Xin Yue, seorang wanita cantik dengan kecerdikan yang mematikan, hidup dari mencuri dan membunuh. Namun, sebuah insiden membuatnya terlempar ke dunia kuno tanpa apa-apa selain wajahnya yang menipu dan akalnya yang tajam. Ketika dia mencuri identitas seorang wanita misterius, hidupnya berubah drastis—dari buronan kekaisaran hingga menjadi bunga paling dicari di Ruoshang, tempat hiburan terkenal.
Di tengah pelariannya, dia bertemu Yan Tianhen, pangeran sekaligus jenderal dingin yang tak pernah melirik wanita. Namun, Xin Yue yang penuh tipu daya justru menarik perhatiannya.
Dipaksa berpura-pura menjadi kekasihnya, keduanya terjebak dalam hubungan yang penuh intrik, adu kecerdikan, dan momen-momen menggemaskan yang tak terduga.
Akankah Xin Yue berhasil bertahan dengan pesonanya, atau akankah hatinya sendiri menjadi korban permainan yang ia ciptakan?
Tagline: Di balik wajah cantiknya, tersembunyi rencana yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 : Zhao Lin kembali, Xin Yue mengusir Dua
Zhao Lin, agen nomor satu Ruoshang, berdiri di tepi tebing yang menghadap lembah sunyi. Angin dingin meniup jubah hitamnya, tetapi pikirannya jauh lebih bergejolak daripada udara yang mengelilinginya. Sudah hampir satu tahun sejak dia menerima misi dari Madam Hua—mencari anggota terakhir keluarga Tianyin, keluarga yang dulunya memiliki kekuatan yang dapat mengubah tatanan kerajaan.
Setelah penyelidikan panjang yang melelahkan, dia menemukan kebenaran yang mengejutkan. "Xin Yue," nama yang selalu menjadi fokus pencariannya, ditemukan mati mengenaskan di sebuah desa kecil di perbatasan utara. Tubuhnya penuh luka, menunjukkan bahwa dia diburu hingga akhir hayatnya. Namun, sesuatu terasa tidak beres—token identitas keluarga Tianyin, yang seharusnya selalu dibawa oleh anggota keluarga itu, tidak ditemukan pada tubuhnya.
Zhao Lin merasa misinya berakhir di jalan buntu. Namun, saat dia memutuskan untuk kembali ke Ruoshang, dia mendengar gosip yang mengguncang keyakinannya. Beberapa pedagang yang ia temui di perjalanan berbicara tentang seorang gadis yang dicurigai sebagai anggota terakhir keluarga Tianyin. Mereka mengatakan bahwa gadis itu terlihat menggunakan token dengan lambang langit, simbol keluarga Tianyin. Token itu berbentuk lingkaran perak dengan ukiran awan dan bintang yang mengelilingi sebuah bulan sabit di tengahnya—ikon yang hanya dimiliki oleh keturunan langsung keluarga tersebut.
Namun, gadis itu menghilang sebelum mereka dapat memastikan identitasnya. Gosip ini membuat Zhao Lin curiga dan memutuskan untuk mengejar informasi lebih lanjut. Dia mengikuti jejak yang ditinggalkan gadis itu hingga ke sebuah kota kecil dekat ibu kota, tetapi dia kehilangan jejaknya di sana.
Dalam perjalanan kembali, Zhao Lin mendengar rumor lain yang lebih mengejutkan. Nama Xin Yue, tunangan Pangeran Kesembilan Yan Tianheng, mulai menjadi topik hangat di jalanan ibu kota. Zhao Lin memutuskan untuk kembali ke Ruoshang terlebih dahulu untuk melapor kepada Madam Hua, tetapi pikirannya sudah dipenuhi dengan rencana untuk menyelidiki gadis bernama Xin Yue ini.
***
Kepulangan ke Ruoshang
Ru Jian sedang duduk di aula utama Ruoshang ketika Zhao Lin akhirnya kembali. Pria itu tampak lelah, tetapi tatapannya tetap tajam seperti biasa. “Kau akhirnya kembali,” kata Ru Jian dengan nada santai. “Sudah hampir satu tahun, aku pikir kau sudah lupa jalan pulang.”
Zhao Lin mengangkat alis, tetapi tidak membalas ejekan itu. “Aku punya banyak hal untuk dilaporkan,” jawabnya dingin.
Madam Hua masuk ke ruangan, mengenakan pakaian sederhana namun anggun, dengan ekspresi tenang yang biasa ia tunjukkan. “Selamat datang kembali, Zhao Lin,” katanya, duduk di kursi utama. “Apa yang kau temukan?”
Zhao Lin menjelaskan hasil misinya, termasuk kematian Xin Yue asli dan hilangnya token Tianyin. Dia juga menceritakan gosip tentang gadis yang menggunakan token itu dan rumor tentang Xin Yue, tunangan Pangeran Kesembilan.
Madam Hua mendengarkan dengan saksama, lalu menghela napas panjang. “Xin Yue yang kau dengar di ibu kota adalah anggota baru Ruoshang,” katanya akhirnya.
Zhao Lin terkejut. “Dia bagian dari Ruoshang?”
Ru Jian menyela, “Aku yang membawanya ke sini. Dan sebelum kau mulai dengan tuduhan apa pun, aku yakin dia bukan ancaman. Aku sudah mengamatinya cukup lama. Gadis itu mungkin memiliki nama yang sama, tetapi dia berbeda.”
Zhao Lin menatap Ru Jian dengan tajam. “Kau terlalu cepat mempercayai orang, Jian. Kau tahu apa yang dipertaruhkan di sini. Jika dia memang berhubungan dengan keluarga Tianyin, dia bisa membawa kehancuran bagi kita semua.”
Madam Hua mengangkat tangan, menghentikan perdebatan mereka. “Aku tahu risiko yang kita hadapi, Zhao Lin. Tapi aku juga tahu kemampuan Ru Jian. Dia tidak akan membawa seseorang yang berbahaya ke dalam Ruoshang tanpa alasan yang kuat.”
Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan suara yang lebih lembut. “Tapi takdir berkata lain. Situasi Xin Yue semakin berat, dan terlalu banyak pihak yang mencarinya. Gadis itu sendiri menyadari bahwa keberadaannya bisa membawa masalah bagi Ruoshang. Dia memutuskan untuk pergi sebelum membawa lebih banyak bahaya ke sini.”
Zhao Lin terdiam, mencoba mencerna informasi ini. “Dan sekarang dia bersama Yan Tianheng?”
Madam Hua mengangguk. “Ya, untungnya dia memiliki Pangeran Kesembilan di sisinya. Itu mungkin satu-satunya alasan dia masih hidup hingga sekarang.”
***
Setelah mendengar penjelasan Madam Hua, Zhao Lin merasa situasinya semakin rumit. Jika Xin Yue memang memiliki hubungan dengan keluarga Tianyin, maka dia harus memastikan apakah gadis itu adalah ancaman atau sekutu.
“Aku akan tinggal di ibu kota untuk sementara waktu,” katanya akhirnya. “Aku ingin memastikan sendiri apa yang sebenarnya terjadi.”
Madam Hua mengangguk. “Lakukan apa yang harus kau lakukan, Zhao Lin. Tapi ingat, Xin Yue adalah bagian dari Ruoshang. Jangan pernah lupa itu.”
Zhao Lin menatap Madam Hua, lalu Ru Jian, sebelum akhirnya meninggalkan ruangan. Dalam hati, dia bertekad untuk mencari kebenaran, tidak peduli seberapa rumit atau berbahaya jalan yang harus dia tempuh.
***
Rencana Licik Sang Nyonya Muda
Malam itu, Xin Yue berdiri di balkon kamarnya, menatap bulan yang menggantung di langit. Wajahnya terlihat tenang, tapi senyum tipis yang menghiasi bibirnya memancarkan niat yang jelas. Dia memutar botol kecil berisi cairan bening di tangannya, memikirkan langkah berikutnya.
"Baiklah," gumamnya pelan sambil menyeringai, "kita usir dua dulu. Jika aku terlalu banyak mengusir mereka sekaligus, orang pasti akan curiga."
Dia melangkah masuk ke kamar, duduk di meja kecilnya, dan mulai menyiapkan ramuan halusinasinya. Wajahnya memancarkan aura manis, tapi mata tajamnya menunjukkan bahwa dia sedang menikmati permainan kecil ini.
***
Di sudut lain mansion, Yan Tianheng berdiri di bawah naungan bayangan, memperhatikan Xin Yue dari kejauhan. Dia melihat bagaimana gadis itu tersenyum manis tapi penuh niat jahat, seperti seorang ratu kecil yang sedang merancang strategi.
Tanpa sadar, sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk senyum kecil yang jarang terlihat di wajah dinginnya. "Dia benar-benar menikmati ini," pikirnya, merasa geli sekaligus kagum pada keberanian gadis itu.
Di sampingnya, Li Jun bersandar di dinding dengan santai, memperhatikan ekspresi Tianheng. "Sepertinya mansion ini lebih hidup sejak kehadiran Xin Yue," katanya dengan nada menggoda.
Tianheng meliriknya dengan tajam, tapi Li Jun hanya tertawa kecil. "Aku serius. Biasanya tempat ini sunyi seperti kuburan. Tapi sekarang, gadis itu membuat semuanya menjadi... menarik. Terutama caranya mengusir gadis-gadis lain. Kejam, tapi entah bagaimana, semua orang kagum padanya."
Tianheng tidak menjawab, hanya kembali memandang Xin Yue yang kini sibuk di kamarnya. Dalam hati, dia tahu Li Jun benar. Mansion ini memang lebih hidup dengan kehadiran gadis itu. Tapi dia juga tahu, Xin Yue tidak hanya membawa kehidupan ke tempat ini—dia membawa kekacauan yang anehnya menyenangkan.
***
Nona Cheng dan Nona Lian: Korban Pertama
Malam itu, Xin Yue menjalankan rencananya. Dengan langkah ringan, dia menyelinap ke dapur dan mencampurkan ramuan halusinasinya ke dalam teh Nona Cheng. Lalu, dia menyelipkan serbuk mimpi buruk ke bantal Nona Lian.
Keesokan paginya, mansion menjadi ramai dengan kegaduhan.
“Tidak! Aku tidak bisa tinggal di sini lagi!” Nona Cheng menangis histeris di ruang tamu. Wajahnya pucat, matanya merah karena kurang tidur. Dia menceritakan bagaimana dia dihantui oleh bayangan mengerikan sepanjang malam.
Di sisi lain, Nona Lian duduk di sudut ruangan, gemetar ketakutan. “Aku bermimpi buruk... tapi itu terasa nyata. Terlalu nyata...” gumamnya dengan suara gemetar.
Xin Yue keluar dari kamarnya dengan wajah polos, seolah-olah dia tidak tahu apa-apa. Dia memandang mereka dengan ekspresi prihatin yang dibuat-buat. “Apa yang terjadi? Apakah kalian baik-baik saja?” tanyanya dengan nada lembut.
Namun, di dalam hati, dia menahan tawa. “Itu baru permulaan,” pikirnya.
***
Percakapan di Balkon
Malam harinya, Xin Yue berdiri di balkon, menikmati udara segar setelah keberhasilannya mengusir dua gadis sekaligus. Dia merasa puas, tapi juga tahu bahwa dia harus berhati-hati agar tidak menimbulkan kecurigaan.
“Bagaimana rencanamu berjalan?” suara dalam tiba-tiba memecah keheningan.
Xin Yue menoleh dan melihat Tianheng berdiri di belakangnya, bersandar di pintu balkon. Dia memandangnya dengan mata penuh rasa ingin tahu.
“Berjalan lancar,” jawab Xin Yue dengan senyum kecil. “Tapi aku harus melakukannya perlahan. Kalau aku mengusir terlalu banyak sekaligus, orang akan curiga.”
Tianheng melangkah mendekat, berdiri di sampingnya. “Kau menikmati ini, ya?” tanyanya dengan nada datar, tapi ada sedikit senyum di sudut bibirnya.
“Bukankah itu jelas?” Xin Yue tertawa kecil. “Aku tidak suka tempat ini terlalu ramai. Terlalu banyak orang membuatku tidak bebas.”
Tianheng memiringkan kepalanya, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. “Kau tahu, kau bisa saja memintaku untuk mengusir mereka.”
“Di mana serunya kalau begitu?” Xin Yue balas menatapnya dengan senyum licik. “Lagipula, ini lebih memuaskan. Dan aku yakin kau juga menikmatinya.”
Tianheng tidak menjawab, hanya menatapnya dengan mata yang sedikit melembut. Dia tahu Xin Yue benar. Dia memang menikmati melihat gadis itu mengendalikan mansion ini dengan caranya sendiri.
Dari kejauhan, Li Jun memperhatikan mereka berdua dan menghela napas panjang. “Mereka berdua benar-benar pasangan yang aneh,” gumamnya sambil menggelengkan kepala. “Tapi aku harus mengakui, mansion ini memang jauh lebih menarik sekarang.”