NovelToon NovelToon
Batas Kesabaran Seorang Istri

Batas Kesabaran Seorang Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Konflik etika / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: echa wartuti

Aluna Aurelia Pradipta memimpikan keindahan dalam rumah tangga ketika menikah dengan Hariz Devandra, laki-laki yang amat ia cintai dan mencintainya. Nyatanya keindahan itu hanyalah sebuah asa saat keluarga Hariz campur tangan dengan kehidupan rumah tangganya.

Mampukan Aluna bertahan atau memilih untuk pergi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kepergok

"Kalian lama sekali? Apa yang kalian lakukan di toilet?" tanya Adrian ketika Aluna dan Arleta kembali dari toilet.

"Kami karaoke di sana." Pandangan Arleta mengarah pada Aluna. "Benarkan, Aluna."

Adrian tertawa renyah mendengar jawaban adalah sang istri. "Kamu bisa saja."

Aluna kembali duduk di samping Hariz begitu juga dengan Arleta yang kembali duduk disamping suaminya.

"Oh iya, Tuan Bramantyo. Bagaimana dengan tawaran saya tadi?" tanya Hariz membuka obrolan kembali.

"Emm … bagaimana ya?" Pandangan Adrian mengarah pada Arleta meminta pendapat pada sang istri dengan menggunakan bahasa isyrat.

"Nanti kami akan pikirkan." Bukan Adrian yang menjawab melainkan Arleta. "Ayo kita bicarakan hal lain. Kita lupakan urusan bisnis. Saya merasa bosan," usul Arleta.

"Ya itu benar," imbuh Adrian.

Pandangan Arleta mengarah pada Aluna. Ia tahu bagaimana kondisi wanita itu. Terlihat jelas Aluna sedang menahan gejolak amarah di dadanya.

"Aluna, kamu baik-baik saja?" tanya Arleta. "Wajahmu pucat?" Arleta berdiri berpindah tempat ke sebelah Aluna. Wanita itu menempelkan punggung tangannya ke kening Aluna untu memeriksa suhu tubuhnya.

"Tidak, Tante. Aku hanya kelelahan," dalih Aluna.

"Sayang." Pandangan Arleta mengarah pada Adrian. "Sebaiknya kita akhiri makan malam ini. Aluna sepertinya harus banyak beristirahat."

"Tapi —" Ucapan Hariz langsung dipotong oleh Arleta.

"Tuan Hariz, sebaiknya bawa istri Anda ke dokter," saran Arleta. "Makan malam ini tidak lebih penting dari istri Anda, bukan?" Nada bicara Arleta terdengar sarkas.

"Oh, tentu tidak." Hariz gelagapan. "Ayo, Aluna." Hariz membantu Aluna berdiri.

Aluna sendiri menoleh ke arah Arleta mengulas senyum. Hanya Arleta yang tahu arti senyuman itu.

Hariz membawa Aluna keluar dari restoran ditemani oleh Arleta juga Adrian. Mereka pun berpisah di lobi. Arleta dan Adrian lebih dulu pergi sebab mobil yang menjemput mereka lebih dulu datang.

Setelah mobil yang membawa pasangan Bramantyo menghilang dari pandangan Hariz, laki-laki itu membawa Aluna ke tempat yang sepi, ke basement yang jarang ada mobil terparkir.

"Lepas!" Aluna memberontak, tetapi tenaganya kalah dengan Hariz yang memang sedang marah.

Hariz terus menarik Aluna, di rasa cukup jauh Hariz melempar Aluna hingga tubuh Aluna menubruk pilar penyangga gedung.

"Aluna! Sebenarnya apa yang kamu lakukan?" teriak Hariz.

"Apa yang aku lakukan?" Aluna mengusap-usap lengannya yang terasa panas akibat cengkraman Hariz. "Aku tidak mengerti maksud kamu?"

"Kamu berpura-pura sakit untuk mengacaukan makan malam ini, 'kan?" tuduh Hariz.

"Aku tidak mengerti apa maksudmu?" tampik Aluna.

"Jangan berpura-pura, Aluna! Kamu pasti sengaja ingin cepat mengakhiri makan malam ini. Padahal sedikit lagi aku bisa membujuk mereka agar mau bekerja sama dengan perusahaanku," hardik Hariz.

Aluna menoleh ke arah lain, menahan napas, dan juga amarahnya. Namun seberapa keras Aluna berusaha amarah yang ia tahan meledak seketika.

"Aku benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran kamu, Hariz!" Suara teriakan Aluna menggema di tempat itu.

Hariz terbelalak saat Aluna menyebut namanya tanpa embel-embel.

"Dari dulu semuanya selalu salah aku! Setiap ada masalah yang terjadi kamu selalu menyalahkan aku. Saat aku tidak berbuat apapun juga itu salah aku. Di mata kamu aku ini tidak pernah ada benarnya," serang Aluna. "Tapi kali ini kamu yang salah! Harusnya kamu Camelia mu itu untuk menemani kamu makan malam bukan aku!"

Hariz terbelalak saat Aluna menyinggung masalah Camelia. Seketika itu pula Hariz bungkam seribu bahasa.

Aluna sendiri mundur dua langkah dari Hariz lantas menggusar rambutnya ke belakang. Aluna juga mengatur napasnya untuk meredam amarahnya.

"Dengar, Hariz. Ini terakhir kalinya kamu bisa berbuat seenaknya padaku," ucap Aluna. Nada bicaranya lembut tetapi terdengar begitu tegas.

"Aluna —" Hariz maju ingin mendekat ke tempat Aluna, tetapi Aluna melarangnya.

"Stop! Jangan mendekat!" larang Aluna. "Aku melarangmu untuk mendekat bahkan menyentuhku!" Aluna menunjukkan jari telunjuknya kepada Hariz sebagai tanda peringatan.

"Aluna, apa maksudmu?" Hariz mencoba membujuk Aluna, ia sengaja menurunkan nada bicaranya.

"Kamu tahu benar apa maksudku, Hariz!" teriak Aluna. "Kamu memiliki hubungan dengan wanita bernama Camelia itu, 'kan?"

Lagi-lagi Hariz bungkam.

Di saat Hariz terdiam satu mobil datang ke tempat itu. Mobil itu berhenti beberapa meter di belakang Aluna. Kedua orang itu tahu siapa yang mengendarai mobil itu.

"Elgar, ayo pergi!" Aluna berbalik lebih dulu, berjalan ke arah mobil sebelum Elgar menghampirinya.

Aluna masuk ke mobil duduk di kursi penumpang depan tepat di sebelah Elgar.

"Ada masalah dengan makan malamnya?" tanya Elgar.

"Tidak ada," jawab Aluna kesal. "Jalankan mobilnya. Aku muak melihat laki-laki itu," sambung Aluna.

Elgar mengangguk lantas menjalankan mobilnya melewati Hariz yang berdiri dalam kemarahan.

"Kenapa makan malamnya cepat sekali?" Elgar mengurangi pertanyaannya.

"Tante Arleta tahu aku muak berada dekat dengan laki-laki itu. Jadi … beliau mengakhiri makan malam ini secara sepihak," jelas Aluna.

"Good. Jadi kamu menceritakan masalahmu padanya?" tanya Elgar disambut anggukkan oleh Aluna.

Tidak ada lagi pembicaraan setelah itu. Sampai laju mobil itu terhenti oleh kemacetan.

"Pizza mau?" Elgar mengambil box pizza di jok belakang lalu menyodorkannya ke hadapan Aluna.

"Kamu membelinya?" Aluna mengambil satu potong pizza.

"Aku mengemis di depan toko mereka," jawab Elgar asal.

"Elgar … bisakah kamu serius?" tegur Aluna.

"Kamu mau aku ajak serius?" tanya Elgar membuat Aluna tersedak.

Buru-buru Elgar memberikan minuman pada Aluna juga menepuk pelan punggung perempuan di sampingnya.

"Kenapa tiba-tiba tersedak?" tanya Elgar tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Aluna hanya merespon perkataan Elgar dengan gelengan kepala.

Suasana kembali hening. Elgar fokus mengemudi lantaran jalanan sudah longgar. Di tengah perjalanan ponsel Elgar berdering. Buru-buru Elgar memakai earphone di salah satu telinganya.

"Katakan!" suruh Elgar pada orang di sebrang panggilan.

Entah apa yang orang itu katakan pada Elgar, tetapi raut wajah laki-laki itu berubah.

"Baiklah!" Setelah itu Elgar mematikan sambungan teleponnya.

"Ada apa?" tanya Aluna saat melihat perubahan ekspresi wajah Elgar.

"Suamimu akan menemui Camelia di hotel," jawab Elgar tanpa melihat ke arah Aluna, ia fokus ke jalanan.

"Ayo ke sana!" ajak Aluna.

Elgar pun menoleh ke arah Aluna. "Kamu yakin?"

"Ya," jawab Aluna.

"Siap dengan apapun?" tanya Elgar memastikan.

Aluna mengangguk tanpa bicara apapun.

Setelah sepakat Elgar mengarahkan laju mobilnya ke alamat hotel yang ia dapatkan. Tidak terlalu jauh dari keberadaan mereka saat itu membuat mereka sampai dengan cepat.

Aluna keluar dari mobil setelah Elgar memarkirkan mobilnya. Kali ini Aluna lebih kuat dari sebelumnya. Keinginan untuk berpisah dengan Hariz pun sudah bulat.

"Ayo, Aluna," ajak Elgar.

"Ya." Aluna menganggukkan kepalanya.

Keduanya masuk ke hotel. Elgar meminta pada Aluna untuk menunggu di tempat tunggu sedangkan dirinya pergi ke resepsionis. Tidak lama Elgar kembali ke tempat Aluna sembari menunjukkan sebuah kunci kamar.

Keduanya sudah berada di lift. Tujuan mereka ke lantai tujuh. Mereka keluar dari berjalan ke kamar yang dipesan atas nama Hariz.

"Ini kamarnya," tunjuk Elgar.

Aluna menatap kamar dengan nomor 125.

"Kamu yakin, Elgar?" Aluna menatap Elgar.

Elgar pun memberikan kunci kamar kepada Aluna dengan nomor kamar yang sama. Kening Aluna mengernyit lantaran bingung. Dengan mudahnya Elgar mendapatkan kunci itu. Bukan cuma kunci. Mendapatkan nformasi Camelia yang bukan orang sembarangan pun dalam sekejab bisa Elgar dapatkan Sebenernya Aluna ingin menanyakan banyak hal, tetapi saat ibu bukan waktu yang tepat.

"Mau kembali atau masuk?" Pertanyaan Elgar membuat lamunan Aluna buyar.

Aluna mengalihkan pandangannya ke pintu lantas membuka memasukkan kunci berbentuk kartu ke tempatnya dan … pintu pun terbuka.

Sebelum masuk Aluna lebih dulu menarik napas dalam-dalam seakan memberi kekuatan untuk dirinya sendiri.

Tangan Aluna bergerak untuk membuka pintu. Aluna pun masuk diikuti oleh Elgar. Mata keduanya langsung diperlihakan adegan panas Hariz dan seorang wanita.

Aluna tersenyum sinis lantas bertepuk tangan yang berhasil membuat Hariz terkejut.

1
Nenti Malau
uda kuduka elgar anak bramantiyo
Sunaryati
Maaf tulisan amboradol
Maricha: 😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁
total 1 replies
Sunaryati
Benarkan Elgar bukan orang sembarangan, dia ingin menyelamatkan Aluna dari pengkhotbanan suaminya
Sunaryati
Nah gitu jangan ada perzinahan Aluna dan Elgar, sudah banyak bukti segera gugat ccersi, Elgar pasti bukan orang sembarangan, kau akan terlindungi Aluna
Maricha: thank you kakak udah mampir🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Sunaryati
Lho kok Aluna sama rendahnya dengan Camelia, kalau Camelia dan Hariz, malah sudah suami istri sedangkan Aluna dan Elgar tak ada ikatan apa- apa. Elgar kau yang masih waras hentikan keinginan, Aluna. Aluna jangan jadi wanita murahan, jika tidak kau lakukan Elgar, aku berhenti membaca ceritamu
Maricha: Terima kasih udah mampir, Kakak 🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Sunaryati
Baru mampir lanjuut baca maraton, dan suka . Masa Hariz menjijikkan menikahdiam- dami dengan tante- tante.
Pasti Elgar pemilik hotel itu, dan dia menyukai Aluna. Syukurlah Luna belum punya anak dengan Hariz. Saya yakin setelah terbongkar kebusukan Hariz, perusahaannya akan hancur.
Thoor jika perceraian Aluna dan Hariz, cepet, atas bantuan Elgar, tak kasih nilai 5 bintang
Maricha: terima kasih kakak 🥰🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Nenti Malau
smngat rhor nulisnya
Maricha: Terima kasih kakak sudah mampir 🥰🥰🥰🥰💪💪💪💪
total 1 replies
Lili Inggrid
lanjut
Maricha: siap kakak. Terima kasih sudah mampir
total 1 replies
maya puspitasa
ceritanya seru ka hayo semangat dilanjutin ka novelnya
Maricha: ty Kaka sudah mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!