"Heh, bocil? Nanti setelah ini aku minta di traktir ya." Goda adrian.
"Adrian!? Mulai deh kamu?." Ketus shely.
"Nggak mau!?, om adrian banyak makannya." Tebak aqilla membuat semua orang di sana tertawa.
"Ye? Mana ada aku makan banyak!? Lagian yang kamu pesankan, semua makanan nya hanya seumil. Gimana nggak makan banyak,." Jawabnya asal.
"Iss maruk, om adrian nya." Ujar aqilla namun tangan adrian mulai usil. Ia pun mulai menarik pelan hijab aqilla.
"Bundaaaaa!?." Teriak aqilla yang taj terima, jika hijab nya ditarik.
"Aduh sayang ampuuunn!!!!?." Pekik adrian yang merasakan nyeri di pinggang, akibat cubitan ulfa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sherly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 10
.
.
.
3 hari sudah dirumah sakit. Kini shely sudah membaik. Namun tidak dengan perasaan nya saat ini.
"Buk. hiks hiks. Kenapa bayi nya ninggalin aku sih? Padahal selama ini aku menginginkan nya? Apa aku ibu yang nggak baik makanya banyi itu pergi sebelum lahir." lirihnya bu ilma kini yang tau akan perasaan anaknya.
Lalu ia mendekat dan duduk di samping shely. Sambil memegang tangannya.
"Nak tidak ada orang tua yang tak sedih kehilangan anaknya? tapi itu sudah kehendak yang diatas. Namun kita sebagai orang tua kamu harus tetap bangkit. Dan kamu harus bisa menjalankan hari-hari selanjutnya. Tapi bagaimana kita sebagai manusia biasa. Harus bisa bangkit ketika kehilangan orang yang dicintai, salah satunya kamu harus mengiklhaskannya agar dia bahagia nak.?" Kini bu ilma pun memeluk anaknya. Untuk memberikan suport.
Ketika kita bertanya? bagaimana cara mudah untuk mengikhlaskannya? Dan meridakannya, tentu saja tidak ada cara mudah bukan? Karena yang namanya orang tua kehilangan anak, pastilah sedih? Ya itulah yang dirasakan shely ketika kehilangan janin kedua kalinya.
Tok tok tok..
Saat shely sedang melepas kesedihannya. Kini datanglah seorang pria ber jas hitam juga celana kulot hitam. Namun masih terlihat muda.
"Siapa buk dia?." tanyanya pada orang tuanya.
"Dia adalah pengacara mu nak. Yang di bayar untuk memgurus surat perceraian mu. Jadi kamu gimana masih lanjut apa mau nanti saja." tawar bu ilma yang melihat kondisi shely yang masih belum pulih.
Shely pun nampak terdiam sejenak sebelum mengambil tindakan.
"Buk? Aku siap. Jadi gimana pak urusan saya dengan suami saya?." ujar nya yang lalu melirik sosok lelaki yang terlihat masih muda. Kisaran 29 tahun.
"Jadi gini ini urusannya sudah kelar jadi. Saya minta anda untuk segera menandatangani berkas-berkas yang akan dibuat mengambil suratnya.?" katanya sambil menyondorkan beberapa berkas. Yang berada dalam tas dan membawa map itu ke tempat brankar. Dimana shely masih terbaring.
"Baik sinikan berkasnya. Trimakasih mas tapi saya minta waktu sampai besok. Untuk membaca ulang berkas ini ya mas iqbal." kini iqbal pun langsung mengangguk. Dan tak lama ia pun berpamitan pada kedua wanita. Yang berada dalam ruangan shely tersebut.
Iqbal pun paham akan situasi yang di hadapi client nya. Namun sebaga pengacara ia tak bisa lagi terus menekan seorang wanita yang saat ini sedang sakit.
"Baik saya akan kembali lagi besok pagi. Karna nanti setelah nya mau saya bawa ke pengadilan. Agar semua clear. Dan tak ada lagi yang tertunda." ujar iqbal yang kini berdiri.
"Iya saya akan secepat nya. Agar semua selesai saya sudah terlalu kecewa pada aldi." jawabnya.
"Kalau beitu saya pamit dulu. Besok minta saja pak malik telepon saya. Permisi? Assalamu'alaikum." kata iqbal berlalu pergi keluar setelah mendapatkan anggukan oleh kedua wanita yang ada diruangan.
.
.
Di tempat lain adrian masih termenung. Sehingga membuat andi menggelengkan kepalanya.
"Hey. Broo!." panggilnya adrian pun tersentak hingga menonyor kepala andi.
"Apaan sih lo!." Ucapnya geram pada sahabatnya.
"Lagian lo kenapa sih bengong aja. Kesambet baru tau rasa nanti.?" Ujar andi yang merasa gemas pada adrian. Yang tiap hari melamun seperti tak ada kehidupan.
"Nggak apa-apa bro. Oh ya lo kok tumben nyore-nyore kesini ada apa nih.?" tanyanya namun andi hanya nyengir kuda sambil menggeleng.
"Nggak papa kok. Cuman tadi dari warung aku lihat lo sedang melamun. Yasudah aku mampir kesini lah. Emang lo kenapa sih gue yakin pasti ada apa-apa ya.?" telisiknya.
"Apa karna ulfa? ya nggak." tebaknya dan sontak adrian pun kembali menatap kedepan. Andi yang paham permasalahannya kini tersenyum.
"Iya kenapa ya bro? Susah sekali meluluhkan hati seorang wanita." ucapnya.
"Hey? Mas broy. Lu itu harusnya lebih semangat lagi dong. Jangan selalu putus asa gitu. Dulu ya aku awalmula deketin ratih pun begitu juga? Tapi aku tak akan menyerah untuk mengembalikan hatinya. Jadi gue harap lo jangan terlalu buru-buru. Lo itu deketin dia pelan-pelan aja? Suatu saat ulfa juga luluh sama lo." cercanya sambil menepuk pelan pundak adrian.
"Gue hanya ngasih saran ya bro. Lo jangan menyerah gitu aja. Karna wanita itu susah ditebak. Dan wanita itu maunya dikejar bukannya dia yang harus mengejar lelaki. Dan sekarang gue balik dulu ya. Kasihan nyokap gue nungguin obatnya. Lantaran dia lagi sakit. Ingat ya jangan sia-siakan ulfa dia wanita baik dan aku rasa dia juga sayang sama lo." andi pun kini meninggalkan adrian sendirian di depan rumahnya.
Adrian kini hanya menatap kosong kedepan. Setelah andi pergi kini pak malik pun tiba dirumah. Sebab dari tadi pagi menemani shely dirumah sakit.
"Assalamu'alaikum. Loh drian ngapain bengong didepan rumah? Nanti kesambet lo ayo masuk saja. Ayah belikan rendang dendeng nih. Kesukaan kamu kan ini?." ajak pak malik yang melihat anak lelakinya sedang di teras rumah.
"Wa'allaikumsalam. Iya yah. Gimana keada'an kakak. Apa sudah membaik." tanyanya karna belum sempat menengoknya.
"Kakakmu alhamdulilah sekarang sudah membaik, Jadi kemungkinan besar lusa baru boleh pulang. Meskipun dia sudah diajak ngobrol. Namun pikirannya masih shock karna anaknya." papar pak malik setelah sesampai nya didalam rumah.
"Hmm..? Semoga ya yah kakak boleh pulang.
Amin..?."
"Amin.." balas pak malik ikut mengamini nya.
.
Kini mereka pun setelah makan bersama. Pak malik pun beralih kedepan tivi. Berbeda dengan adrian yang sering lebih masuk kekamarnya.
'Ulfa kenapa kamu ini? Susah sekali hatimu aku ketuk kembali. Aku kan rindu sama kamu setelah lama tidak bertemu. Aku kangen kamu yang dulu fa. Sekarang kamu justru bersikap dingin padaku.' gumam adrian sambil sesekali menatap layar ponselnya. Seakan menunggu seseorang disana akan membalasnya.
.
.
Ulfa kini baru memasuki rumah. Setelah seharian ada diluar. Saat ia membuka ponselnya kini tertera nama adrian. Namun kini justru diabaikan. Ulfa pun memilih pergi untuk mandi karna badan sudah terasa lengket. Karna tugas kuliah dan jadi dosen di kampusnya.
Tok tok tok..
"Ulfa..?" panggil sang bunda.
Ulfa yang hendak kekamar mandi kini mendengar suara bundanya.
"Iya bund ada apa?." tanyanya setelah membuka pintu kamar.
"Kamu udah mandi belum nak? Ayo makan bersama bunda udah siapin makanan kesukaan kamu." ujar bu sharoh pada anaknya.
"Iya bun nanti saja. Ulfa mau mandi dulu." jawabnya kini bu sharoh pun mengangguk lalu pergi meninggalkan ulfa.
Saat bu sharoh sudah pergi. Ulfa pun bergegas mandi. Dan ikut makan bersama keluarga nya. Dan setelah makan ulfapun kembali kekamarnya.
Saat ulfa merebahkan bsdannya sambil menatap plapon yang bertema langit biru. Sesekali terlintas bayangan adrian yang berusaha untuk mendapatkan hatinya kembali. Padahal hati dia udah dimiliki nya. Meskipun terlintas kecewanya belum juga pergi.
Kini ulfa pun mulai memejamkan mata. Meskipun itu sulit tapi ia harus beristirahat. Karna badan nya terasa lelah. Hingga ulfa pun terlelap. Namun ponselnya berbunyi. Ulfa pun masih tetap tak bangun karna rasa kantuk lebih kuat. Maka dari itu ia biarkan saja.
.
Ditempat lain adrian kini mulai mencoba mengirimkan pesan singkat.
"Malam. Lagi ngapain? Kok nggak angkat teleponku. Baik lah kalau kamu sudah tidak ingin di ganggu maafkan aku ya jika ada salah sama kamu. Miss u." kini adrian pun mengirim pesan pada ulfa namun tak ada respon lagi.
"Apa sebenci itukah kamu fa. Kalau boleh jujur aku sayang banget sama kamu. Tapi jika kamu sekarang sudah tak ingin bertemu aku. Mungkin kepergianku akan bisa membuat mu bahagia." adrian pun putus asa orang yang ia sayangi saat ini sudah tsk ingin bertemu lagi.
Percuma jika orang yang disayangi saat ini sudah teramat membencinya. Jangan kan bertemu mengangkat telepon pun tak diangkatnya. Mungkin dengan cara ia pergi jauh akan bisa melupakan ulfa meskipun sakit.
Bersambung..