Tunangannya sama Luna, menikahnya sama Zenata. Kok bisa?
Lalu bagaimana dengan Luna? Apakah Athala akan memaafkan Zenata atas kecelakaan ini? Atau hanya akan membuat Zenata menderita?
Kisah cinta yang rumit antara dendam dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbongkar
Doni di se kap di gudang bawah tanah. Athala yang datang duluan bersama Ray, Juna dan Erlando tak mampu lagi menahan emosinya. Dia meng ha jar Doni saat itu juga hingga Doni tersungkur ke bawah.
"Hahahahaha....lihat! Anak manja sepertimu bisa men cu lik ku juga!" Doni malah meledek Athala yang diliputi amarah.
"BRENGSEK KAU DONI. KU PIKIR KAU TEMAN YANG BAIK, TERNYATA KAU MENGKHIANATIKU!"
BUGH BUGH BUGH
Ray dan Juna hanya berjaga-jaga di belakang Athala. Ray membiarkan Athala meluapkan emosinya disini. Sedangkan Erlando menunggu di luar saja melihat keadaan sekitar. Bukan hal aneh dia melihat seperti ini, sifatnya hampir sama dengan papih Al.
-
-
-
"Hahahaha kau tahu Athala? Bahkan saat men ja mah tubuh Luna, dia sudah tidak p*****n! Itu artinya, bukan aku yang mengkhianati mu, tapi wanita j****g itu hahaha! Luna rela menjual dirinya ke setiap lelaki hidung belang demi uang!"
"DIAM KAU!"
BRAK
Papih Al, Evan dan Bastian baru datang. Papih Al menahan tubuh Athala dan membawanya mundur. "Cukup Athala!" ucap papih Al.
Evan dan Bastian yang sudah tahu harus apa langsung menjalankan tugas mereka. "AMPUN! ARRRHHH AMPUN MAAFKAN AKU ATHALA ARGHHH SAKIT!" Tak perlu di deskripsikan apa yang dikerjakan Evan dan Bastian.
Juna dan Ray pun tak kuasa melihatnya mereka menunggu di luar. "Gi la juga tuh orang!" Ucap Juna "Kau harus banyak belajar dari mereka, jam terbang om Evan dan om Bastian sudah sangat tinggi." Lanjut Ray.
"Mas Erland mau ke dalam?" Tanya Juna "Sini saja, yang penting Athala baik-baik saja." jawab Erlando.
Juna bergidik ngeri baru kali ini dia melihat kejadian mengerikan tadi. Papih Al keluar bersama Athala dari sana. "Juna, kita pulang! Ray tunggu Evan dan Bastian!" Papih Al memberikan kunci mobilnya pada Ray.
"Ayo Erlan!"
-
-
-
Didalam mobil papih Al memberikan tab berisi video Luna dan Doni. Ray berhasil mengambil data CCTV diapartment Doni. Ternyata Doni juga merekam kegiatan panasnya bersama Luna, namun sepertinya Luna tak menyadarinya.
Juna dan Erlando saling lirik dan tak bicara. Keduanya diam hanya mendengarkan bapak dan anak itu.
-
-
FLASHBACK
"Ahhh...don...!" Luna mendesah diatas Doni, dia sangat menikmati permainan Doni. "Bagaimana permainan Athala?"
Di sela-sela pergulatan panas mereka, Doni malah mempertanyakan Athala. "Ahhh...yang dalam...! Athala ahh...dia tidak pernah mau menyentuhku!" Luna menjawabnya sembari mendesah.
"Arghh....aku mau keluar!" Doni malah menyemburkan laharnya ke dalam inti Luna. Keduanya ngos-ngosan seperti habis marathon. Masih dalam keadaan polos Luna bersandar di dada Doni.
"Jadi kamu dan Athala belum pernah_"
"Belum, tiap aku pancing Athala selalu nolak. Mungkin dia gay kali." Jawab Luna dengan polosnya "Lalu rencana kamu apa?" Tanya Doni sembari mengelus lengan polos Luna.
"Aku akan menikah dengannya, setelah itu aku akan mengambil sebagian hartanya dan aku akan meninggalkannya. Kayaknya kalau aku ambil 50% hartanya Athala enggak akan miskin kan?"
"Hahahaha...dia sudah terlahir old money sayang. Siapa yang enggak kenal keluarganya. Sudahlah...kita lanjut yang tadi." Doni melanjutkan aksinya bercinta dengan Luna.
-
-
Setelah 1 bln kemudian, ternyata Luna hamil. "Kamu harus tanggung jawab Don, ini anak kamu!!" Luna emosi dan marah karena Doni tidak mau tanggung jawab.
PLAK
Doni me nam par Luna dengan keras hingga ujung bibir Luna terluka. "Hahaha anak? Hey hey lihat sini, sebelum kita melakukannya kamu sudah tidak pe****n!" Doni men ceng kram rahang Luna lalu menghempaskannya.
"Brengsek! Tapi cuma sama kamu, aku enggak pakai pengaman Don. Dan kamu juga suka keluar di dalam kan? Kita tes DNA hari ini ayo!" Luna menantang Doni untuk tes DNA.
BRAK
Doni menjenggut rambutnya frustasi, ada benarnya juga omongan Luna! Memang dia selalu mengeluarkannya di dalam. Dan tidak pernah pakai pengaman. Doni menarik Luna dan menghempaskan barang-barang yang ada di atas meja kerjanya lalu membanting Luna ke atas meja.
Doni seperti orang kerasukan dia men ja mah Luna dengan paksa. "Don...lepasin don...ahhh!" Luna berteriak dan menangis histeris, pasalnya Doni sangat kasar sekali.
"Aaahhh...ini kan yang kau mau hah? Wanita j****g! Ahh ahhh ayo...mana suaramu hahahah!"
-
-
-
Athala membanting tab itu dengan keras didalam mobil. Hancur sudah Athala saat itu juga. Dia menitikan air matanya. Dia benar-benar sudah dibutakan cinta. Padahal Athala selalu menjungjung tinggi Luna didepan orang tuanya. Tapi ternyata Luna hanyala seorang wanita m*****n yang ingin mengincar harta Athala. Papih Al mengelus punggung Athala.
"Sudahlah! Sekarang kamu sudah tahu siapa Luna dan Doni. Kamu fokus sama istri dan anakmu. Biar ini papih yang urus."
"Maafin Athala pih, dulu Athala enggak pernah mau dengerin papih, ternyata dia_" Athala menangis histeris.
-
-
Di hotel Athala masuk ke kamarnya namun Zena tak ada disana. Dia pun ke kamar mamihnya "Mih Zena mana?"
"Athala!" Mamih Aleesya berhambur memeluk anaknya itu.
"Athala baik-baik aja mih, Zena mana mih?" Tanya Athala. Mamih Aleesya memberitahu kalau Zena ada di kamar Alana. Athala segera ke kamar adiknya itu dan mengetuk pintu kamar Alana.
CEKLEK
"Kakak! Syukurlah kakak baik baik aja!"
"Mas..." Zena mendekap suaminya dengan erat sekali dengan menangis histeris. "Mas jangan pergi lagi aku takut."
Athala tak bicara sama sekali dia menarik tangan Zena masuk ke kamarnya. "Maafin mas yah, mas baik baik aja sayang!" Ucap Athala sembari merapihkan hijab istrinya.
Athala sama sekali tak menceritakan apa yang terjadi tadi. Dia lebih memilih diam dan mengalihkan perhatiannya. Dia menyuruh Zena untuk tidur, karena besok mereka akan pulang kerumahnya, bukan kerumah orang tuanya lagi.
-
-
-
Alana yang ke lobby sama sekali tak melihat Erlando. Khawatir tentu saja dia mondar mandir di depan sofa sembari memegang ponselnya. "Mas Erlan mana sih? Di telepon juga enggak aktiv. Ih nyebelin banget sih_"
Ada tangan melingkar ke perut Alana siapa lagi kalau bukan Erlando. Alana reflek menoleh dan berbalik, dia melihat dari atas sampai bawah, ternyata benar Erlando. Dengan muka cemasnya Alana langsung memeluk duda tampan itu.
"Saya baik-baik saja nona, kenapa? Kamu takut saya kenapa-kenapa hmmm?" Ucap Erlando sembari mengusap rambut panjang Alana. "Ihhh nyebelin banget sih! Tahu ah!" Alana melepaskan pelukannya dan menghentakkan kakiknya lalu pergi meninggalkan Erlando.
Erlando yang heran dengan tingkah Alana menyusulnya "Kamu kenapa hey? Aku salah ngomong?"
"Pikir aja sendiri." Alana terus berjalan cepat tanpa memperdulikan Erlando yang tertatih-tatih mengejar Alana.
Alana malah pergi ke rooftop dan duduk di kursi dengan nafas yang tersengal-sengal. Erlando baru menyadari kalau Alana memang kesal dengannya. Dia mendekati Alana dan merangkulnya "Jangan cemberut aja, nanti cantiknya hilang nona. Sini lihat!" Erlando menangkup wajah Alana yang semakin cantik di matanya.
Erlando dengan berani mencium kening Alana sangat dalam dan lama, Alana tak menolak dia memejamkan matanya merasakan ketulusan Erlando, dia juga merapihkan anak rambut Alana yang tertiup angin sore itu.
"Alana, saya sudah pernah kehilangan orang yang sangat saya cintai sekali. Dan saya tidak mau kehilangan lagi orang yang saya cintai, meskipun terkesan cepat, tapi ini yang saya rasakan. 2 tahun menduda membuat saya lupa akan cinta, tapi semenjak ketemu kamu, rasa itu muncul lagi. Saya enggak akan melepaskan kamu! Secepatnya saya akan melamar kamu!"