa kurang.
"Besok, kita mau menikah," ucap Broto sambil meraih jemari Devi. Tangan keriputnya meremas jemari Devi. Sontak Devi menarik tangannya, enggan bersentuhan dengan lelaki tua itu.
"Kamu mau mahar apa, nduk?" tanya Broto. Dia sama sekali tak merasa tersinggung dengan sikap Devi barusan. Dia memang sudah biasa di perlakukan begitu oleh calon istrinya. Nantinya mereka juga bakal luluh kalau sudah merasakan tombak ajaibnya. Pikir Broto dengan bangga.
Devi menatap ayahnya yang sedang nyengir bahagia. Jika tidak ingat ada darah lelaki ini mengalir dalam dirinya, ingin rasanya Devi meludahinya.
"Saya ingin di buatkan surat yang mengesahkan bahwa Saya bukan lagi anak dari Joko Santoso! Jadi Saya tidak mau berurusan lagi dengan lelaki ini!" kesal Devi sambil menatap tajam ke arah ayahnya yang nampak sedikit kaget.
Joko tertawa, "terserah, sing penting aku wes due duit akeh, hahaha... (terserah, yang penting aku sudah punya uang banyak.)
Devi mengepalkan tangannya, benar-benar terkagum-kagum dengan sikap ayahnya yang seperti iblis! bagaimana mungkin darahnya mengalir dalam tubuh Devi!
Broto mengangguk setuju, " nanti aku panggil pengacara biar bisa urusin masalah itu. Supaya kuat hukum. Jadi kamu nggak bakal di ganggu sama Bapakmu yang kurang ajar ini, ya nduk?"
Joko kembali tergelak. Dia benar-benar tak perduli.
"Saya juga minta tolong satu hal lagi," lanjut Devi.
"Ijinkan Saya melanjutkan kuliah."
Broto terkekeh sambil menggelengkan kepala, "buat apa? kerjamu cuma di dapur sama di kasur! ora perlu sekolah duwur-duwur!" Broto menghentakkan tongkatnya dengan keras.
Devi mendesah pasrah. Memang mustahil dia bisa melanjutkan kuliahnya, lalu apakah dia harus menerima takdirnya ini? tiba-tiba air matanya kembali merebak.
"Terus, kaamu mau minta apalagi? rumah? sawah? tanah? apa? mau apa?" tanya Broto.
Devi terdiam. Dia tak punya keinginan apapun. Jangankan keinginan, melanjutkan hidup pun sudah tak ingin. Haruskah Devi mengakhiri hidupnya saja? atau dia bunuh saja tua bahkan ini saat malam pertama mereka?
Membayangkan malam pertama, benar-benar membuat perut Devi mual dan ingin muntah.
"Lebih baik aku mendekam di penjara, dari pada harus hidup menjadi istri muda tua bangka ini!" batin Devi membulatkan tekadnya.
#Duh.. Devi mau ngapain ya? nekad kayaknya saking buntu otaknya. Tunggu bab selanjutnya untuk melihat apa yang terjadi di malam pertama Devi dan Pak Broto ya gaes. Cekidot!
termasuk saya yg baca🤭
restu belakangan..penting devan padamu🤭🤭🤭