siapkan tisu sebelum membacanya ya geees.. cerita mengandung bawang 😅
" kamu harus menikah dengan Rayhan. Shena" ucap ibu lirih
"Kenapa harus Shena Bu? bagaimana dengan mas Arhan yang sedang berjuang untuk Shena?" aku menyentuh lembut jemari ibuku yang mulai keriput karena usia yang tidak muda lagi.
"menikahlah Shena. setidaknya demi kita semua, karena mereka banyak jasa untuk kita. kamu bisa menjadi suster juga karena jasa mereka, tidakkah ada sedikit rasa terima kasih untuk mereka Shena?"
ibuku terlihat memohon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMBALI KE RUMAH MERTUA
****** Arshena Humaia *******
Aku terbangun saat mendengar mas Rayhan mengigau, jujur rasanya ingin sekali aku menyiramnya dengan air biar dia sadar. Tapi, aku sadar sebagai istri aku nggak boleh bersikap seperti itu sama suamiku. Walaupun dia tang menganggap ku sebagi istri dan juga tak pernah bersikap baik kepadaku.
Naila dan Naila, awalnya aku tersenyum ketika dia menyebut namaku. Sedetik kemudian dia menyebut nama Naila dan berteriak – teriak memanggilnya secara terus menerus. Ya tiada wanita lain yang dia cintai selain pacarnya yang sudah meninggal itu.
Tidak mungkinkah dia bisa mencintaiku?dan bodohnya sekarang aku sudah mulai menaruh hati padanya. Aku mulai nyaman dekat dengannya dan saat ini aku kembali sadar, bahwa sikapnya itu hanya sebuah sandiwara.
Aku menyusun pikiranku lagi, rasanya tidak mungkin aku menginap terlalu lama di rumah ibu aku takut tidak bisa mengendalikan diri. Aku tidak mau ibu mengetahui apa yang aku alami selama menikah dengan Mas Rayhan. Dia kelihatan heran dengan sikapku tapi aku mengabaikannya. Aku harus bertahan setidaknya sampai anak yang aku kandung lahir.
“Hati – hati di jalan Anak” ucap Ibu sambil memelukku
Kami kembali pulang, rasanya sulit di jelaskan rasa sakit ini. Aku fokus memperhatikan jalan dan juga pemandangan sawah yang menghijau. Rasanya hatiku tenang melihat pemandangan yang indah ini.
Lima belas menit berlalu, karena kami masih satu desa. Aku memandang rumah ibu mertuaku yang kelihatan ramai. Banyak mobil yang biasa mengangkut buah berjejer di depan rumah Ibu.
Salah satu pekerja mas Rayhan langsung menghampiri kami berdua. “Bos, ini nota hari ini” dia memberikan nota berisi timbangan hasil buah milik warga desa.
Mas Rayhan menerima nota itu dan langsung mengeceknya. Aku melangkah mendekati mereka, aku menghampiri Ibu yang duduk di depan rumah. Ibu tersenyum menyambut kepulanganku.
“Kok sudah pulang? Nggak jadi menginap beberapa hari di sana?”
“Kasihan mas Rayhan bu kalau kami kelamaan di sana, dia kesulitan memantau pekerjanya dari jauh”
“Halah lebay banget. Jangan terlalu khawatir soal itu. Ibu kan ada di rumah. Sudah biasa seperti ini Shena”
Aku tersenyum.”Tidak enak Bu.” Sahutku
Ibu menyentuh lembut tanganku dia menatapku.”Rayhan tidak menyakitimu lagi kan, Shena?”
Aku mencoba tersenyum,aku nggak mau Ibu mertuaku itu sedih, aku takut Ibu kembali sakit. “Mas Rayhan sangat baik Bu, dia juga sangat perhatian sekarang ini” jawabku
“Ibu khawatir denganmu, Shena. Maaf kalau Ibu memaksa kalian untuk menikah ya”
“Ibu jangan khawatir, Shena tidak apa – apa kok” aku tersenyum berusaha membuat ibu tidak khawatir lagi.
Aku memperhatikan mas Rayhan tertawa bersama para pekerjanya. Aku melihat betapa bahagianya dia di balik tawanya yang lepas. Dia memang tampan, wajar saja kalau banyak yang terpikat oleh parasnya. Aku menghela napas. Apakah aku mulai mencintainya?
Untuk bermimpi yang indah dengannya pun aku sulit, bagaimana aku bisa tertawa bersamanya. Bahkan, aku belum pernah melihatnya sekalipun dia tersenyum untukku. Aku nggak tahu kenapa aku semakin jauh menaruh hati padanya? Apakah itu karena aku mengendung anaknya?
Aku menggelengkan kepalaku, aku nggak boleh terlalu berharap lebih. Aku takut terlalu dalam rasa kecewaku. Aku memilih kembali ke kamar, membereskan pakaian yang aku bawa. Aku harus menyayangi diriku sendiri dengan tidak terlalu berharap kepadanya.
Aku harus kuat aku harus bisa bertahan sampai saatnya aku merasa bosan nanti. Selesai menyusun pakaian aku melangkah menuju taman. Mencari kedamaian dari indahnya suasana taman. Aku memandang layar ponselku menonton film yang aku sukai.
...****************...
Setiap pagi aku berusaha melayani suamiku selayaknya seorang istri yang normal. Aku nggak peduli apa dia akan menerimanya atau tidak.
Aku mengisi piringnya dengan nasi dan juga lauk. Aku memandang teh buatanku yang sudah dia minum sedikit. Aku tahu, dia melakukan itu demi Ibu. Walaupun tidak ada rasa senang di hatinya.
“Sudah cukup, kamu sarapanlah juga” ucapnya
Aku duduk di sebelahnya, mengambil sarapan untukku sendiri. Ibu memperhatikan kami berdua dan ibu tersenyum.
“Shena. Kapan jadwal periksa ke dokter?” tanya Ibu
“Sepertinya tidak perlu Bu. Tunggu genap tiga bulan saja. Lagian Shena merasa baik – baik saja kok”
“Tapi harus di periksakan rutin Shena, agar kita tahu kondisi kesehatan calon anak kalian”
Aku tersenyum melihat ibu yang kelihatan khawatir. “kalau Ibu khawatir, nanti Shena periksa ya Bu”
“Ray, antarkan Shena ke dokter sulu, ke kebunnya sore saja kan bisa!” titah Ibu
paling yaah jealous 2 dikit laaah
manusiawi kok...
biar si Rayhan 'lupa' pd naila..
kini dia hrs menjaga shena, masa depan nya
apa aj itu isinya????
wkwkwk
stlh shena sembuh,
gugat cerai ajalah si Rayhan...
Kdrt pun...
hahhh.
walaupun cerai itu boleh tp ttp dibenci.Alloh....
dan shena masa depanmu..
Ray...
bisakah kamu membedakannya?
bukan berarti kamu hrs melupakan Naila...
pria bermuka dua