Warning 21+!! mengandung banyak adegan dewasa dan kekerasan.
Deva Ghazanvar, seorang pria dewasa berusia 30 tahun. Seorang Mafia berdarah dingin, harus membalaskan dendam pada keluarga Darian Emery. Hingga pembantaian pun terjadi, dan hanya menyisakan Putri semata wayang dari keluarga Emery, Davina Emery.
Demi pembalasan dan kepuasannya sendiri, Deva menikahi Davina, membuat wanita itu mati secara perlahan di tangannya.
Bagaimanakah cara Deva, menekan istrinya secara perlahan menuju jurang kematian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arandiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebab isi daging
Selamat membaca ...
...****************...
Setelah beberapa lama kemudian, Davina sudah di antar Aliya ke kamarnya, agar bisa istirahat. Davina yang masih terus menyalahkan dirinya sendiri, kini terus menangis, membuat Aliya juga tidak tega. Aliya sudah berusaha menenangkan wanita itu, tapi Davina sepertinya terkena depresi ringan.
“Aliya, maafkan aku. Aku janji tidak akan mengulanginya. Aku janji tidak akan bertindak gegabah, yang bisa saja melukai kalian di sini,” ucap Davina sambil terisak.
“Nona, sudah jangan menangis lagi. Nona tidak bersalah, ini semua karena kecerobohan saya. Lagipula hal ini sudah biasa bagi kami yang tinggal di Mansion, untuk mematuhi dan menerima konsekuensinya,” bujuk Aliya agar Davina tidak terus menyalahkan dirinya sendiri. Sebab, jika Davina masih saja terus menangis dan jatuh sakit, tetap saja ia yang akan kena akibatnya.
“Benarkah, Aliya?” tanya Davina menatap Aliya penuh sesal.
“Benar, nona. sebaiknya nona istirahat dulu agar lebih tenang, saya akan meminta koki di dapur menyiapkan makanan untuk nona,” ucap Aliya sambil tersenyum lembut ke arah Davina.
“Em, Aliya. boleh aku meminta sesuatu?” tanya Davina ragu tapi tatapannya penuh harap.
“Tentu saja boleh, nona. katakan saja nona,” jawab Aliya lembut.
“Aku ingin makan makanan khas Turki,” ucap Davina pelan, membuat Aliya mengernyitkan dahinya heran.
“Kebab isi daging, sepertinya itu enak. Saat aku di jalan tadi, aku sempat memikirkan makanan itu, karena aku melihatnya ketika lewat di jalan dekat gedung tinggi,” lanjut Davina sambil menundukkan kepalanya malu.
Sedangkan Aliya, yang mendengar hal itu, langsung tersenyum karena merasa gemas sendiri dengan ucapan Davina, yang seperti anak kecil.
“Baik nona, pasti akan saya sampaikan pada para koki agar membuatkannya untuk nona,” ucap Aliya segera bergegas pergi dari kamar tersebut.
Namun, sebelum itu Aliya menghubungi dokter Emma untuk memeriksa keadaan Davina, agar wanita itu mendapatkan perawatan yang lebih baik.
...----------------...
Di sisi lain, di sebuah ruangan gelap. Tampak seorang pria yang tengah terkekeh saat mendengar sebuah rekaman dari kamar istrinya. Ya, Deva sangat menikmati percakapan istrinya yang sambil menangis, apalagi saat wanita itu tengah meminta makanan di tengah rasa khawatirnya.
“Hh, bisa-bisanya dia sempat meminta makanan saat sedang menangis, seperti anak kecil saja. Dan apa tadi? Dia menginginkan makanan itu saat melihatnya di jalan, menarik. Davina, wanita cantik yang menjadi tawanan ku,” gumam Deva sambil tersenyum dengan memejamkan matanya.
Namun, tiba-tiba saja lampu menyala, karena kedatangan seseorang yang ingin melaporkan informasi pada tuannya.
“Selamat malam bos,” sapa seorang pria yang tak lain adalah Galen.
“Hm, katakan,” ucap Deva tanpa basa-basi.
“Saya sudah membawa nona Davina ke Mansion, bos. Saya juga ingin melaporkan, kita bisa segera menyelesaikan target penyelundupan senjata kita secepat mungkin, karena sudah ada tempat yang diprediksi sangat aman,” ucap Galen panjang lebar.
“Berapa lama lagi aku bisa pulang?” tanya Deva tidak seperti biasanya, membuat Galen mengerutkan dahinya heran.
“Emm, aku juga punya perusahaan, mana mungkin aku selalu meninggalkan perusahaan ku dengan begitu lama,” lanjut Deva berkilah saat menyadari jika Galen menatap dirinya dengan tatapan yang sangat aneh.
“Sekitar dua minggu lagi bos,” ucap Galen tegas.
“Kenapa sangat lama?” tanya Deva tak terima.
“Saya rasa tidak bos, karena kita sudah memotong jadwal waktu selama satu minggu,” jawab Galen dengan wajah datar, membuat Deva tidak bisa mengucapkan apapun lagi.
“Hmm, keluarlah,” ucap Deva pelan.
“Baik bos, saya pamit undur diri,” ucap Galen yang segera melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut.
...****************...
Terima kasih.
terima kasih thor ceritanya sangat bagus dan gak bertele2,,sangat menghibur walau aku harus ikut menangis 😭😭😭