"Kak, ayo menikah?" Vivi yang masih memakai seragam putih merah itu tiba-tiba mengajak Reynan menikah. Reynan yang sudah SMA itu hanya tersenyum dan menganggapnya bercanda.
Tapi setelah hari itu, Reynan sibuk kuliah di luar negri hingga S2, membuatnya tidak pernah bertemu lagi dengan Vivi.
Hingga 10 tahun telah berlalu, Vivi masih saja mengejar Reynan, bahkan dia rela menjadi sekretaris di perusahaan Reynan. Akankah dia bisa menaklukkan hati Reynan di saat Reynan sudah memiliki calon istri?
~~~
"Suatu saat nanti, kamu pasti akan merindukan masa kecil kamu, saat kamu terluka karena cinta..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Raina menghentikan mobilnya di depan sebuah kafe. Dia sudah membuat janji dengan bodyguard barunya. Jika dia klop dengan bodyguard barunya ini, dia juga akan menjadikanya sebagai assistant pribadinya.
"Aldi." Raina menghentikan langkah kakinya sesaat ketika membaca pesan singkat yang memberi tahu bahwa namanya adalah Aldi. Dia teringat seseorang yang pernah mewarnai harinya saat masih memakai seragam biru putih. Kemudian Raina kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam kafe dan mencari meja nomor lima.
"Aldi ya?" tanya Raina saat sudah berada di dekat seorang pria yang sedang memakai topi.
Aldi melepas topinya lalu mendongak menatap Raina. "Raina, apa kabar?"
Raina terdiam beberapa saat menatap Aldi. Bahkan dia belum membalas uluran tangan itu. Seseorang dengan paras tampan dan tubuh atletis itu adalah seseorang di masa lalunya.
"Aldi, aku tidak tahu kalau itu kamu." Kemudian Raina duduk di depan Aldi setelah membalas uluran tangannya.
"Iya, aku juga tidak tahu kalau akan bekerja jadi bodyguard kamu. Aku hanya dapat panggilan dari agen. Kamu apa kabar? Eh, maaf aku harus panggil apa?"
"Panggil Rain saja kayak biasanya." Raina tersenyum menatap Aldi. Semakin dewasa, wajah Aldi semakin tampan. Jelaslah, dia pasti setuju jika Aldi menjadi bodyguardnya. Dia kini memesan makanan dan minuman untuk mereka berdua, karena sepertinya akan menjadi obrolan yang panjang diluar interview masalah pekerjaan.
"Selamat ya, kamu sudah jadi aktris seperti cita-cita kamu dulu."
"Aku baru saja memulai karirku, masih butuh perjuangan yang panjang. Aku baru membintangi beberapa iklan dan lolos casting sebagai pemeran utama di film." Raina mendekatkan segelas minuman dinginnya yang baru saja diantar waitress lalu menyedotnya sedikit.
"Itu awal karir yang bagus. Kamu hebat."
Raina tersenyum manis. "Aku belum hebat. Oiya, selain menjadi bodyguard, apa kamu mau menjadi assistant pribadi aku juga?"
"Terserah kamu. Aku bekerja, dan aku siap melakukan apapun yang kamu mau."
"Oke. Apa sudah dijelaskan juga kalau kamu akan stand by di rumah aku?"
"Sudah, karena jadwal pekerjaan kamu tidak menentu jadi aku diharuskan untuk tinggal di rumah kamu. tidak apa-apa. Aku setuju."
"Kamu sudah menikah?" tanya Raina.
Aldi justru tertawa. Dia meneguk minuman dingin itu hingga habis setengah gelas. "Kalau aku sudah menikah, aku tidak mungkin mendapat tawaran menjadi bodyguard kamu dengan syarat single dan masih muda."
Raina tertawa sambil menepuk jidatnya sendiri. Tentu saja itu persyaratan yang diajukan olehnya. Dia tidak menyangka Papanya benar-benar memasukkan itu ke dalam kualifikasinya. "Oke. Padahal aku cuma bercanda sama Papa. Tapi tidak apalah, bagus kalau masih single jadi aku tidak perlu merasa sungkan sama pasangan kamu."
Aldi hanya tersenyum manis dan menatap Raina. "Bagaimana kabar Vivi sekarang?" tanya Aldi.
Seketika senyum di bibir Raina memudar. Sudah bertahun-tahun berlalu, tapi Aldi masih menyimpan nama Vivi dengan baik di dalam ingatannya. Tapi sekarang tidak masalah baginya karena Vivi sudah resmi menjadi kakak iparnya. "Baik, dia sekarang sudah menjadi kakak ipar aku."
Aldi kini menatap Raina serius. "Kakak ipar kamu?"
Raina menganggukkan kepalanya. "Iya. Kamu masih ingat tidak, waktu Vivi bilang kalau dia mencintai Kak Rey, dan menunggunya kembali. Kak Rey itu kakakku. Mereka akhirnya berjodoh dan sudah menikah."
Aldi hanya terdiam. Bayangan masa lalu kini terlintas di benaknya. Senyuman manis yang selalu ceria itu, seringkali membuatnya salah tingkah. Ya, Vivi cinta pertamanya.
"Vi, aku cinta sama kamu."
Bukan jawaban yang dia dapat tapi Vivi justru menertawakannya. "Kamu bercanda? Bukannya kamu dekat dengan Rain? Eh, Rain itu suka loh sama kamu. Lebih baik kamu sama Rain saja, karena hati aku sudah terikat dengan seorang cowok. Aku menunggunya kembali."
"Dimakan, jangan melamun saja."
Perkataan Raina membuyarkan lamunannya. Aldi menganggukkan kepalanya lalu mulai memakan spaghetti yang telah dipesan Raina untuknya. Ternyata semua kenangan Vivi masih membekas di hatinya sampai saat ini.
...***...
"Tidak menyangka, kamu sangat hebat." Reynan mengusap puncak kepala Vivi saat mereka sudah berada di dalam mobil setelah bertemu dengan Tomi dan Vivi berhasil mememangkan tender proyek besar itu.
"Baru tahu kalau aku hebat?" Vivi menyingkirkan tangan Reynan yang masih saja bertengger di atas kepalanya.
Satu tangan Reynan kini merengkuh bahu Vivi agar mendekat. Dia membisikkan sesuatu di telinga Vivi. "Aku menunggu kehebatan kamu yang lainnya. Apa kamu sangat hebat saat berada di atas ranjang?"
Seketika Vivi mencubit pinggang Reynan dengan keras. "Apaan sih? Gak usah bahas masalah itu."
Reynan semakin mendekap Vivi, bahkan dia tidak malu dengan sopir pribadinya yang sedang fokus dengan jalanan siang hari itu. "Kita suami istri, bukan hal tabu lagi membahas masalah ranjang."
Vivi berdengus kesal dan menggembungkan pipinya. Meski tidak bisa dipungkiri detak jantungnya saat ini sangat cepat. Dulu dia sangat berani menggoda Reynan, tapi sekarang nyalinya telah menciut. Tiba-tiba saja, perut Vivi berbunyi membuyarkan suasana mendebarkan itu, pertanda jika dia sudah sangat lapar.
"Ada yang kelaparan nih. Kita makan dulu ya di kafe. Sejak kamu ngambek, aku udah gak dibawakan bekal lagi." Kemudian Reynan menyuruh sopirnya menghentikan mobilnya di depan sebuah kafe yang mewah.
"Kalau mau makan kamu pesan juga," kata Reynan pada sopirnya sebelum turun dari mobil.
"Iya, Tuan."
Setelah keluar dari mobil, Reynan menggandeng tangan Vivi meskipun Vivi ingin melepasnya. Hingga mereka masuk ke dalam kafe itu dan berhenti karena mendengar panggilan dari seseorang.
"Kak Rey."
Vivi dan Reynan menoleh ke arah sumber suara itu.
"Raina kamu ada di sini juga? Sama siapa?" tanya Reynan sambil berjalan mendekat dengan Vivi.
"Aku bertemu sama bodyguard baru aku. Kenalin, namanya Aldi."
Aldi menoleh lalu tersenyum pada Reynan dan juga Vivi.
Seketika Vivi mengeratkan tautan tangannya di tangan Reynan dan mengalihkan pandangannya dari Aldi.
Merasakan eratnya tangan Vivi, membuat Reynan merasa ada sesuatu di antara Vivi dan Aldi. Reynan membalas uluran tangan Aldi. "Aku Rey, kakak Raina, dan ini istri aku, Vivi."
Vivi hanya tersenyum kecil tanpa bersalaman dengan Aldi.
"Kak Rey mau makan juga? Gabung sini saja," ajak Raina.
Vivi mengumpat kesal dalam hatinya. Dia tidak ingin terjebak lagi dalam posisi yang tidak nyaman seperti dulu. Jangan sampai Reynan mau bergabung dengan mereka.
Untunglah Reynan tanggap dengan gelagat Vivi. Dia menolak ajakan adiknya itu. "Kita mau makan siang spesial berdua. Kalian lanjut saja, nanti kita mengganggu." Kemudian Reynan mengajak Vivi duduk di meja yang lumayan jauh dari mereka.
"Mau pesan apa?" tanya Reynan.
"Terserah Kak Rey aja. Apa aja aku mau."
Reynan memanggil waitress dan memesan beberapa makanan untuknya dan Vivi. Sambil menunggu pesanannya datang, Reynan kini menatap Vivi. "Aldi, mantan kamu?"
💞💞💞
Like dan komen ya...
bersyukur dpt suami yg bucin
slah htor