Novan dan Diana menjalin hubungan sekitar empat tahun lama nya sejak mereka sekolah SMA, sudah banyak yang Novan berikan pada gadis cantik berdarah minang itu.
namun suatu hari Novan melihat Diana malah bersama pria lain yang menggunakan mobil mewah, sejak saat itu juga hubungan mereka renggang, tak lama Diana sakit dan selalu menjerit jerit karena gigi yah semula bagus itu mengeluarkan banyak nanah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. bertemu pria lain
Diana menggunakan motor nya untuk jalan jalan sendiri malam ini karena bosan hanya diam di rumah dan selalu saja ada perbandingan antara diri nya dan Ria, sangat kesal sekali sebab Deni terus saja memuji Kakak kedua nya yang memang begitu kalem pembawaan nya sehingga banyak yang memuji dan banyak juga orang suka.
"Ria kalau kulit nya hitam tak akan ada orang yang menandang nya, cuma menang putih saja dia dari aku!" kesal Diana sepanjang jalan.
Ria memang lebih putih dari Diana dan banyak jua yang memuji dia, sedangkan Diana hitam manis, walau pun hitam namun dia sangat enak di pandang sehingga banyak yang suka juga dengan dara satu ini.
Hanya sifat Diana saja yang kurang bagus karena dia tidak pernah bisa menerima masukan dari siapa pun, bahkan nasehat orang tua nya saja hanya di anggap angin lalu oleh dia. Diana merasa apa pun yang dia lakukan adalah hal yang benar, orang orang hanya tahu menghujat saja.
"Untuk apa juga kerja, tidak kerja pun aku sudah punya uang!" Diana berhenti di pinggir jalan dan makan jajanan.
Sifat buruk nya adalah suka menghabiskan uang sang kekasih, walau Novan juga ihklas saja memberikan pada dia karena rasa cinta nya yang besar, namun itu bukan hal yang bisa di bilang baik. karena orang tua Novan juga tidak setuju akan hal itu, kecuali bila Diana sudah Novan nikahi maka itu memang tanggung jawab Novan sepenuh nya.
"Sendirian saja?" tegur pria yang sedang memakan jajanan pinggir jalan.
"Gila ganteng nya!" batin Diana menjerit karena kagum.
"Kok malah bengong, mikirian apa?" pria itu duduk di sebelah Diana.
"Eh enggak, ini cuma kaget saja kamu mau tegur aku." Diana tersenyum malu.
"Ya tentu mau dong, masa secantik ini tidak di tegur." pria itu mengeluarkan jurus maut nya.
"Bisa saja kamu!" Diana makin malu mendengar nya karena dia memang sangat suka di puji, apa lagi dengan pria setampan ini.
"Aku Beno, kamu siapa?" Beno mengulurkan tangan ingin kenalan.
"Diana."
Beno tersenyum senang karena gadis ini menyambut baik ajakan kenalan dia, selangkah lebih maju harus ia lakukan agar Diana tidak lepas, dia sangat terpesona melihat senyum Diana yang sangat manis dengan gigi nya yang putih rata.
Diana yang melihat dari penampilan tentu saja tidak menolak, sebab Beno sangat cocok dengan tipe nya, bukan dari fisik melainkan dari bentuk kekayaan yang ia punyai sehingga membiat jiwa matre Diana bergetar kencang ingin menguras banyak harta nya Beno yang pasti sangat banyak sekali.
"Naik apa tadi kesini, benaran cuma sendiri?" Beni menatap sana sini.
"Naik motor, memang cuma sendiri kok karena cari angin." sahut Diana.
"Sayang sekali gadis secantik ini harus sendirian." Beno kembali mengeluarkan kata manis nya.
"Kamu sama siapa?" ganti Diana yang bertanya untuk melihat latar belakang nya Beno.
"Sendiri juga, aku naik mobil yang di sana warna hitam." tunjuk Beno pada mobil nya.
Bersorak hati Diana karena orang di desa ini nya ini kalau sudah bermobil maka pasti nya kaya raya, sudah tidak bisa lagi untuk di ragukan masalah itu karena bila hanya orang biasa maka akan naik motor butut atau juga sepeda ontel.
Novan saja tidak punya mobil karena dia hanya punya sawah beberapa petak, walau Novan ekonomi nya lebih tinggi dati keluarga Diana, gadis ini lahir dari keluarga yang kurang berada. namun gaya nya sungguh luar biasa sekali, Novan yang selama ini membiayai diri nya hingga punya banyak perhiasan.
"Kalau bisa dua kenapa harus satu." batin Diana yang punya niat buruk.
"Ngomong ngomong apa enggak ada yang marah kalau aku ngobrol sama kamu?" Beno mulai mancing kearah sana.
"Siapa yang marah?" Diana pura pura tidak tahu saja.
"Pacar kamu gitu." Beno melirik gadis yang sedang makan buah potong ini.
Diana menggeleng sambil tersenyum sehingga kesan nya dia sangat manis dan kalem, padahal nyata nya dia adalah pemain handal yang siap mengobrak abrik hati pria mana pun. siap siap saja Beno akan di habiskan harta nya oleh Diana, karena Novan sudah mengalami hal itu tapi belum juga sadar dan tak mau melepaskan.
"Boleh minta nomor kamu?" Beno mengeluarkan ponsel nya, mata Diana berbinar melihat benda mahal itu.
"Hmmmm gini, aku sekarang belum punya ponsel karena yang kemarin tercebur di parit sehingga tidak bisa di pakai lagi." Diana menunduk malu.
"Loh kok bisa?!" kaget Beno karena merasa kasihan juga.
"Enggak sengaja pas main sama temen, jadi masih di perbaiki." Diana tersenyum lagi.
Senyum yang begini yang bisa membuat iman lelaki lemah bila menatap nya, Beno juga tersenyum manis kepada gadis yang baru di temui nya ini dan dia menarik Diana agak jauh dari pedagang kaki lima agar mereka tidak dengar.
"Apa?!"
Diana kaget ketika Beno membisikan sesuatu di telinga nya, mau menolak tapi yang mau di belikan itu harga nya lumayan juga, wah pasti semua orang akan sangat kaget bila Diana tiba tiba saja punya ponsel mahal incaran banyak gadis muda dan juga para Ibu Ibu berduit lah tentu nya.
"Ta-tapi aku masih perawan." lirih Diana agak takut juga.
"Sungguh?!" Beno agak kaget mendengar nya barusan.
"Iya, aku sama sekali tidak pernah berhubungan dengan pria mana pun." angguk Diana yang memang masih bermahkota.
"Boleh lah di coba, akan ku berikan tambahan bila kamu memang masih perawan." Beno kembali mengimingi dengan uang dan iphone.
Agak lama juga Diana berpikir karena dia masih ragu untuk mengambil keputusan itu, karena dia takut bila nanti memang di nikahi dengan Novan lalu tiba tiba saja dia sudah tidak perawan, maka pasti nya Novan akan kecewa besar. apa lagi uang kekasih nya sudah habis banyak kepada dia, namun godaan dari Beno juga luar biasa sehingga sayang sekali bila di tolak.
"Aku akan pakai pengaman kalau kamu takut hamil." Beno berusaha merayu.
"Beli dulu barang nya lalu main." Diana pun menyanggupi.
"Oke saja, ayo kita cari counter nya biar kamu bisa milih." Beni setuju dengan ucapan nya Diana.
"Terus motor aku gimana?" Diana tidak mungkin meninggalkan motor nya.
"Ya kamu tetap naik motor dan aku naik mobil, kamu bisa ikuti aku dari belakang." ucap Beno.
Padahal Diana sudah berharap mau di ajak naik mobil nya, namun ternyata malah di suruh naik motor sendiri, tapi ya tidak masalah lah karena nanti yang di terima juga bakal banyak.