Asterion Estevan menjadi target utama seorang gadis kecil yang bernama Aily Calista untuk mencuri benih ideal miliknya, Aily sangat aktif untuk naik ke atas ranjang seorang pria tampan yang belum pernah tersentuh wanita manapun.
Dia sangat ingin mempunyai anak dari bibit sempurna seperti Asterion, rencananya itu untuk meluncurkan aksinya agar mempunyai ahli waris saat dirinya tiada, agar seluruh harta kekayaannya jatuh kepada anak semata wayangnya, Aily sangat tidak rela jika kakak tirinya lah yang akan menerima seluruh hak miliknya.
Namun Aily herus lebih keras lagi berusaha mendapat bibit unggul itu, karena Asterion yang kerap di panggil Rion itu sangat susah untuk di dekati.
Apakah Rion akan tahan ketika mendapat godaan dari gadis cantik dan juga sexy seperti Aily?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitryas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
"Bagaiaman ini Mer, Papi pusing dengan tingkah cucuku Rion." ujar Kakek Van yang sedang duduk dan bersandar di sofa, sambil memijat pelipisnya yang terasa nyeri.
"Tentu saja kita harus menikahkan kedua anak itu Papi, bagaimana jika Aily sudah mengandung cucu untuk ku." Jawab Meria yang terlihat senang, namun seketika dia berhenti tersenyum saat menyadari jika ada anak lain yang terluka. Apalagi Alika adalah anak sahabatnya, dia merasa tidak enak kepada Agatha.
"Jika tau seperti ini ceritanya, harusnya sejak awal kita menjodohkan Rion dengan Aily. Agar tidak ada yang terluka," ujar Meria.
"Sebentar, tadi kamu bilang apa?" tanya Kakek Van.
"Yang mana papi? yang Meri bilang harusnya menjodohkan Aily dan Rion?" tanya nya sambil mengulang ucapanya.
"Bukan, yang sebelumnya!"
"Oh, Aily hamil anak Rion?" tanya Meria pada ayah mertuanya itu.
"Benar juga, Papi tidak kepikiran kesitu. Bagaimana jika Aily hamil anak Rion? bukan kah itu lebih bagus karena aku akan memiliki keturunan sebentar lagi " Kakek Van yang tadinya sakit kepala tiba-tiba hilang entah kemana rasa sakit itu saat mengetahui jika dirinya akan mendapat cicit dari cucunya.
Meria kembali tersenyum, itu yang dia maksud sejak tadi mereka akan segera mendapatkan cucu dari putra pertamanya.
"Mer kamu dan suami mu bujuk keluarga Albert untuk merubah orang yang akan menikah dengan cucu ku, dan beri kompensasi atas kejadian tadi pada Alika agar gadis itu tidak bersedih lagi." Perintah Kakek Van dengan antusias, "Papi harus pergi."
"Oke Pih, tapi Papi mau kemana?" tanya Meria.
"Tentu saja aku mau menemui calon cicitku," jawabnya sambil tertawa terbahak. Kakek van merasa bahagia karena dirinya akan segera mendapatkan apa yang dia inginkan selama ini tanpa harus memaksa cucu nya lagi.
*
*
Aily terbangun dari tidurnya rasa sakit di kepalanya pun sudah hilang, dia melihat baju Rion yang basah oleh air matanya lalu dirinya mendongak untuk menatap pria yang sejak tadi memeluknya dan menunggunya tidur di dalam mobil.
"Kak, maafkan aku..." lirih Aily merasa tidak enak karena mungkin saja Rion pegal karena sejak tadi menahan bobot badanya yang bersandar di dada pria itu.
"Sudah puas nangisnya?" tanya Rion dan di jawab anggukan dari gadis itu, Rion mengusap lembut sisa air mata di pipi Aily. Sejujurnya dirinya sangat sakit melihat Aily menangis sampai segukan seperti itu.
"Ayo kita makan," ajak Rion lalu dirinya membuka pintu mobil.
"Eh, sejak kapan kita ada di sini?" tanya Aily, saat dirinya keluar dari mobil ternyata sudah ada di parkiran sebuah caffe.
Rion hanya tersenyum tanpa menjawab, sebelumnya dia sudah meminta pada Sekertaris Lee untuk di bawa ke tempat dimana biasanya para gadis seumuran Aily bisa mengembalikan suasana hatinya.
Mereka duduk di meja depan kaca yang sangat lebar dan menampakan pemandangan bagus dengan taman bunga yang sedang bermekaran, Aily langsung memesan banyak makanan manis dan juga ice cream.
"Di sini banyak sekali menu makanan manis," ucap Aily saat melihat pelayan menyajikan pesananya. Lalu Aily mengedarkan pandanganya ternyata dia baru tau jika di jakarta ada cafe sebagus ini. "Sepertinya aku akan sering datang ke sini," ucap Aily tanpa sadar jika Rion sejak tadi menatap dirinya.
Aily pun makan dengan sangat lahap, saking senang nya dia hampir melupakan keberadaan Rion. "Kakak ga makan juga?" tanya Aily.
"Tidak, aku tidak suka makanan manis." jawabnya.
"Cobalah ini sangat enak kak," ucap Aily sambil menyodorkan sendok yang berisi cake ke mulut Rion, mau tidak mau pria itu memakanya.
"Oh iyah, apa perkataan kakak itu tadi tulus?" tanya Aily saat mengingat Rion lebih memilihnya daripda memilih Alika. Aily bangkit untuk pindah duduk di samping Rion dengan jantung yang berdebar kencang.
"Ada apa? kenapa kamu kesini?" tanya Rion sambil mengelap sisa cream yang ada di ujung bibirnya dengan kasar, sambil waspada kepada gadis yang ada di hadapanya Rion tidak ingin Aily bertindak aneh-aneh saat di dapan umum.
"Kenapa kak? aku kan wanita yang kamu pilih! bukan kah itu artinya kamu mencintaiku?" tanya Aily sambil mendongak mendekatkan wajahnya ke wajah Rion.
Tentu saja itu membuat Rion tersipu malu, secara tidak langsung Rion sudah mengungkapkan perasaanya kepada Aily. Walaupun entah mengapa dirinya berbicara seperti itu, yang jelas jantungnya benar-benar tidak karuan saat ini.
"Jangan mendekat!" ketus Rion sambil mendorong kepalanya kebelakang dengan telapak tangan Rion di wajah mulus Aily.
"Ah kakak, sakit tau! jujur saja jika kakak mencintaiku! Aku tidak akan marah, justru aku akan senang itu artinya kita bisa tidur bersama," ucap Aily sambil menyenderkan kepalanya di pundak Rion dengan Aily yang memeluk lengan pria itu.
"Bukanya memang kita selalu tidur bersama!" ketus Rion lagi karena mengingat sudah berapa kali mereka tidak sengaja tidur bersama. "Dasar bodoh!"
"Maksudku, kita bisa melakukan itu setiap malam sampai kenyang."
"Apa?" tanya Rion sambil mengerutkan keningnya.
"Tentu saja bercinta denganku," jawab Aily dengan percaya diri.
"Dasar gadis Mesum!!" ketus Rion sambil mentoyor jidat gadis itu.
"Ah, sayang kenapa kamu selalu bersikap kasar sih padaku!" ucap Aily dengan kesal namun suara manjanya, dia semakin mengeratkan pelukan di lengan Rion.
"Rion, Aily!" panggil pria tua bernama Van yang sedang berjalan ke arahnya.
.
.
𝑡𝑜 𝑏𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑖𝑛𝑢𝑒𝑑...
kalaungini yang modalin jadi erin🤣🤣
dan kalimat sebelumnya mengatakan ayahnya sayang padanya...Iki piyee kalimatnya gak konsisten Mulu😪
Yg gini nih gw bilang lu plin-plan, semua perasaan lu paparkan dari karakter Alvin gak cocok sama sekali. Dia tau salah tapi dia malah berlaku tdk adil pd kedua anaknya. Trus seolah" dia.menyalahkan aily yang tdk pernah mau mendengarkan penjelasannya. Iki piye toh, kalo Alvin aja bertingkah seperti ayah yang tdk mempedulikannya. Jadi pengorbanan ape yg dia lakukan?
Sebenarnya sifat Alvin yang mana toh 😵