Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 34
Sepanjang perjalanan, zhafira tidak berhenti mengukir senyum. dia bahagia akhirnya ibunya bisa keluar dari rumah heru.
Dia berharap untuk saat ini, eric bisa menerima kehadiran dewi.
Zhafira yang duduk di samping eric, meliriknya sekilas. Entah dengan apa, dia harus berterima kasih kepada eric yang sudah membantunya.
Eric yang merasa di perhatikan pun, melirik ke arah zhafira.
Merasa ketahuan, zhafira pun langsung memalingkan wajahnya merasa malu.
Eric tersenyum tipis, saat melihat zhafira yang salah tingkah.
Sementara di kursi belakang, dewi menggelengkan kepala dan tersenyum, saat melihat sikap anak dan menantunya yang terlihat malu-malu.
Hari sudah mulai gelap, mobil Eric baru saja sampai di halaman rumahnya.
zhafira mengernyitkan dahi, saat mengetahui jika mereka tidak pulang ke apartemen Eric.
"Eric, kenapa kita pulang ke sini?" tanya zhafira heran.
"Untuk sekarang, kita di sini dulu. Karena di apartemen, hanya ada satu kamar." Eric menjawab dengan singkat, dan segera turun dari mobil.
Zhafira pun mengerti, dia pun turun dari mobil menyusul Eric.
Zhafira menghampiri dewi, yang terdiam menatap kagum bangunan mewah dan megah yang berada di depan matanya.
Dewi tidak menyangka, jika Eric adalah seseorang dari kalangan berada.
"Ayo kita masuk!" seru Eric, menatap zhafira dan dewi.
Zhafira pun mengangguk, segera dia menggandeng tangan ibunya dan berjalan menuju ke dalam rumah Eric.
Dewi di kejutkan dengan banyaknya orang yang berpakaian serba hitam, yang berada disana. mereka tampak menghormati Eric, yang baru saja melewati mereka.
"Fira, kenapa di sini banyak sekali orang?"tanya dewi heran.
Zhafira tersenyum. " Aku juga tidak tahu, bu. Tapi mereka baik, kok. Bahkan mereka sangat menghormati Eric dan kakek, bu." jawabnya, memberitahu.
Dewi tidak lagi bertanya, dirinya tidak berhenti menatap kagum keadaan di dalam rumah Eric.
Sesampainya di dalam rumah, mereka pun duduk terlebih dahulu di ruang tamu.
Eric menyandarkan tubuhnya di sofa, dan terlihat kelelahan di wajahnya.
"Akan aku buatkan minum dulu." Zhafira bangkit dari duduknya.
"Jangan! Suruh saja pelayan, untuk membuat minumannya." Dengan cepat, Eric mencegah zhafira.
Dewi tersenyum senang, saat melihat sikap Eric yang perhatian kepada zhafira.
"Eric! Zhafira!" Louis yang mendapatkan kabar, kedatangan cucu dan menantunya segera menghampiri.
Zhafira tersenyum. "Kakek...!" sahutnya memeluk Louis.
"Kenapa kalian tidak memberitahu kakek, jika mau ke sini."
"Maaf kek. Sebenarnya Eric yang membawa kami ke sini." Zhafira menatap Eric, yang terlihat acuh.
Louis pun tersenyum, kini perhatiannya beralih pada dewi yang hanya diam dan menundukkan kepala.
Dewi merasa dirinya tidak pantas, jika harus berkumpul dengan orang-orang terhormat seperti Louis.
"Siapa dia?" tanya Louis, menatap zhafira.
Zhafira tersenyum. "Dia ibu ku, kek." jawabnya singkat.
"Ibu mu." Louis terkejut, merasa bahagia karena bisa bertemu dengan besannya.
Dia pun segera menghampiri dewi, yang tersenyum kepadanya.
"Selamat malam nyonya. Selamat datang di keluarga Shailendra." Louis mengulurkan tangan dan tersenyum.
Dewi pun berdiri dan menerima uluran tangan Louis. "Selamat malam juga tuan. Maaf jika kedatangan saya mengganggu anda." sahutnya sungkan.
"Jangan panggil saya tuan. Panggil kakek saja."
Dewi pun tersenyum mendengar penuturan Louis, yang membuat hatinya sedikit lebih tenang.
Louis menatap dewi lekat. "Siapa nama anda nyonya?" tanyanya penasaran.
"Jangan panggil saya nyonya tuan. Nama saya dewi,tuan. Jadi anda bisa panggil saya, dewi saja." Dewi pun menatap lekat wajah Louis, seakan pernah melihatnya.
Louis terdiam, merasa tidak asing dengan wajah dewi. namun saat hendak bertanya, pelayan pun datang membawakan minuman.sejenak perbincangan mereka pun terhenti.
" Kalau boleh tahu, apa nama mu dewi rasti?" Tiba-tiba saja Louis, bertanya pada dewi yang hendak minum.
"Uhuk... Uhuk...!" Dewi yang tersentak pun tersedak, dia pun menatap Louis dengan penuh rasa penasaran. "Dari mana kakek tahu?" tanyanya heran.
Louis tersenyum tipis, akhirnya dia bisa bertemu dengan orang yang selama ini dia cari.
"Apa kamu lupa pada ku, rasti."
Mata dewi membulat sempurna, saat mendengar Louis menyebutkan nama belakangnya. "Tuan Louis." sahutnya, terkejut.
"Ha.. ha.. ha. Sudah aku duga jika kamu rasti. Tapi kenapa sekarang kamu merubah nama panggilan mu?"
Dewi tersenyum getir. "Saya merasa, jika nama itu hanya untuk panggilan masa lalu, kek. Jika ada orang yang memanggil saya rasti, membuat saya teringat pada almarhum suami saya."ucapnya dengan nada bergetar.
"Apa dia sudah meninggal?" Louis merasa tidak percaya, saat mengetahui fakta jika suami dewi telah meninggal.
"Iya, kek. Setelah kejadian waktu itu. Suami saya sakit parah sampai meninggalkan kami berdua."
Louis menghela nafas, sungguh di sayangkan dia tidak bisa bertemu dengan orang, yang sudah menyelamatkannya pada waktu itu.
Zhafira dan Eric sama-sama terkejut, apalagi melihat dewi dan Louis terlihat akrab.
"Apa ibu mengenal kakek?" celetuk zhafira, penasaran.
Dewi mengangguk dan tersenyum. "Iya ibu mengenalnya, fira." jawabnya santai. "Apa kamu tidak mengingatnya fira, kakek selalu menggendong mu saat beliau rindu pada cucu kesayangannya." Melihat ke arah Eric, yang terdiam menyimak.
Zhafira pun mencoba mengingatnya, namun sayang dia sama sekali tidak ingat apapun soal masa kecilnya.
"Aku tidak ingat, bu. Tapi kenapa ibu bisa kenal dengan kakek?"
Dewi tersenyum, dia pun melihat ke arah Louis meminta izin untuk menceritakan tentang masa lalu.
Louis pun mengangguk, memberikan izin. sebab dia berpikir jika cucu dan menantunya ini harus tahu, agar tidak terjadi salah paham.
Dewi pun mulai menceritakan, tentang bagaimana mereka bisa saling mengenal. zhafira dan Eric pun mendengarkan dengan seksama.
Dapat Louis lihat jika Eric, sangat tertarik dengan kisah masa lalu yang di ceritakan dewi.
Bahkan Eric tidak percaya, jika dia dan zhafira sudah dekat dari bayi.
Eric merasa tersentuh, saat mendengar kisah masa kecilnya, meskipun harus menelan pil pahit saat mengingat kejadian di mana kedua orang tua meninggal secara mengenaskan.
Zhafira pun segera menghampiri Eric, untuk memberikan ketenangan.
Dewi dan Louis pun tersenyum, karena pada akhirnya mereka di pertemukan kembali dengan keadaan terikat oleh pernikahan.
"Tinggalah di sini, dewi. Aku akan senang, jika kamu tinggal bersama kami." Louis menatap, dewi penuh harap.
"Apa kakek mengizinkan ibu untuk tinggal di sini, kek?" Zhafira yang senang pun, menyela ucapan Louis.
Louis tersenyum. "Iya fira. Kakek akan jauh lebih senang, jika ibu mu tinggal bersama kita di sini."
Zhafira yang senang pun, menghampiri Louis dan memeluknya. "Terima kasih, kek." ucapnya bahagia.
Louis tersenyum, saat zhafira memeluknya. sikap zhafira, tidak pernah berubah saat masih kecil maupun sekarang.
Dewi yang melihat hal itu pun, hanya menggelengkan kepala. dia merasa jika zhafira kecilnya tidak pernah berubah.
"Ehem...!" Eric yang merasa di acuhkan, berdehem keras. dia merasa cemburu, saat zhafira memeluk Louis penuh kasih sayang.
Zhafira pun meringis malu, saat Eric menatapnya tajam. "Maaf, aku terlalu senang." ucapnya sambil melepaskan pelukannya.
Dewi dan Louis tertawa, melihat sikap mereka berdua yang terlihat lucu.
Kini keadaan di ruangan itu menjadi hangat. setelah mendengar cerita masa lalu, perlahan-lahan sikap Eric pun sedikit berubah.
Zhafira menatap Eric dan tersenyum, hatinya berharap jika kedepannya hubungan mereka akan semakin baik.