Author Almighty

Bei Tang Moran bergeming di tengah taman, di antara semua orang yang berseliweran, berdiri tenang dengan kedua tangan tertaut di belakang tubuhnya, raut wajahnya juga terlihat tenang, tapi sorot matanya menyiratkan kilatan samar kecemasan yang tak kentara.

Bola matanya terus bergulir menyisir seluruh tempat di sekitarnya, meneliti setiap sudut dan menelisik tiap-tiap kerumunan dengan ekor matanya.

Gadis tengik itu sebenarnya pergi ke mana? Ia bertanya-tanya dalam hatinya. “Hebat sekali kau, Jian Yue!” gerutunya. “Baru dapat pakaian baru, sudah berani meninggalkanku!”

Cepat sekali menyadarinya!

“Sss!” Bei Tang Moran berdesis dan menggigiti bibir bawahnya. Apa dia sudah tahu kalau aku menipunya? pikirnya dengan dahi berkerut-kerut.

“Āiyō! Bintang Katai Putih juga bisa merasa cemas?”

Suara seseorang mengusik Bei Tang Moran. Ia mengerling ke arah suara itu dan mendapati seringai menjengkelkan dari seseorang yang paling menjengkelkan pula.

Li Asura!

“Siapa yang cemas? Siapa Bintang Katai Putih?” dengus Bei Tang Moran tak lagi mengingat etika.

Julukan Bintang Katai Putih terdengar jauh lebih menjengkelkan baginya dibanding julukan Bintang Kesepian.

Bintang Katai Putih adalah salah satu bintang yang memiliki suhu relatif rendah. Disebut juga bintang dingin.

Dan bintang katai putih diyakini sebagai bintang paling tua dan paling dingin yang pernah hidup.

Menjulukinya Bintang Katai Putih bukankah sama saja dengan mengatainya frigid?

Aku hanya tak boleh berhubungan, bukan tak mampu berhubungan! gerutunya dalam hati.

“Hǎo la,”~Baiklah, seloroh Li Asura melunak. Kemudian mendekati Bei Tang Moran dan bersedekap. “Aku tahu harga dirimu tinggi, ditambah keras kepala dan pemalu. Selalu enggan meminta bantuan. Tak berani mengakui atau menunjukkan perasaan, apalagi memperlihatkan kelemahan. Tapi, kalau bukan karena aku melihatmu begitu kasihan, mengingat hubungan persaudaraan kita, juga belum tentu aku ingin membantu,” cerocosnya tiada henti.

“Paman!” sela Bei Tang Moran seraya mendelik ke arah pria itu. “Sebenarnya, kau sedang mengkhawatirkanku atau menguji kesabaranku?”

“Āiyā, Moran… aku ini peduli padamu!” tukas Li Asura sembari menempatkan telapak tangannya di bahu Bei Tang Moran dengan raut wajah meyakinkan.

Bei Tang Moran menoleh dan menatap pamannya dengan mata terpicing. “Bentuk kepedulian ini…”

“Tak perlu berterima kasih!” potong Li Asura cepat-cepat sembari menepuk-nepuk pundak Bei Tang Moran.

“Kenapa keluar dari mulutmu jadi tidak enak didengar?” Bei Tang Moran menambahkan.

Li Asura langsung terdiam. Lalu keduanya saling memandang dengan intensitas saling mengejek.

Di Kediaman Putra Mahkota…

Gabrielle juga sedang bermain mata dengan Tian Fu Yi di seberang meja.

Hanya sesaat saja, tampaknya ia sudah melupakan kekhawatirannya.

Pesona ketampanan berkelas, ditambah suasana hangat yang manis, juga aroma samar yang memabukkan, membuat Gabrielle benar-benar lupa bahwa makhluk rupawan di depannya sejenis Harimau Senyum yang berbahaya.

Wajah ini lumayan bagus, gumam Gabrielle dalam hatinya. Sesuai dengan imajinasiku!

Sosok Tian Fu Yi memang sesuai dengan deskripsi dalam naskah aslinya. Detail wajahnya, bentuk mulutnya, juga tatapan matanya terkesan seperti selalu tersenyum meski nyaris tanpa ekspresi.

Dingin dan menghanyutkan, seperti kelembutan yang mematikan.

Benar-benar Harimau Senyum, pikir Gabrielle malah terpukau.

Semakin tampan semakin berbahaya!

Semakin jahat semakin tampan!

Kenapa yang keren-keren selalu cowok berengsek? Gabrielle terus menggumam dalam hatinya. Tampaknya otak gadis itu sudah mulai melantur!

Tapi bicara soal cowok berengsek, akhirnya ia ingat Bei Tang Moran.

“Gawat!” Gabrielle terperanjat dan melompat berdiri. Sudah berapa lama aku di sini? pikirnya kalang kabut.

“Ada apa?” tanya Tian Fu Yi, tetap tenang dan penuh keteduhan.

“A—a… ah!” Gabrielle tergagap dan salah tingkah. Lalu buru-buru membungkuk dan berusaha mengendalikan dirinya lagi. “Maaf, Wángchú Diànxià!” ungkapnya dengan sopan. “Hamba baru ingat ada hal penting yang harus hamba lakukan,” tuturnya beralasan. Kemudian memohon diri.

“Tunggu!” Tian Fu Yi tiba-tiba beranjak dan menyergap tangannya.

Gabrielle spontan membeku dan terbelalak.

Tian Fu Yi mendekat perlahan ke arah gadis itu, merapatkan jarak di antara mereka. “Ke depannya, jangan lagi menyebut dirimu hamba,” bisiknya dengan bujukan tegas yang membuat Gabrielle kembali terbawa suasana.

Nilai suka Tian Fu Yi meningkat 10%... 20%...

Tiba-tiba gadis itu merasakan tubuhnya menghangat dan melemas. Apa ini? pikirnya dengan kesadaran separuh mengambang. Kenapa rasanya aku ingin merobek dan melahapnya habis-habisan?

Apa karena dia terlalu tampan? Gabrielle tak habis pikir.

Tidak masuk akal! tepisnya cepat-cepat.

Aku pasti sudah mabuk! Ia menyimpulkan.

Apa kemampuan minumku hanya sebatas ini? pikirnya tak yakin. Seingatku, aku tidak sepayah itu!

Jangan-jangan ada yang salah dengan araknya?!

Semakin ia banyak berpikir, semakin lama ia tertegun menatap Tian Fu Yi. Semakin menipis pula kesadarannya. Dan ia semakin kehilangan kendali atas perasaannya. Sensasi kelembutan yang menghangatkan itu terus meresap ke dalam dirinya, membuatnya hampir tak bisa menahan diri untuk tidak menenggelamkan dirinya ke dalam rengkuhan pria itu.

Aku… tidak menyukainya, kan? Gabrielle membatin bimbang. Tidak! pikirnya. Aku memang menyukainya. Tapi bukan jenis rasa suka yang menjurus ke arah sensual.

“Dewi?!” Bisikan parau Tian Fu Yi menarik Gabrielle kembali ke dalam kenyataan.

Nilai suka Tian Fu Yi terpindai 50%!

Gadis itu mengerjap dan menelan ludah, ketika tersadar bahwa jarak mereka sudah terlalu dekat.

Satu tangan Tian Fu Yi sudah merayap lembut di wajahnya, mengusap pipi Gabrielle dengan buku jarinya.

Tidak benar! Gabrielle menyadari. Tian Fu Yi juga tampaknya sedang mabuk kepayang.

Tidak salah lagi!

Pasti ada sesuatu pada araknya! Gabrielle menyimpulkan. Lalu buru-buru menarik diri.

Tian Fu Yi mengerjap dan tergagap. Satu tangannya masih menggenggam pergelangan tangan Gabrielle.

Gabrielle menariknya dengan sedikit sentakan keras, tapi bukannya terlepas, malah tubuhnya yang terseret ke dada Tian Fu Yi dan jatuh ke dalam pelukan pria itu.

Menang banyak!

Keduanya membeku sekali lagi. Saling memandang dengan isyarat saling menginginkan.

Lalu secara perlahan wajah Tian Fu Yi mendekat ke wajah Gabrielle.

Nilai suka Tian Fu Yi meningkat lagi: 55%... 60%... 70%... 80%... 90%...

"Pestanya masih berlangsung, ya?”

Suara dingin seorang pria membuat mereka tersentak dan menoleh ke arah suara itu, secara otomatis saling melepaskan diri.

Bei Tang Moran tahu-tahu sudah berdiri tak jauh dari mereka dengan kedua tangan bersedekap dan tatapan sedingin es.

“Moran?!” pekik Gabrielle dengan suara tercekat.

“Kau masih ingat aku?” sindir Bei Tang Moran.

“Aku baru ingin mencarimu,” kata Gabrielle sambil bergegas ke arah Bei Tang Moran. Tapi kedua lututnya mendadak lemas dan kepalanya terasa merayang.

Gadis itu terhuyung, dan untungnya tak sampai jatuh.

Bei Tang Moran spontan menangkap pinggangnya dan menahannya.

Bersamaan dengan itu, Tian Fu Yi juga mengulurkan tangannya pada gadis itu tapi hanya meraih udara kosong.

“Dewi Jian sudah mabuk!” tegas Bei Tang Moran dengan ekspresi datar. “Biar aku yang mengurusnya!”

“Aku—”

“Kau juga sudah mabuk!” sergah Bei Tang Moran memotong perkataan Tian Fu Yi. “Pamit dulu!” tandasnya sambil membopong tubuh Gabrielle. Lalu melesat pergi dan menghilang.

Tian Fu Yi mendesah seraya tertunduk lemas. “Pergi setelah menggoda,” gumamnya dengan raut wajah hampa. “Akan kuingat hutangmu ini!”

KRAK!

Ada yang patah, tapi bukan ranting.

Nilai suka Tian Fu Yi berkurang 10%, 20%...

Dan akhirnya tersisa 50%.

Bei Tang Moran mendarat di kediamannya. “Sungguh salah besar sudah mengkhawatirkanmu!” gerutunya sembari menurunkan Gabrielle ke tempat tidurnya. Tapi kedua tangan gadis itu malah mengait lehernya dan menggelayut. “Kau—”