"Mencintaimu dengan Tulus: Kisah Cinta LDR"
Matara Vega Sakti dan Sherina Ayesha Wicaksono, dua mahasiswa semester satu yang menjalin cinta di tengah jarak. Mereka berbagi impian, harapan, dan tawa. Namun, ketika Sherina pulang ke Indonesia untuk liburan semester, perasaan cemburu Vega mulai menggerogoti hubungan mereka.
Konflik memuncak ketika Vega menemukan Sherina dekat dengan teman lamanya. Kesalahpahaman dan kecurigaan membuat hubungan mereka goyah. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk menahan badai?
Di tengah kebimbangan dan kesulitan, Vega dan Sherina harus memilih antara memperbaiki hubungan atau berpisah. Akankah mereka menemukan jalan kembali ke pelukan each other?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LYS Halaman 19
Setelah beberapa jam mereka berlima menghabiskan waktu bersama dikantin, akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke rumah mereka masing-masing.
Tidak butuh waktu lama, Vega telah sampai di kediamannya dia turun dari motor dan masuk ke dalam rumah dengan perasaan riang gembira.
Setelah memasuki rumah, Vega langsung menuju ke kamarnya untuk meletakkan tas, helm, dan sarung tangan serta jaket. Dia kemudian duduk diatas tempat tidurnya, Vega hari ini merasa lelah namun juga merasa bahagia setelah menghabiskan waktu bersama teman-temannya.
Vega kemudian mengambil ponselnya dan melihat ada beberapa pesan dari Sherina. Dia tersenyum dan langsung membalas pesan-pesan tersebut.
Saat sedang asik-asiknya berbalas pesan dengan Sherina, Vega mendengar suara Papa memanggilnya dari depan pintu kamar. "Vega, kamu sudah pulang?" tanya Anton dari luar kamar.
Vega menaruh ponselnya dan langsung berdiri dari tempat tidurnya lalu berjalan menuju keluar kamar. "Ya, Pa. Aku sudah pulang," jawabnya sesudah membuka pintu dan terlihat Papa berdiri ada di depannya.
Anton menatap Vega dengan serius. "Jangan lupa, kamu harus mempersiapkan diri untuk pertunanganmu dengan Sherina," kata Anton.
Vega mengangguk dan tersenyum. "Aku sudah mempersiapkan diri, Pa. Aku tidak ingin neko-neko aku dan Sherina sudah sepakat bertunangan dengan cara sederhana saja," kata Vega.
Anton mengangguk. "Baiklah, sekarang kamu belilah cincin yang terbaik untuk pertunangan kalian besok. Papa sudah kirim uang di rekeningmu," kata Anton.
"Baik, Pa," Vega merasa bahagia dan bangga karena mendapatkan dukungan dari Papanya. Dia kemudian memeluk Papanya dan mengucapkan terima kasih.
Setelah memeluk Papa, Vega melepaskan pelukannya dan menatap Papa. "Aku akan membeli cincin itu lewat online saja, Pa. Aku tidak terburu-buru kok karena masih ada dua minggu hari liburnya menurutku masih ada cukup banyak waktu untuk memilih cincin, sebenarnya pertunanganku juga tidak harus hari besok juga sih Pa, yang terpenting masih terlaksana dalam minggu-minggu ini," kata Vega.
Anton mengangguk manut dengan keputusan Vega saja dan Anton tidak ingin mengambil pusing rencana tersebut. "Baiklah, terserah kamu saja Vega. Sekarang tidurlah yang nyenyak karena kamu harus mempersiapkan diri untuk pertunanganmu dengan Sherina," kata Anton dengan wajah serius..
Vega mengangguk dan mengacungkan ibu jarinya. "Aku akan mempersiapkan diri, Pa. Terima kasih," kata Vega.
Vega kemudian kembali masuk ke kamarnya setelah Papa pergi dan menutup pintu. Dia kemudian duduk diatas tempat tidurnya dan memandang foto Sherina yang terpampang dilayar ponselnya.
Vega tersenyum dan merasa bahagia karena dia akan segera bertunangan dengan Sherina. Dia kemudian berbaring diatas tempat tidurnya dan menutup matanya, merasa lelah namun dia juga bahagia.
Tidak lama kemudian, Vega terlelap dalam tidurnya, membayangkan hari pertunangannya dengan Sherina.
Esok Hari, esok harinya lagi.
Tok
Tok
Tok
"Veg, Vega!" teriak Marina dari luar kamar Vega, dia sudah rapih dengan setelan berwarna putih tulang dan rambut hitamnya yang pekat dia kuncir satu tidak lupa tas jinjing warna navy dia tenteng membuat dandanan Marina terlihat lebih elegan dan terlihat berkelas.
Tok
Tok
Tok
"Vega! Bangun Veg, sudah siang ini jangan mentang-mentang kamu sudah libur ya!" teriak Marina lagi karena ketukan dan panggilan pertama tidak ada sahutan dari Vega.
Dan didalam kamar, Vega mengerjab pelan kedua matanya sayup-sayup dia mendengar suara Mama yang memanggil namanya dan juga mengetuk pintu kamarnya.
Vega bangun dari tidurnya dan merentangkan kedua tangan sambil menguap lebar. Dia turun dari kasur lalu berjalan menuju pintu yang kembali diketuk oleh Mama dari luar.
"Kamu ini, mentang-mentang libur kuliah terus bangunnya sengaja di siang-siang-in. Tidak baik lho, Veg," kata Marina, saat Vega sudah membuka pintu dan wajah bantal Vega masih tercetak jelas disana terlihat jelas jika dia baru saja bangun tidur.
Vega menutup mulutnya karena menguap lalu Vega berkata. "Maaf, Ma memangnya sudah pukul berapa sekarang?" tanya Vega, menatap Mama yang terlihat rapih.
Marina mendengus lalu menatap jam tangan mahal yang melingkar dilengannya. "Pukul sembilan pagi," kata Marina, menatap Vega dengan heran.
Kemarin-kemarin Vega gencar sekali ingin bertunangan dengan Sherina, lalu disaat hari H tiba lihatlah, dia malah masih terlihat santai.
"Vega telat bangun Ma. Vega mandi dulu." kata Vega kembali menguap, padahal kemarin tidur dari sore dan bablas hingga esok hari tapi kenapa masih mengantuk, Vega juga heran dengan diri sendiri.
Marina menggeleng melihat kelakuan Vega. "Vega-Vega, kemarin-kemarin heboh ingin bertunangan dengan Sherina lalu sekarang malah terlihat santai, kamu ini bagaimana sih? Mama dan Papa akan menunggumu diruang tengah." kata Marina, dia balik badan ingin menuju lantai bawah tapi sebelum dia menuruni tangga Vega memanggilnya.
"Ma," panggil Vega pada Mama.
Marina menoleh Vega. "Ada apa, Veg?" tanya Marina.
Vega menatap Mama, menggaruk sisi kepala sambil tersenyum. "Cincinnya belum datang Ma, aku akan ambil cincin itu sebentar ditempatnya. Kita ke rumah Sherina pukul 11 siang saja," kata Vega, padahal dia kemarin sudah mengatakan pada Suzu dan teman yang lain bahwa semua persiapan sudah siap lalu kenapa sekarang cincin pertunangannya belum di beli.
Marina menghela mendengar perkataan dari bibir Vega, dia sudah sedikit kesal karena Vega telat bangun dipagi ini, lalu sekarang dibuat semakin kesal karena cincin pertunangannya belum siap, ck ck.
"Terserah," kata Marina, lalu melanjutkan langkah menuju lantai bawah untuk menemui sang suami yang sedang bersiap dikamar. Marina juga akan menyampaikan pada suami apa yang Vega baru saja katakan.
................................
Vega telah sampai ditempat yang dia percaya untuk membuatkan cincin pertunangannya dengan Sherina.
Begitu sampai ditempat tersebut, pegawai toko dikejutkan dengan kedatangan Vega. "Maaf Mas, cincin yang anda pesan belum kami selesaikan namun sudah 98 persen," kata dia menatap Vega takut.
"Boleh aku melihatnya?" tanya Vega.
"Tentu saja," jawab pegawai tersebut dan pergi mengambilkan cincin pesanan Vega.
Tidak lama, pegawai kembali dengan membawa cincin pesanan Vega. Vega tersenyum melihat beberapa cincin tersebut dan langsung membayarnya.
Setelah membayar, Vega menyimpan disaku jaket dan membawanya pulang. Dia sudah tidak sabar ingin menemui Sherina dan menyematkannya dijari manis Sherina yang lentik.
Tetapi saat diperjalanan pulang, Vega tertegun melihat seseorang yang dia kenal tengah duduk dibangku dan tertawa ria dengan seseorang yang dia kenal pula.
Vega memberhentikan motor tidak jauh dari mereka lalu menajamkan penglihatan. Ke dua mata Vega terbelalak saat melihat Sherina tengah bersama Ari.
Seketika, Vega mengambil cincin pertunangannya dan melemparnya ke arah Sherina, tepat dipangkuannya.
"Vega!" Sherina melotot.
hehe..