Nana syaira
gadis cupu yang ingin segera menyelesaikan sekolah menengah nya agar tak selalu jadi bahan olokan siswa lain dan segera menggapai cita citanya untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik.
Kendra Aditama
Siswa populer namun memiliki kepribadian yang dingin bahkan sulit untuk diajak berkomunikasi selain dengan orang orang terdekatnya.
Apa jadinya jika takdir membuat mereka saling terhubung?
Yuk ikuti cerita pertamaku disini 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vennyrosmalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Di kamar jenita, aldo masih duduk disamping jenita. Wajah pucat jenita, baru kali ini aldo melihatnya. Biasanya jenita selali tampil segar dengan riasan yang di pakainya.
Saat sakit seperti ini, kamu terlihat lemah dan tidak menyebalkan seperti biasanya." ucap aldo.
Tangan jenita bergerak, aldo yang menyadari hal itu segera memegang tangan jenita yang masih terasa panas.
Air." lirih jenita.
Dengan sigap aldo mengambil segelas air putih yang sudah tersaji di meja samping dekat ranjang jenita.
Minumlah jen."
Aldo menyuapi air yang dia ambil dengan sendok lalu di arahkan pada mulut jenita.
Jenita membuka sedikit mulutnya dan meminum air yang disuapi aldo itu.
Perlahan jenita membuka mata. Dilihat dia sudah berada di kamarnya. Kemudian jenita menoleh ke samping untuk melihat siapa yang berada dengannya saat ini.
Aldo, ngapain lo disini?" tanya jenita dengan suara pelan.
Jenita sedikit terkejut melihat keberadaan aldo di kamarnya saat ini. Tapi karena keadaan tubuhnya sedang tidak baik jenita tetap berbaring di ranjangnya.
Lo kenapa bisa sakit? Apa karena?"
Kayanya magh gue kambuh." potong jenita.
Jenita tidak ingin aldo berfikir dia sakit karena kejadian malam itu.
Hhmm, tadi dokter juga bilang begitu. Oh ya lo harus segera makan, ini bubur tadi bi rani udah siapin." aldo mengambilkan semangkuk bubur yang sudah tersaji, dia berinisiatif juga untuk menyuapi jenita.
Gak usah al, biar gue sendiri aja." tolak jenita.
Jenita berusaha bangkit, dan aldo membantu jenita bangun lalu bersandar pada kepala ranjangnya. Aldo tidak memaksa menyuapi jenita, dia memberikan mangkuk bubur itu ke pangkuan jenita.
Tak lama, bubur sudah dihabiskan jenita. Walaupun jenita merasa risih karena aldo terus saja memperhatikannya ketika dia makan.
Lo ada urusan apa al kesini." tanya jenita lagi.
Gue mau bicarain kejadian malam itu jen." jawab aldo.
Al, gue udah bilang untuk gak mengungkit hal itu lagi." tutur jenita.
Gak bisa jen, gue bukan laki-laki pecundang yang lari dari masalah." kukuh aldo.
Jenita diam, sebenarnya dia juga terus memikirkan kejadian malam itu. Jenita bahkan mengingat kejadian itu terjadi karena paksaan darinya sendiri. Hal ini pula yang membuat jenita tidak menjaga pola makannya beberapa hari ke belakang.
Dengar jen, selama satu bulan ini aku ingin mengetahui setiap kegiatan kamu. Jika aku menghubungimu tolong jawab, paling tidak kita saling bertukan pesan." ucap aldo.
Tapi untuk apa al?" tanya jenita.
Aku takut kamu hamil karena perbuatan kita kemarin." ujar aldo.
Itu tidak mungkin terjadi al, karena." jenita langsung berhenti bicara.
Dia baru ingat setelah pulang dari apartemen aldo, jenita tidak langsung pergi ke apotek untuk membeli pil pencegah kehamilan. Sudah tiga hari berlalu sejak malam itu dan jenita lupa belum meminum pil pencegah kehamilan itu.
Oh ya ampun." gumam jenita gelisah.
Ada apa jen?" tanya aldo saat jenita tampak gusar.
Jenita langsung menatap aldo lesu. Apa dia harus memberitahu aldo soal pil pencegah yang tidak diminumnya. Dia refleks memegang perutnya dan benar-benar takut kalau sampai hamil dan mengandung anak aldo.
Kenapa, perutmu sakit lagi?" tanya aldo cemas.
Kalau gue hamil, gimana sama kendra." lirih jenita.
Aldo yang mendengar ucapan jenita langsung memasang wajah dingin. Jenita masih saja berharap memiliki hubungan dengan kendra padahal sudah jelas dia yang sudah mengambil mahkotanya.
Lupakan perasaanmu pada kendra. Saat ini kamu berada dalam pengawasanku sampai aku tahu kamu mengandung anakku atau tidak." ucap aldo tegas.
Tapi al."
Cukup jen, keputusanku sudah bulat dan kamu harus menerimanya." tegas aldo tanpa mau dibantah.
Kemudian aldo pamit dan pergi keluar meninggalkan jenita yang masih termangu.
Saat akan masuk kedalam mobil, aldo melihat sinta baru datang setelah membeli obat di apotek.
Tolong kamu hubungi saya jika ada sesuatu dengan jenita." ucap aldo sambil memberikan kartu nama miliknya.
Iya baiklah." sinta menerima kartu nama uang aldo berikan.
Saya titip jenita." ucap aldo.
Sinta hanya menganggukan kepalanya. Dan melihat mobil dari teman jenita itu keluar dari halaman rumah.
...****************...