Sinopsis :
Viona, seorang wanita mandiri dan cerdas mendapati dirinya masuk ke tubuh siswi SMA yang manja dan sudah bersuami. Dia langsung mengetahui bahwa dirinya masuk ke tubuh Emilia Vivian. Suami Emilia orang terkaya dan berkuasa di kota bernama Agam Revandra Graha.
Awalnya kehidupan Emilia hanya berkutat pada Agam. Dirinya sering stres dan frustasi karena Agam tidak pernah mencintainya, padahal cintanya begitu besar pada Agam. Sekarang, dengan adanya jiwa Viona di tubuh Emilia, sikap Emilia berubah. Emilia sudah tidak tertarik lagi dengan suaminya. Emilia memilih mengurus kehidupan pribadinya dan berhenti mengemis cinta pada Agam. Perubahan sikap Emilia membuat Agam mulai tertarik padanya.
Emilia menjadi siswi popular yang banyak di taksir teman sekolahnya maupun pria lain, terlebih hanya orang tertentu yang tau kalau Emilia sudah bersuami. Hal itu membuat Agam semakin resah. Dengan berbagai cara, Agam akhirnya mendapatkan malam pertama Emilia yang sering kali Agam tolak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 : Tanda Cinta
SMA Bima Sakti
"Hei, Roy ..." panggil Adinda, kemudian mendatangi Roy yang baru keluar dari mobil, keduanya masih di parkiran.
"Apes banget pagi ini langsung melihat muka teman dekatnya Emilia," batin Roy, kesal. "Ada apa?" tanya Roy, dingin.
"Apa Kamu merasakan perubahan sikap Emilia? Dia biasanya lebih bodoh dari Aku, bucin sejati, dan benci sama Kamu karena Kamu mendukung hubungan kakakmu dengan Liora, tapi kemaren dia pintar, tidak marah padamu bahkan berencana cerai dengan Kak Agam," kata Adinda.
"Cerai dengan Kak Agam? Aku bertaruh kepalaku, dia tidak mungkin menceraikan Kak Agam, dia sangat mencintai Kak Agam. Paling itu trik sampah Emilia."
"Setiap kali Kamu membuka mulut selalu saja pedas, kakak dan adik sama saja."
"Dan Kamu sama seperti temanmu, tidak berguna."
"Dengar Roy, Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan. Dulu bisa saja Kak Agam benci Emilia, Tapi dia bisa saja di masa depan bucin pada Emilia. Takdir pasti berubah."
"Tidak mungkin!"
"Aku yakin, Tuhan tidak tidur. Emilia tulus pada Kak Agam. Dan ..." Perkataan Adinda terputus, matanya tidak sengaja menangkap mobil Agam tiba di parkiran. Agam mencium paksa kening Emilia lalu keluar membuka pintu mobil untuk Emilia.
"Dan apa?"
"Ternyata masa depan bisa berubah, itu ..." tunjuk Adinda.
Roy melihat ke arah tunjukan Adinda.
"Itu Kak Agam? Kenapa bisa membuka pintu mobil untuk Emilia? Apa hari ini matahari terbit dari Barat?" Roy terheran.
"Aku benar kan? Emilia cantik dan tulus, tidak mungkin Kak Agam tidak tertarik. Kak Agam akhirnya sadar kalau Emilia gadis yang baik," sahut Adinda.
"Belum tentu!" Roy menolak percaya. "Kak Agam!" panggil Roy pada Agam. Agam dan Emilia menoleh. Roy dan Adinda menghampiri mereka.
"Roy?" Agam teringat foto Roy memeluk Emilia kemaren, dia pun langsung meraih tangan Emilia agar Roy tidak melakukan itu lagi pada Emilia.
Roy semakin terkejut melihat Agam menggenggam erat tangan Emilia. "Hubungan Kak Agam dan Emilia baik-baik saja?" tanya Roy.
"Seperti yang Kamu lihat. Roy, dia kakak iparmu, jangan lancang padanya. Paham?!" tegas Agam.
"Bukankah Kak Agam mencintai Liora?" tanya Roy lagi.
"Tidak! Istriku hanya Emilia," jawab Agam. "Sayang, nanti jam 2 ku jemput lagi. Belajar yang rajin," pesan Agam.
Sayang? Agam bahkan memanggil Emilia Sayang sekarang. Membuat Roy tambah heran.
Emilia mengangguk pasrah, kemudian Agam melepaskan genggaman nya, masuk ke mobil, lalu meninggalkan parkiran.
"Kamu memelet kakak ku?" tanya Roy curiga.
"Roy, jangankan Kamu, Aku saja heran. Biasanya dia dingin, sekarang berubah jadi hangat, membuatku risih," jawab Emilia lemas.
"Artinya Kak Agam sadar kamulah yang terbaik," sahut Adinda. "Emilia ... itu lehermu kenapa merah?" tunjuk Adinda, terkejut. Begitu juga dengan Roy.
"Menurut kalian?" tanya Emilia balik.
Roy dan Adinda saling pandang. Apakah yang ada di pikiran mereka benar. Keduanya menduga-duga.
"Apa Kak Agam menyiksa Kamu tadi malam? Kurang ajar! Dasar pria durjana!" umpat Adinda.
"Menyiksa? Yang benar saja, ini bukan tanda siksaan, ini tanda ... cinta ..." Roy tidak seperti Adinda yang oon dan polos, sebagai pria dia tau itu tanda apa.
"Tanda cinta? Bukankah tanda cinta itu bentuknya love ya?" Adinda mendekatkan matanya ke leher Emilia, memastikan tanda merah itu apakah bergambar love.
"Apaan sih, Adinda!" Emilia langsung menutup lehernya dengan tangan.
"Bentuknya bukan love!" ucap Adinda.
"Kalian tidak usah kepo. Aku masuk duluan!" Emilia tidak ingin bicara lebih banyak dengan Roy dan Adinda. Emilia masih kesal karena sore semalam Agam sudah merebut malam pertamanya. "Agam sialan, walau ini tubuh Emilia, tetap saja jiwaku yang sudah dia rebut kesuciannya. Aku ... sudah tidak perawan lagi ... hiks ... hiks ..." Emilia kesal dalam hatinya.
"Kak Agam bukan pria seperti itu. Dia bahkan tidak pernah meniduri Kak Liora," kata Roy.
"Maksudnya?" tanya Adinda karena memang tidak mengerti arah pembicaraan Roy.
"Adinda, cari tau sendiri maksudnya. Makanya sekolah itu yang benar, biar tidak bodoh," jawab Roy.
"Kamu mengatai Aku bodoh?"
"Benar kan?"
"Lebih baik Aku bodoh dari pada tidak punya hati, dasar kulkas! Sikap Kamu lebih dingin dari kulkas." Adinda pergi dari hadapan Roy, dia menyusul Emilia ke kelas.