"Kau masih gadis?"
"I-iya, Tuan."
"Bagus. Kita akan membuktikannya. Kalau kau berbohong, kau akan tahu apa akibatnya."
Bab 15
"Apa dia melukaimu?"
"Tidak, dia hanya membuatku sangat ketakutan."
Maria menangkup wajah sahabatnya.
"Pokoknya kau harus cepat-cepat pergi dari sini, Ariel. Setidaknya bersembunyi untuk sementara."
Meskipun tanpa mengatakan apa pun. Baik Maria atau Ariella, mereka tahu bahwa Carlton Rutherford bisa saja menangkap Ariella saat ini juga jika ia menginginkannya.
**
Carlton sedang duduk sambil menatap dokumen-dokumen perjanjian yang harus ia pelajari.
Ia duduk di belakang meja kerjanya, dan mendapati James mengetuk pintu. Meminta izin untuk masuk.
"Ada apa, James? Bukankah sudah kukatakan aku tidak ingin diganggu."
"Tuan, ini soal gadis bernama Ariella Rosewood."
"Apa kau berhasil menemukan lebih banyak informasi soal dia?"
James masuk, lalu pria itu berdiri di depan sang tuan sambil membuka catatan kecilnya.
"Ariella Rosewood, berumur 22 tahun. Anak tunggal, Tuan. Ibu dan ayahnya adalah pengedar narkoba kecil di beberapa sudut kota yang lebih kumuh. Mereka sebelumnya tinggal di California, lalu pindah ke sini beberapa tahun lalu.
Gadis ini pernah hilang, ayahnya pemain judi, dan ibunya seorang mucikari di sebuah rumah bordil rendahan. Pasangan Rosewood ini peminum berat. Mereka sering membuat kekacauan."
"Apakah mereka bekerja untuk Tora?"
"Untuk informasi ini, aku masih menyelidikinya, Tuan."
"Hmm apa kau berhasil menemukan ibunya ?"
"Belum, Tuan. Aku mendengar, pasangan Rosewood melarikan diri sekitar dua tahun lalu, setelah putrinya bercerai dengan suaminya, Ruben O'Conner."
"Gadis itu pernah menikah?"
"Pernikahan mereka karena perjodohan, lebih tepatnya. Pasangan Rosewood menjual anak mereka pada pria bernama Ruben."
"Orang tua yang mudah sekali dimanfaatkan. Temukan mereka berdua, James. Secepat mungkin
"Baik, Tuan."
**
Carlton menatap kosong ke arah James yang keluar dari ruangan, pikirannya berpusat pada sosok Ariella Rosewood.
Gadis itu telah menyusup ke dalam pikirannya dengan cara yang aneh kurang dari 100 jam pertama setelah mereka bertemu.
Carlton biasanya adalah pria yang tidak begitu suka mengejar wanita, sebab wanitalah yang biasa mengejar dirinya. Bagi Carlton, wanita banyak sekali dan ia bisa menemukan pengganti mereka kapan pun ia ingin, tetapi kali ini kasusnya berbeda.
Ariella mengusiknya terlebih saat ia memutar kembali kata-kata yang dilontarkan Ariella sebelum ia pergi.
"Cinta," gumam Carlton sambil mengetuk meja kerjanya dengan ujung jarinya.
Kata itu seolah meninggalkan bekas yang menyakitkan, menggelitik, asing.
Carlton tidak percaya pada cinta.
Baginya, cinta adalah kelemahan yang hanya digunakan untuk memanipulasi orang.
Sama seperti ibunya memanipulasi ayahnya.
Membuat ayahnya menjadi tidak waras, dan Carlton benci ayahnya karena begitu lemah hanya karena wanita.
Cinta hanya omong kosong.
Cinta dan cinta.
Kenapa ia melepaskan Ariella hanya karena gadis itu mengatakannya?
"Kau harus segera menyingkirkan gadis itu dari kepalamu, Carlton."
Sementara itu di sisi lain, Ariella sedang duduk di tepi tempat tidur pada sebuah penginapan murah di sudut terkumuh kota. Letaknya dekat dengan rumah bordil, meskipun di sana padat dan terlihat lebih berantakan, setidaknya di sana aman untuk sementara.
Meskipun begitu, pikiran Ariella tidak tenang.
Setiap kali ia mencoba untuk menutup mata, bayangan Carlton muncul di benaknya-tatapan mata hijaunya yang dingin, ancaman yang terasa menyesakkan dada.
Maria datang membawa secangkir teh panas. Ariel, kau perlu istirahat. Kau sudah cukup lama terjaga."
Ariella menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak bisa, Maria. Aku terus memikirkan pria itu. Apa yang sebenarnya dia pikirkan? Kenapa dia menuduhku bekerja sama dengan Tora? Aku bahkan tidak tahu siapa Tora itu."
Maria menarik napas dalam-dalam sebelum duduk di sebelah Ariella.
"Tora musuh utama Carlton."
"Kenapa kau terlihat memahami banyak hal?"
"Aku bekerja di club, Sayang. Aku sering mendengar banyak hal, entah dari para pelanggan atau gadis-gadis yang berkerja sepertiku. Mereka selalu ketakutan setiap kali membahas soal Tora atau Carlton, dan permusuhan kedua pemimpin itu sudah bukan rahasia lagi."
"Kenapa mereka begitu bermusuhan?"
Maria merendahkan suaranya.
"Karena mereka saudara tiri."