Valerie terpaksa menikah dengan Davin karena permintaan terakhir papanya sebelum meninggal. Awalnya, Valerie tidak tahu-menahu tentang rencana pernikahan tersebut. Namun, ia akhirnya menerima perjodohan itu setelah mengetahui bahwa laki laki yang akan dijodohkan dengannya adalah kakak dari Jean, pria yang diam-diam ia kagumi sejak SMA dulu, meskipun Jean pernah menolaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Mr Titian
Ruang rapat terlihat sangat tegang. Di meja panjang, para investor luar negeri duduk berhadapan dengan tim utama perusahaan. Davin, duduk di ujung meja, terlihat fokus dengan dokumen di depannya. Ceza, setia di sampingnya.
Di sisi lain meja, Dilan tampak berbicara dengan salah satu investor sambil menunggu dokumen yang diperlukan untuk presentasi.
Pintu ruang rapat terbuka, dan Valerie masuk dengan langkah anggun. Semua kepala di ruangan itu seolah langsung menoleh ke arahnya. Wanita itu mengenakan blouse putih dan rok pensil hitam yang pas, memancarkan aura elegan sekaligus profesional.
Valerie melangkah menuju Dilan, membawa dokumen yang sudah disiapkannya. "Pak, Ini dokumen yang diminta," ucap Valerie sambil menyerahkan berkas kepada Dilan.
"Terima kasih, Val" ucap Dilan.
Namun, perhatian tidak hanya tertuju pada dokumen. Salah satu investor, pria paruh baya dengan setelan jas mahal, tampak tertegun melihat Valerie. Pandangannya intens, tak lagi fokus pada rapat.
Davin, yang sejak awal duduk di ujung meja, memperhatikan semuanya dengan tajam. Pandangannya tidak hanya tertuju pada Valerie, tetapi juga pada investor yang kini mulai kehilangan konsentrasi terhadap rapat.
Investor itu akhirnya membuka suara dengan nada santai. "I'm sorry, but I have to ask—who is she?" tanyanya sambil menunjuk ke arah Valerie.
Valerie yang mendengar itu menoleh, sedikit terkejut. "I'm Valerie, just an intern here," jawabnya singkat dengan bahasa Inggris yang fasih.
Investor itu tersenyum. "An intern? Quite unusual for an intern to be this... graceful. Impressive," ucapnya sambil menatap Valerie dengan tatapan yang sulit dimaknai.
Dilan langsung memotong, mencoba membawa fokus kembali ke rapat. "Yes, she's an intern, but she's been doing an excellent job. Now, let's get back to the numbers, shall we?" katanya dengan nada tegas, menjaga suasana tetap profesional.
Davin, yang duduk di ujung meja, memperhatikan dengan cermat. Rahangnya mengeras saat melihat cara investor itu menatap Valerie.
"Let's keep this professional, Mr. Titian Eberulf," ucap Davin dengan nada tajam, menatap langsung ke arah investor tersebut.
Dilan yang mendengar ucapan dari Davin itu mencoba menyembunyikan senyum tipis di bibirnya. Akhirnya temannya itu ada sedikit rasa peduli dengan istrinya sendiri.
"Saya permisi dulu. " ucap valeri dan melangkah pergi.
Investor itu terdiam sejenak sebelum kembali memfokuskan perhatian pada rapat, meskipun tatapan intensnya pada Valerie sebelumnya masih membekas di pikiran semua yang ada di ruangan.
Ruangan menjadi sunyi sebelum pembicaraan kembali berlanjut. Ceza, yang duduk di samping Davin, meliriknya sekilas, berusaha membaca ekspresi pria itu.
*****
Ceza menutup pintu ruangannya dengan kasar. Wajahnya memerah menahan emosi, napasnya terasa berat. Ia menjatuhkan tubuhnya di sofa.
"Muka lo kenapa? " ucap arina yang baru saja mengambil duduk disamping ceza.
"Gimana tadi rapatnya? lancar kan ? "
"Gue yakin Pak Davin makin naksir sama lo deh setelah rapat ini. Lo kan berkontribusi banget bantuin dia jalanin rapat tadi."
"Gue yakin kalau valerie anak magang di divisi keuangan itu ada apa apa sama pak davin. " ucap ceza curiga.
"Ngaco, gak mungkin la. "
"Gue tuh bisa nebak itu semua dari ekspresi dilan waktu di ruangan tadi. " ucap ceza
"Bayangin, tadi di ruang rapat, dia cuma anak magang, tapi investor malah fokus ke dia! Sampai-sampai Davin ngeluarin kalimat pembelaan buat dia. Seolah-olah gue ini nggak ada di sana!"
" Gak lama dari itu dilan senyum senyum ngeledek lihatin gue"
"Yah, kalau Davin sampai begitu, berarti dia peduli sama Valerie, Za. Lo tahu kan, cowok kayak Davin nggak bakal bela siapa-siapa kalau dia nggak punya alasan." ucap arina
"itu yang gue takutin, Rin. Gue udah usaha keras buat bikin Davin percaya kalau gue ini tunangannya. Gue nggak akan biarin Valerie atau siapa pun ngerusak rencana gue. Dia itu cuma anak magang! Nggak ada apa-apanya dibanding gue!"
"Terus, lo mau ngapain sekarang?" tanya Arina serius.
"Davin harus percaya kalau gue tunangannya. Kalau perlu, gue bakal tambahin bukti-bukti palsu biar dia nggak ngeraguin gue lagi."
"Za, hati-hati. Jangan sampai lo kebongkar sendiri," Arina memperingatkan.
"Gue nggak akan gagal, " ucap Ceza penuh keyakinan. "Valerie itu cuma gangguan sementara. Gue bakal nyingkirin dia pelan-pelan."
Namun, Ceza tidak menyadari bahwa Davin berdiri di balik pintu ruangannya, mendengar setiap kata yang ia ucapkan. Ekspresi Davin tampak berubah. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal di sisi tubuhnya.
Perlahan, potongan-potongan ingatan masa lalunya mulai terangkai kembali.