NovelToon NovelToon
Star Of Death Heavenly Destroyer

Star Of Death Heavenly Destroyer

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Light Novel
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Dewa Leluhur

Update Sebulan Sekali (Opsional)
Local Galactic Group, dimensi yang menjadi ajang panggung pertarungan para dewa dalam siklus pengulangan abadi. Noah, Raja Iblis pertama harus menghadapi rivalitas abadinya, Arata, Dewa Kegilaan akan tetapi ia perlahan menemukan dirinya terjebak dalam kepingan-kepingan ingatan yang hilang bagaikan serpihan kaca. The LN dewa pembangkang yang telah terusir dari hierarki dewa. Mendapatkan kekuatan [Exchange the Dead] setelah mengalahkan dewa Absurd, memperoleh kitab ilahi Geyna sebagai sumber kekuatan utama.'Exchange the Dead' kemampuan untuk menukar eksistensi dan mencabut jiwa sesuka hati, mampu menukar kematian ribuan kali, menjadikannya praktis tak terkalahkan menguasai kitab ilahi Dathlem sebagai sumber kekuatan tambahan menciptakan makhluk-makhluk rendah dengan satu bakat sihir sebagai perpanjangan kekuasaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Leluhur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kehancuran Sublime: Pertarungan Antara Dewa dan Bencana

Senyum Abravrehevic berubah, dari dingin menjadi brutal. Mata hitamnya yang tajam berkilat dengan intensitas yang mengerikan. Dalam sekejap, atmosfer di sekitar mereka berubah drastis - udara terasa membeku, energi bencana mulai mengalir seperti darah hitam yang merembes dari luka.

"Kau pikir kita sudah selesai?" bisiknya.

Tiba-tiba, tubuh Abravrehevic mulai berubah. Kulit putihnya retak, menampakkan lapisan di bawahnya yang berkilau seperti logam hitam bercampur darah. Setiap retakan mengeluarkan energi destruktif yang membelah realitas.

"Kura-kura itu memang tidak berarti," desisnya, "tapi kau... kau adalah sesuatu yang jauh lebih menarik."

"Aku akan mencabik-cabikmu," ujarnya dingin, "dan membuat setiap molekul tubuhmu menderita selama ribuan tahun."

Energi bencana mulai membentuk ribuan pisau tipis di sekitar tubuh Abravrehevic. Setiap pisau berputar dengan frekuensi yang mampu membelah dimensi, bergerak seperti makhluk hidup yang haus akan destruksi.

"[Labenodr]," bisiknya.

Pisau-pisau itu melesat ke arah Arata dengan kecepatan yang mustahil dihindar. Masing-masing pisau mampu membelah realitas, menciptakan retakan dimensional di mana pun mereka menyentuh.

Abravrehevic tersenyum. Bukan sekadar senyum, melainkan ekspresi kebuasan murni yang tak mengenal belas kasihan.

"Aku akan mengupas kulitmu lapis demi lapis," desisnya, "dan membiarkanmu hidup di setiap tingkat penderitaan."

Inilah wujud asli Abravrehevic Eganzov - Dewa Bencana yang tak mengenal ampun, yang melihat penderitaan sebagai karya seni paling sublime.

Arata mengangkat Agroneme, pedang legendaris pembunuh ratusan dewa perang. Cahaya keabuan yang mengalir di sepanjang bilah pedang berubah menjadi merah darah dimensional, menandakan energi pembunuhan yang tak terukur.

"[Ersuisa]," bisiknya.

Pedang Agroneme bergetar, menciptakan gelombang frekuensi yang mampu menembus pertahanan dimensi. Setiap getaran adalah memori pembunuhan ribuan makhluk ilahi yang pernah ditaklukkannya.

Abravrehevic mengangkat Avangymon, sabit ilahi yang tersusun dari energi bencana murni. Sabit itu tampak seperti dibuat dari bayangan hitam yang bergerak sendiri, dengan mata tajam yang mampu memotong realitas.

"[Catastrophe Reaping]," balas Abravrehevic.

Avangymon mengeluarkan hembusan energi kematian. Setiap ayunan sabit mampu mencabut eksistensi makhluk hidup, bukan sekadar membunuh, melainkan menghapus jejak keberadaannya dari seluruh dimensi.

Kedua senjata bertemu dengan dentuman yang mampu menggeser dimensi. Agroneme dan Avangymon beradu, menciptakan gelombang energi yang merobek ruang waktu.

Arata bergerak dengan kecepatan di luar nalar. Setiap gerakannya adalah kombinasi sempurna antara teknik pedang tertinggi dan intuisi pembunuh dewa. Dia tidak sekadar menyerang, melainkan membaca setiap celah dimensional yang diciptakan Abravrehevic.

"Kau hanya seonggok bencana yang belum kumurnikan," desis Arata.

Dewa Eganzov tertawa. Suaranya terdengar seperti dentangan logam yang rusak, memenuhi ruang dengan getaran destruktif.

"Pembunuh dewa," balasnya dingin, "kali ini kau akan aku akhiri."

Arata memutar Agroneme, menciptakan lingkaran darah yang memotong setiap pisau dimensional milik Abravrehevic. Gerakan pedangnya bukan sekadar pertahanan, melainkan sebuah perhitungan matematis yang sempurna.

Setiap ayunan Agroneme tidak hanya menghancurkan serangan, tetapi juga membaca pola energi Abravrehevic. Sargceva di mata kanannya bergetar, menangkap setiap detail mikroskopis pergerakan sang Dewa Bencana.

"Kau tahu kenapa aku membunuh ratusan dewa?" Arata berbicara di sela pertarungan. "Bukan karena dendam, melainkan keinginan untuk lebih hebat."

Abravrehevic terkejut. Untuk pertama kalinya, gerakan serangannya terhenti sejenak.

Eganzov menyeringai, "Itu karena kau tidak ingin menanggung malu dan harga dirimu itu, Dewa Pertama tapi nyatanya kau terlalu lemah."

"Memang, dapat dengan mudah membunuh dewa lain yang berada dibawah mu, tapi kamu terlalu tertinggal Arata jika kekuatan disandingkan dengan Noah," ejek Eganzov, matanya berkilat meremehkan. "Kau ini - sang Dewa Pertama tapi kau terlalu mudah dikalahkan."

Arata mengeratkan genggaman pada Agroneme. Udara di sekitarnya bergetar.

"Bagaimana kalau kita bermain sebuah permainan?" Eganzov mengayunkan Avangymon dengan gerakan casual. "Siapa yang pertama tergores energi divine, dialah yang kalah. Sederhana, bukan?"

"Dan jika aku menang?" Arata memasang kuda-kuda.

"Kau bisa membunuhku, atau kau bisa mengajakku masuk sebagai sekutu kamu." Eganzov tersenyum tipis. "Tapi jika aku yang menang... aku akan membuatmu kehilangan segala hal yang menjadikan engkau Dewa Arata."

Tanpa aba-aba, Eganzov melesat. Avangymon berputar dalam spiral kematian, menciptakan gelombang energi divine yang membelah dimensi. Arata menghindar dengan presisi tinggi, setiap gerakan dihitung oleh Sargceva di mata kanannya.

"Kau terlalu naif," Eganzov terus menyerang.

Avangymon dan Agroneme beradu, menciptakan percikan energi divine yang membakar udara.

"Lemah! Terlalu lembut untuk menjadi Dewa Pertama!" tawa Eganzov menggema.

Pertarungan mereka semakin intens. Setiap gerakan adalah pertaruhan - satu kesalahan kecil berarti kekalahan. Energi divine mereka beradu, menciptakan retakan-retakan dimensional yang semakin luas.

"[Deuzou Harnor]!" Teriaknya.

Arata menangkis serangan berikutnya, tapi ada yang berbeda. Gerakan Eganzov semakin cepat, semakin tidak terprediksi. Sargceva di mata kanannya mulai kesulitan mengikuti - seolah Eganzov bergerak di berbagai dimensi sekaligus.

"Kenapa, serangan mu tidak ada ancaman bagiku," Eganzov tertawa.

Eganzov mengayunkan Avangymon dalam gerakan spiral x sempurna. Udara bergetar, kemudian pecah menjadi serpihan-serpihan dimensi yang tajam.

Barrier pelindung Arata berpendar kilatan, mencoba menahan serangan. Tapi setiap serpihan dimensi yang menghantam menciptakan retakan mikroskopis pada pertahanannya.

"Lihat baik-baik," Eganzov menyeringai. "Inilah perbedaan level kita, kau jangan banyak bertahan Arata!"

"Dari tadi kau banyak bicara, aku disebut lemah? Kau akan kalah olehku Eganzov. Kehormatan Dewa tidak datang dari kekuatan atau benda yang membantu membuatnya mencolok, jati diri dewa datang dari dia sendiri. Arata."

Eganzov terdiam sejenak. Kata-kata Arata menggema dalam dimensi yang terdistorsi di sekitar mereka. Untuk sesaat, bahkan udara seolah menahan napas.

"Jati diri, katamu?" Eganzov mendesis. Avangymon bergetar di tangannya, merespon amarah yang mengalir dalam darah buasnya.

"Akan kutunjukkan padamu makna sejati dari eksistensi seorang dewa! Aku baru saja menyelesaikan penciptaan sihir baru,"

"[Agil Leveth Grines]!" serangan sihir Arata.

Arata mengacungkan Agroname - pedang kuno yang telah merenggut 100 jiwa dewa perang — kali ini akan menciptakan sesuatu yang baru. Bilah pedangnya berwarna merah darah dengan garis-garis hitam yang bergerak seperti urat nadi. Setiap ayunan Agroname mampu menciptakan gelombang pembunuh yang merembes segala pertahanan dimensi.

Eganzov terjebak dalam pusaran lautan darah energi mematikan milik Arata, nyawanya bergantung pada sehelai benang tipis.

Eganzov merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya - ketakutan yang mencengkeram. Lautan darah energi mematikan Arata berputar tanpa henti, menciptakan pusaran yang semakin dalam dan gelap. Setiap usahanya untuk membelah dimensi dan meloloskan diri hanya membuat pusaran itu semakin kuat, seolah energi destructifnya sendiri malah memperkuat kurungan yang menjeratnya.

"Tidak... tidak mungkin!" geramnya, suaranya bergetar untuk pertama kali. Avangymon bergetar liar di tangannya, resonansi ketakutan sang pemilik membuat senjata divine itu kehilangan fokus.

Pusaran darah dimensional semakin menyempit, menciptakan tekanan yang bahkan membuat Dewa Bencana sepertinya kesulitan bernapas. Setiap tetesan darah energi yang menyentuh kulitnya terasa seperti ribuan jarum yang menusuk hingga ke inti eksistensinya.

"Bagaimana... bagaimana bisa?!" Eganzov mengerahkan seluruh kekuatan divinenya, mencoba membuat perisai energi bencana. Namun sia-sia - lautan darah Arata seolah hidup, dengan rakus melahap setiap energi yang ia keluarkan.

Keringat dingin mulai membasahi wajahnya yang biasanya selalu menampilkan kesombongan. Matanya yang selama ini memancarkan kebengisan kini dipenuhi kepanikan. Ia mencoba teleportasi dimensional, teknik andalannya untuk meloloskan diri - tapi pusaran darah Arata telah mengunci seluruh celah dimensi.

"Kau lihat sekarang?" suara Arata menggema dari segala arah. "Inilah perbedaan antara kekuatan sejati dan kesombongan kosong."

Eganzov menggertakkan gigi, frustasi dan panik bercampur menjadi satu. Ia, sang Dewa Bencana yang ditakuti di seluruh dimensi, kini terjebak seperti tikus dalam perangkap. Setiap detik yang berlalu, pusaran darah semakin menyempit, perlahan tapi pasti menghancurkan setiap lapisan pertahanannya.

"Hentikan! HENTIKAN!" teriaknya, suaranya pecah oleh ketakutan yang belum pernah ia tunjukkan. Avangymon mulai retak di beberapa bagian, tidak mampu menahan tekanan energi yang mencekik.

Eganzov merasakan setiap sel tubuhnya menjerit kesakitan. Lautan darah Arata bukan sekadar energi pembunuh - ini adalah manifestasi dari ratusan dewa yang telah ia kalahkan, dendam dan kekuatan yang telah ia sempurnakan menjadi senjata absolut.

"Arata! Aku... aku bisa memberikan apapun yang kau mau!" teriaknya putus asa, topeng kesombongannya hancur sepenuhnya. "Kekuatan! Wilayah! Apa saja!"

Namun pusaran darah tetap berputar tanpa ampun, mengikis eksistensinya sedikit demi sedikit. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya sebagai Dewa Bencana, Abravrehevic Eganzov merasakan apa yang selama ini ia berikan pada korban-korbannya - ketakutan absolut akan kehancuran total. Abravrehevic Eganzov benar-benar telah mati.

1
IamEsthe
Maaf. aku enggak paham alur ceritanya sama sekali, atau emang genre nya di luar biasa aku kuasai/mengerti.
IamEsthe
bla bla bla terpana akan kecantikan rupaku (wujudku) sendiri.
Legenda: jatuh cinta saat memandang rupa malaikat
total 1 replies
IamEsthe
ribet kalimatnya, susah dimengerti.


apa maksudnya begini,

Mengapa Dia hanya memikirkan hiburan untuk dirinya hingga membuat kita mati mempertahankan sebuah 'nyawa'.
Legenda: iya mungkin. Membangkang banget sama Tuhan/author dia punya kemauan sendiri ga dikendalikan sama The Creator
IamEsthe: Dewa Azura, kisah dewa Azura.
total 5 replies
IamEsthe
Untuk siapa aku diciptakan, Tuhan? Di ambang kekalahan kenapa aku masih mempersalahkan persoalan konyol ini.


mungkin bagus jika kalimatnya begitu. coba dipertimbangkan.
IamEsthe
alangkah baiknya mendeskripsikan kondisi tubuh pake makna kias. mungkin bagus
IamEsthe: dicoba dikit2 gitu, kias2an.
Legenda: aku kurang soal kias makna.
total 2 replies
IamEsthe
dibuang, bukan di buang
IamEsthe
jangan angka 1 ribu, tp satu ribu. ini ada aturannya, aku lupa yg mana penjelasannya
IamEsthe
narasi ini kayaknya jangan dalam satu kalimat panjang begini. kembangkan lagi beberapa kalimat biar penjelasannya tidak rumit dan berbelit
IamEsthe
typo dialog
Protocetus
okiro
Legenda: hah! lawak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!