Menanggung Beban Orang Tua Toxic

 Grey membawa Ema keruangan pribadinya, gadis itu mengetuk pintu dari luar kamar pria itu

Untuk apa pak Grey memanggil ku kekamarnya malam-malam begini?. Batin Ema merasa tidak enak dia bahkan melihat ke kiri dan ke kanan memastikan tidak ada yang melihatnya . apa dia tidak bisa berbicara di luar buat panik saja

“Mereka berdua sudah selamat”. Grey memberi kabar bahagia untuk Ema gadis itu sontak mendekat padanya meminta kepastian “Sekarang Anto dan Mirna berada di Penjara”

“Benarkah?”. Tanya gadis itu wajahnya yang tadinya tegang kini mulai tenang dia menata wajah Grey yang cukup jauh dari jangkauannya

“Mereka sudah berada dalam tahanan, dalam kasus penelantaran dan tindak kriminal”

“Tapi mereka orang tua ku? Apa tidak masalah, sungguh aneh jika mereka di penjara karena kami anak-anak….. kami yang kabur dari rumah”

“Bukan kah sudah ku katakan, jika mereka berada dalam kasus penelantaran dan kau membawa mereka di usia mu yang sudah legal tidak ada yang salah dengan itu”

Grey menunduk menatap wajah Ema yang lebih baik sejak saat kabar baik itu dia beritahukan

Kenapa aku jadi seperti ini, kenapa aku bisa melakukan ini hanya untuk gadis ini. Batin Grey rasa yang bergejolak di hatinya kian membuat dirinya menjadi tidak nyaman

“Apa yang kau lakukan?”. Tanya Grey kala gadis itu sibuk dengan ponselnya, Ema memutuskan untuk mengerubungi Neon untuk memastikan keadaan kedua adiknya

Ponsel pria itu berdering di ujung sana, Neon mengangkat  panggilan itu

“Di mana adik ku kak..”. Tanya Ema terburu-buru membuat pria di depannya kesal di tambah Ema memanggil Neon dengan “kak…”

Sejak kapan mereka menjadi dekat seperti itu?.

Ema menggeramkan kala Neon memberi tahu detail yang terjadi Anto memang bukanlah orang tua yang baik, bahkan sampai melukai Leo

“Adik laki-laki mu sedang berada di rumah sakit, dan dalam perawatan Ema tenang saja kami akan menjaganya di sini dan Linda…. adik perempuan mu dia tidak apa-apa”

“Terimakasih Kak… aku tidak tahu lagi apa yang harus ku lakukan”

“Bekerjalah dengan baik di sana Ema, dan jangan buat kesalahan yang akan membuat perusahaan rugi”. Neon terdengar menasehati Ema, hubungan kedua orang itu terlalu dekat bagi telinga seseorang di sana

“Baik kak, aku akan berusaha”

Ema mematikan ponselnya dia baru tersadar jika Grey tidak ada di hadapannya lagi, pria itu kini berada di dekat jendela kamar duduk dengan elegan di atas sofa

Pria itu nampak meminum secangkir teh namun tatapan pria itu terus menatap tajam pada Ema, seakan memberi isyarat jika gadis itu sedang melakukan kesalahan

“umh… pak… sekarang sudah malam, sebaiknya saya kembali ke kamar saya”. Gadis itu berpikir jika tidak ada lagi yang perlu di katakan, dia bisa menghubungi Neon untuk memastikan kabar adiknya

“Begitukah cara mu berterimakasih? Kau pikir Neon akan melakukan pekerjaan itu jika tidak dalam perintah ku?”. Grey terdengar lebih tegas membuat gadis itu menjadi kaku seketika

“Sa..saya tidak bermaksud begitu, saya sangat berterimakasih pada anda dan kak Neon”

“kemarilah…”. Grey menunjuk  tempat duduk di sampingnya, Ema yang merasa tidak enak hanya mendekat dan berdiri tidak jauh dari Grey

“Kau tidak mendengar kata-kata ku? Duduk!”

“Apa anda tidak lelah, ini sudah malam besok kita akan melanjutkan pekerjaan kitaa”. Ema masih mencoba mengalihkan perhatian Grey, dia ingin keluar dari ruangan itu

Berada dengan Grey membuat suasana menjadi gerah walau rasa khawatir Ema sudah berkurang

“jangan membuat ku berkata dua kali Ema”.

“Baik tuan…”. Ema akhinya duduk dengan ragu di saming Grey, pria itu masih sibuk dengan kopinya

Memperhatikan Grey lagi dia baru sadar jika pria itu hanya menggunakan piyama seperti baru saja mandi di tambah rambut Grey yang tidak rapi seperti biasa

Ingin sekali aku bertanya kenapa kau sedekat itu dengan Neon, kau memanggilnya kakak ternyata… kenapa menjadi menyebalkan seperti ini. Grey menatap lekat pada Ema yang langsung memalingkan wajahnya “Tatap aku Ema!”

“Pak…”. Gadis itu semakin takut, hinga ingin kabur dari sana

“Sejak kapan kau dan Neon menjadi sedekat itu!?”. Tanya Grey lebih keras, jika orang lain mendengarnya bisa di pastikan pria itu sedang cemburu

Walau Ema tidak demikian gadis itu merasa jika dirinya sedang melanggar protokol perusahaan, yang di mana Neon adalah tangan kanan Grey

Apa Grey tidak terima jika ada kesenjangan sosial di kantornya? Karyawan lain mungkin akan tetap formal dengan Neon walau sedang di luar perusahaan

“Saya dan pak Neon…. sudah… sejak sebulan belakangan ini pak…..”. Kenapa aku merasa di intimidasi? Apa salah ku?

“Berhenti memanggilnya dengan panggilan sedekat itu, kalian tidak setara kau mengerti?”

Deg. Jantung gadis itu serasa tertusuk kenapa Grey sangat suka menyudutkannya, bukan hanya itu Ema juga merasa jika pria itu sering menghinanya dengan keterlaluan

Sabarlah Ema, pria ini sudah membantu mu sejauh ini, turuti saja dia bisa masalah besar jika sesuatu terjadi. Batin Ema dia mencengkram lututnya menghilangkan rasa dingin karena AC kamar Grey yan sangat dingin. Apa dia tidak kedinginan? Aku mau serasa mau mati karena dinginnya ruangan ini

Tubuh Ema kini tidak bisa menahan hawa yang berada di sana, Grey bahkan bisa merasakan getaran tubuh gadis itu sekarang

“Minum ini..”. Grey menyodorkan secangkir teh hangat yang sudah dia sesap tadi

 “Ini…”. Ini bekas anda, dasar jorok

“Tidak mau?”. tanya Grey penuh tekanan mau tidak mau Ema menerima gelas itu lalu meminumnya  “kau harus menghabiskan nya”

Meski rasanya manis dan hangat tapi tetap saja gadis itu kesal, bisa-bisanya Grey memberikan cangkir yang baru saja dia sesap sama saja mereka berciuman secara tidak langsung

Ini bekas bibir anda, apa anda suka seperti ini dengan orang lain?.

“Ema…. ku pikir kau harus bekerja lebih keras untuk ku….”. Grey menatap ema lebih dalam memperhatikan sisi samping gadis itu “Karena aku sudah melakukan banyak hal untuk mu”

“Saya mengerti, dan untuk kedua adik saya, saya sangat berterimakasih untuk hal ini tuan… saya akan membalas budi untuk anda”

“Ternyata kau tidak terlalu bodoh”

Teh habis, Ema meletakkan cangkir-nya di atas nakas “Bisa saya kembali ke kamar saya sekarang?”

“Tentu…". Walau pria itu mengiyakannya tapi tatapan Grey masih sangat tajam membuat Ema bertanya sekali lagi

"saya permisi pak".

Ema berdiri dari tempatnya lalu menunduk pada Grey sebelum beranjak pergi dari hadapan pria itu. Apa yang harus ku lakukan? Apa kerja keras ku cukup untuk membayar nya?