Dalam dunia sepak bola yang penuh persaingan, cinta tak terduga mekar. Caka Alvias, bintang tim Warriors FC yang tampan dan populer terjebak dalam perasaan terlarang untuk Bulan Nameera, asisten pelatih nya, yang terkenal tegas dan tangguh. Namun, konflik masa lalu dan juga tekanan karir mengancam untuk menghancurkan cinta mereka. Apakah cinta mereka bisa bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjelyy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu tidak gagal
"Bisa nyetir?" tanya Bulan
"Bisa, Lan. Udah masuk cepat." titah Caka
Keduanya menuju rumah sakit. Di perjalanan Caka terus mencuri pandang ke Bulan, yang tanpa Caka tau Bulan menyadari hal itu.
"Fokus nyetir aja." ucap Bulan lembut
Caka tersenyum mendengar suara lembut Bulan, "Udah berubah lagi nada nya, Lan." ejek Caka menoleh Bulan hingga pandangan mereka bertemu.
"Tadi perasaan di lapangan galak sekarang kok lembut lagi, bener kata Nino kamu anak aneh Lan" lanjut nya sambil tertawa
Bulan kembali melihat depan, "Bukan aneh, di lapangan aku itu pelatih mu, aku bertanggung jawab penuh atas apa yang terjadi di kamu dan yang lain, termasuk menjaga semua pemain agar tetap sehat dan nyaman." jelas Bulan.
"Kalau di luar lapangan, kamu itu teman ku." lanjut Bulan lembut membuat Caka menatapnya hangat.
***
"Jadi gimana dok? Ada cidera serius?" tanya Bulan khawatir.
"Ini tidak terlalu serius, namun saran saya untuk sementara berhenti main."
Caka yang masih berbaring mendadak duduk, "Gak bisa dok, besok saya ada pertandingan Final."
Bulan melihat ke arah Caka dengan tatapan tajam, "Diem!" bentak nya.
"Perlu terapi dok?"
"Tidak perlu, cukup istirahat saja untuk sementara, agar pembengkakan nya segera kempes."
"Terimakasih dok."
Dokter Sekar berjalan menjauh meninggalkan Caka dan Bulan di sana.
Caka meraih tangan Bulan, "Aku ingin main, Lan."
"Masih banyak kesempatan lain, Cak. Udah ayo pulang aku lelah."
Di koridor rumah sakit mereka berjalan beriringan. Bulan memasukan tangannya di saku hoodie sedangkan Caka terus melihat handphone nya.
Langkah Bulan terhenti membuat Caka sedikit menabraknya. Caka menatap Bulan heran kemudian beralih melihat ke arah depan. Disana dia melihat Ayahnya sedang duduk lemas di depan ruang UGD.
Caka berlari menghampiri ayahnya, "Ayah ada apa?"
Melihat Caka panik ayahnya mencoba untuk tersenyum, "Kamu ngapain kesini nak?" Doni sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Nemenin Bulan periksa Yah." bohong Caka spontan mendapat tatapan heran dari Bulan yang berdiri di samping nya.
"Periksa?" ulang Doni
"Hm.. anu... ini bukan seperti apa yang ayah bayangin kok. Bulan lagi periksa.."
"Saya sedikit tidak enak badan om, kebetulan minta temanin Caka." Bulan melanjutkan membuat Doni tersenyum lega.
"Ayah belum jawab pertanyaan Caka."
Doni mengelus pundak Caka lembut, "Tidak ada apa-apa nak, kebetulan penyakit Debi kambuh lagi."
"Ayah kok gak bilang Caka?"
"Belum sempat, ayah saja baru sampai disini."
"Caka mau lihat Debi yah." lanjut Caka, Doni mengangguk setuju.
Caka masuk kedalam ruangan di susul Bulan.Melihat Debi terbaring lemah Caka sedikit khawatir. Dia menghampiri Debi memegang erat tangannya yang terpasang infus kemudian mencium nya lembut
Bulan menepuk pundak Caka "Debi pasti sehat kok." Bulan memberi semangat.
"Debi punya penyakit gagal jantung dari lahir Lan." ucap Caka tanpa sadar air matanya menetes.
Caka mengalikan pandangannya ke Bulan. Melihat Caka sedih membuat Bulan ikut merasakan kesedihan.
"Ayo pulang, coach Andi bisa marah kalau kita pulang terlambat."
Bulan mengangguk.
***
Mereka sudah tiba di area pusat berlatih. Selesai memarkirkan mobilnya keduanya berjalan bersama menuju asrama.
Bulan kasian melihat Caka yang begitu terlihat sangat menyedihkan. Bulan menghentikan langkahnya.
"Are you oke?" tanya Bulan lembut memegang kedua pipi Caka dengan lembut hingga pandangan mereka bertemu.
Awalnya Caka terdiam sejenak, kemudian mengangguk ragu. Bulan yakin Caka sedang berpura-pura.
Bulan mengambil nafas dalam-dalam melepaskan tangannya.
"Caka lihat aku." pinta Bulan kemudian Caka menurut
"Di dunia ini kamu berhak untuk bilang bahwa kamu sedang gak baik-baik aja. Kamu boleh nangis sepuas yang kamu mau. Jangan di pendam, kalau berat dan kamu rasa gak kuat, cobalah untuk berbagi, oke?" lanjut Bulan.
Mendengar itu Caka menghembuskan nafas kasar, "Tolong peluk aku, Lan." ucap Caka spontan.
Bulan sedikit kaget, dia melihat sekeliling kemudian berjalan menuju bangku di pinggir lapangan. Caka keheranan, apa yang sebenarnya akan Bulan lakukan? Bukankah Caka meminta untuk memeluknya?
Bulan berdiri di atas kursi kemudian merentangkan kedua tangannya, melihat itu Caka sedikit tidak percaya namun dia mengambil kesempatan itu.
Caka berlari ke pelukan Bulan, "Aku gak bisa ikut final, Lan. Adik ku kembali di rawat lagi. Aku merasa gagal Lan." ucap Caka dengan suara gemetar di pelukan Bulan.
Bulan terus mengelus kepalanya lalu beralih ke pundaknya untuk menenangkannya.
"Kamu belum gagal Cak, masih banyak kesempatan lain. Kalau Debi, mari kita berdoa untuk kesembuhannya."