Erik, bos besar yang mempunya kekuasaan dan kekuatan. bertemu dengan seorang gadis muda berusia 19 tahun.
Alessia Carolin, gadis muda berusia 19 tahun. dia adalah gadis yang sangat luar biasa, tak sengaja bertemu dengan seorang pria berusia 30 tahun bernama Erik Regan. seorang pengusaha yang begitu kejam bahkan bisa dibilang bos mafia yang menguasai begitu banyak bisnis.
Sebuah pernikahan terpaksa karena hutang budi, akankah pertemuan dua orang itu mendapatkan sebuah jalinan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERGILAH
"Ya, nyonya." Elios masuk ke dalam kantor.
"Elios, Tolong bawa keluar pria ini." pinta Caroline.
"Baik, nyonya." jawab Elios yang kemudian mengusir Benito.
"Dasar anak tidak tahu diri!!" seru Benito yang marah ketika Caroline mengusirnya.
Kedua tangan yang sudah mengepal, Caroline benar-benar tidak akan pernah mengira kalau ayahnya tidak mempunyai perasaan sama sekali. Seperti orang yang tidak mempunyai rasa bersama bersalah sama sekali, dia mendatangi dirinya bahkan meminta imbalan atas kehidupan Caroline yang sekarang.
"Tuan." panggil Kelvin.
"Ada apa Kelvin?" tanya Erik.
"Tuan, kondisi markas yang ada di Meksiko dan Rusia sangat mengkhawatirkan." jawab Kelvin.
"Maksudmu?" Erik yang sedang melihat beberapa laporan perusahaan nampak dia terkejut dengan informasi yang diberikan oleh Kelvin.
Beberapa informasi diberikan oleh Kevin, Hal itu membuat Erik nampak sangat terkejut juga marah. "Kalau begitu kita ke Rusia terlebih dahulu, Kelvin. Aku tidak ingin tempat kita yang ada di sana hancur." jawab Erik.
"Lalu, bagaimana Tuan akan mengatakan kepada nyonya?" tanya Kelvin.
Pertanyaan itu langsung membuat Erik terdiam, dia juga bingung apa yang harus dia lakukan. tidak mungkin baginya untuk berbohong kepada istrinya, semuanya benar-benar harus diselesaikan secepat mungkin.
"Aku akan menjelaskan perlahan-lahan kepada istriku, aku tidak ingin dia berpikir negatif mengenai diriku." jawab Erik.
Setelah rapat yang diadakan oleh Erik di perusahaannya, akhirnya pria itu menemui istrinya, ketika berada di kantor dia melihat raut wajah sang istri yang terlihat begitu marah.
"Ada apa, Elios?" tanya Erik ketika melihat wajah sang istri benar-benar begitu muram.
"Tadi Tuan Benito datang kemari, Tuan." jawab Elios.
Tentu saja raut wajah Caroline semuram itu, orang yang begitu dia benci berada di tempatnya.
"Baiklah kalau begitu, Kelvin tolong keluarlah." minta Erik.
"Baik, Tuan." Elios yang kemudian keluar.
"Hehhh..," Erik menghela nafasnya. Dia berjalan mendekati sang istri yang terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Ada apa?" tanya Erik.
"Aku membenci pria itu, aku benar-benar membencinya. Aku membenci mereka, aku benar-benar membenci mereka." jawab Caroline berulang kali.
Erik tidak mampu berkata lagi, Dia memberikan pelukan kepada sang istri menenggelamkan kepala istrinya di dadanya. "Aku akan selalu ada untukmu, aku akan selalu bersamamu." jawab dari Erik.
"Lalu, Apakah kamu akan meninggalkanku? Apakah kamu akan membuangku sama seperti mereka!" suara yang begitu sedih itu tidak bisa terkatakan lagi. tangis yang tertahan dengan suara yang begitu berat.
"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, aku akan selalu bersamamu." jawab Erik.
Tiba-tiba Caroline memeluk Erik dengan begitu erat, pelukan yang begitu penuh arti, pelukan itu seolah mengatakan aku sendirian, aku membutuhkan kasih sayang. Erik membalas pelukan itu, dia benar-benar tidak ingin kehilangan wanita yang ada di depannya. Niat hati Erik akan pergi sendiri untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang ada di Rusia. Namun kondisi ini akan membuat istrinya benar-benar seperti Wanita yang terlupakan.
"Oh ya sayang...," perkataan Erik langsung terputus.
"Ada apa, kenapa berhenti?" tanya Caroline.
"Sebenarnya besok aku akan ke Rusia, ada beberapa pekerjaan yang harus segera Aku selesaikan." jawab Erik.
Kedua tangan yang tadinya memeluk erat itu langsung terlepas, barusan dia mengatakan tidak akan meninggalkannya malah sekarang bilang akan ke Rusia.
"Ya nggak papa sih pergi saja." jawab Caroline yang kemudian memalingkan wajahnya. menggeser tubuhnya sedikit menjauh dari Erik.
"Istriku kalau marah lucu banget ya." goda Erik.
"Pergi saja, lama pun nggak papa." ucap Caroline. Nada suara yang ditunjukkan oleh Caroline seolah mempunyai arti yang sedikit mengancam.
"Aku tidak suka kamu berpikir untuk kabur dariku, dengarkan Aku baik-baik. Kamu adalah istriku Kamu adalah milikku, kemanapun aku pergi aku pasti akan membawamu. kemanapun aku berhenti kamu akan ada bersamaku." ucap Erik.
"Bersama apaan, tadi ngomongnya begitu romantis dan penuh arti. Sekarang bilang mau pergi, Ya sudah pergi sana." Caroline terlihat ngambek. wajahnya tidak mau memandang Erik sama sekali.
"Tentu saja Besok aku akan ke Rusia, aku pergi ke sana tidak sendirian." ucap Erik.
"Ya pergi saja sama Kelvin, aku tahu kalau kamu mau pergi sama dia. istrimu kan Kelvin bukan aku." kesel Caroline.
Erik kemudian tersenyum kembali, pria itu menarik tangan sang istri hingga membuat Caroline jatuh ke pelukannya. "Besok aku ke Rusia pergi sama kamu, lalu Kenapa kamu marah seperti ini? Apakah kamu tidak mau ikut aku ke Rusia?" tanya Erik yang membuat Caroline langsung tersenyum. senyum malu dengan mata yang begitu berbinar.
"Benarkah?" Caroline tidak percaya.
"Tentu besok kamu ikut aku ke Rusia." jawab Erik yang membuat Caroline langsung memeluk istrinya.
Untuk saat ini Erik tidak berani meninggalkan sang istri, kondisi mentalnya sedikit rapuh, dia tidak ingin istrinya semakin menjauh darinya.
Tidak mungkin bagiku meninggalkanmu saat ini, aku tidak ingin kehilanganmu. Aku tidak ingin kamu membenciku.
Erik terus memeluk sang istri, dia begitu tidak ingin kehilangan wanita yang sudah membuatnya gila.
Sore itu akhirnya Erik dan Caroline kembali ke rumah, Mereka terlihat tersenyum begitu bahagia, apalagi Caroline kelihatan sekali kalau dia benar-benar bahagia.
"Kamu masuklah dulu, Sayang. aku akan berbicara dengan Kelvin sebentar." ucap Eri.
Caroline tersenyum, dia menganggukkan kepalanya kemudian mencium pipi sang suami.
"Bagaimana, Tuan?" tanya Kelvin.
"Istriku akan ikut, Kelvin. kamu dan Elios juga akan pergi denganku." jawab Erik.
"Akan sangat berbahaya jika Nyonya ikut, tuan."
"Aku tidak bisa berbuat apa-apa, Kelvin. akan berbahaya juga jika aku meninggalkannya di sini." jawab Erik yang kemudian meminta Kevin untuk mempersiapkan keberangkatannya besok.
Dengan menggunakan pesawat pribadi 4 orang itu akhirnya pergi ke Rusia. salah satu anak buah Erik yang menjadi pilot keberangkatan mereka, di sepanjang penerbangan Caroline benar-benar nampak begitu bahagia. Suaminya menepati janjinya, dia tidak akan meninggalkannya, dia tidak akan membuangnya, dia akan selalu bersamanya.
"Nyonya, apa nyonya tidak mabuk udara?" tanya Elios.
"Kamu kira aku anak kecil mabuk udara? jangan-jangan kamu yang mabuk udara ya?" Caroline menatap wajah Elios yang sudah sedikit membiru.
"Aku tidak pernah mengajak Elios pergi menggunakan pesawat, sayang. karena itu aku jarang mengajaknya ke luar negeri." jawab Erik.
Alhasil Caroline mendapatkan senjata untuk mencibir Elios kali ini. "Masa udah tua mabuk udara sih, kamu kalau seperti ini mana bisa mengajak pacarmu jalan-jalan ke luar negeri. tidak mungkin kan naik kereta sama mobil." ujar Caroline.
Elios sedikit malu dengan kata-kata yang diucapkan oleh majikan wanitanya. "Saya bukan pria pertama dan satu-satunya yang mabuk udara, Nyonya. ada beberapa pria mungkin juga banyak pria yang mabuk udara seperti saya." jawab Elios.
"Ya mungkin cuma kamu satu-satunya yang seperti ini, Mana ada pria mabuk udara." ujar Caroline kembali.
"Bicara sama Nyonya membuat kepalaku semakin pusing, saya menyerah, Nyonya. saya mau memejamkan mata saya saja." jawab Erik yang kemudian benar-benar menutup mulut juga menutup matanya.
"Kenapa pria ini benar-benar menyebalkan, suamiku?" tanya Caroline yang membuat Erik menggelengkan kepalanya. "Ya tentu saja menyebalkan bosnya aja menyebalkan." guman Caroline yang masih bisa didengar oleh suaminya.
**Bersambung**