Widuri memilih kabur dari rumah, pergi jauh dari keluarga kakeknya yang tiba tiba menjodohkannya dengan sesosok pria yang bahkan tidak dia kenal.
Akibat perbuatannya itu sang kakek murka, tidak hanya menarik uang sakunya yang fantastis, sang kakek juga memblokir kartu kredit, mobil bahkan kartu kartu sakti penunjang hidup dan modal foya foya yang selama ini Widuri nikmati.
Akankah Widuri menyerah ataukah bersikeras pada pendiriannya yang justru membuatnya semakin terjerumus masalah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaa_Zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 01
"Widuriiiiiii...!"
Suara menggelegar terdengar dari salah satu kamar dilantai dua di kediaman Handoko Bramajaya. Suara nyaring ditengah pesta yang seharusnya meriah itu begitu kuat, amarah yang memuncak dirasakan oleh Handoko saat mendapati kamar sang cucu kosong.
Betapa tidak, sang cucu yang digadang gadang akan menjadi penerusnya kelak kini justru menorehkan luka. Handoko tak pernah menduga rencana yang ia susun rapi kini mulai berantakan. Widuri hilang, mungkin lebih tepat jika dikatakan melarikan diri tepat dihari pernikahannya sendiri.
Perjodohan yang sudah direncanakan jauh jauh hari dengan segala persiapan yang matang, terorganisir dan tentu saja menguntungkan semua pihak.
Handoko memerintahkan semua pelayan mencarinya dalam senyap, jangan sampai bahkan tamu undangan yang mulai berdatangan memenuhi ruang mewah dilantai satu itu tahu apa yang terjadi terlebih keluarga Limidjaya. Calon besannya.
Tidak kaleng-kaleng memang, tamu yang datang adalah kolega dan rekan bisnis Handoko dan juga calon besannya. Dan tentu saja jika mereka belum tahu Widuri telah kabur.
Seorang wanita melangkah masuk dengan sedikit panik. Namun, seutas senyum tersembunyi dibalik bibir merahnya. Bersamaan dengan bunga-bunga yang mekar dalam dadanya. Laksmi.
Dia begitu gembira mengetahui Widuri kabur. Cucu yang menjadi kesayangan sang ayah dan juga keponakan satu-satunya yang selama ini menjadi duri baginya.
Wanita berambut ikal itu mengelus punggung sang ayah, dibelakangnya menyusul seorang pria muda yang tampak serius mengedarkan pandangannya keseluruh kamar.
"Benarkan Widuri kabur Kakek?"
"Daniel, kau tahu Widuri kabur?" Sorot mata tajam Handoko mengalih ke arah belakang dimana Daniel, putra Laksmi berdiri canggung.
Laksmi buru-buru mengode, mengibaskan tangan dibelakang tubuhnya dengan menatap Daniel. Meskipun putranya tahu sesuatu, dia berharap Daniel tutup mulut saja.
"Mana mungkin Daniel tahu, Ayah. Widuri saja tidak pernah mau menyapa ataupun bicara pada anakku ini. Apalagi sejak Ayah menyuruh Daniel bergabung diperusahaan sebagai anak magang. Daniel sangat sibuk," kata Laksmi buru-buru, membuat Handoko kembali meremas gulungan kertas ditangannya.
Melihat Ayahnya terpaku, Laksmi kembali tersenyum puas seraya terus menepuk punggung guna menenangkan. "Itulah akibatnya karena Ayah terlalu memanjakannya, sudah kubilang anak itu menuruni sifat ibunya yang miskin. Sekarang Ayah tahu rasanya kecewa untuk kedua kalinya bukan?" ucapnya datar tanpa berhenti mengusap. "Kalau dulu Ayah kecewa karena putra kebanggaan Ayah lebih memilih menikahi wanita miskin. dan sekarang kembali terulang. Anak bermental miskin itu mengikuti jejak ayahnya, dia pasti kabur bersama pria lain. Pria miskin!" Laksmi terus mengompori. "Sudah pasti itu!" Katanya lagi terangguk-angguk yakin.
Ucapan Laksmi mengingatkan Handoko pada kejadian puluhan tahun silam. Membuat pria dengan rambut dipenuhi uban itu meradang, seluruh giginya bergemeretak kuat. Entah apa yang ada di fikirannya kini. Hingga tubuh yang masih terlihat tegap kini melemah, pijakannya sedikit goyah, nyaris saja limbung kedepan jika Daniel tidak buru-buru menyanggahnya.
Laksmi terperanjat dengan cepat, merekatkan pegangannya pada kedua bahunya. Takut juga terjadi sesuatu yang buruk pada Ayahnya.
"Jangan kau bicara lagi Laksmi! Kepalaku pusing!" kata Handoko memegang kepalanya yang terasa berdenyut hebat.
"Kakek pasti kecewa. Tapi tenang saja. Aku akan cari Widuri dan kubawa pulang, Kek." Ujar Daniel membawa sang Kakek duduk di tepian ranjang.
Sementara dilantai bawah, kedua keluarga besar sudah berkumpul karena menunggu acara akad yang sebentar lagi harus sudah dimulai, bahkan penghulu pun telah tiba sejak lima belas menit yang lalu. Musik tetap mengalun indah, mengiringi seorang vokalis wanita yang tengah menyanyi. Mengalun indah pun guna mensiasati mempelai wanita yang tidak juga turun.
"Non Widuri tidak ada dikamarnya!"
"Widuri kabur!?"
"Apa benar Widuri kabur?"
Desis demi desis mulut diantara mereka semakin jelas terdengar, membuat suasana jadi aneh, ditambah kegaduhan pemilik rumah hingga pecahan kaca terdengar dari atas kini. Semua tampak mencekam.
Saling lirik, pandangan antara satu dan lainnya kini terasa berbeda membuat suasana pesta yang digadang-gadang menjadi pesta fenomenal yang melibatkan dua keluarga terpandang seantero kota semakin mencekam.
Hanya kamar pengantin yang menjadi saksi kaburnya mempelai wanita tepat dihari yang seharusnya hari bahagianya seumur hidup. Secarik kertas sebagai bukti hilangnya seorang insan manusia yang menolak takdir hidup yang ditentukan keluarga. Yang hanya berupa ucapan selamat tinggal dan tentu saja dianggap sebuah penolakan yang Handoko temukan diatas gaun pengantin berwarna putih bermanik dibagian leher pilihannya.
Semua orang dia perintahkan mencarinya di beberapa ruangan, juga disekitar rumahnya namun nihil. Widuri kadung pergi. Sang cucu yang notabene adalah cucu kesayangannya kini telah pergi dan menorehkan kekecewaan teramat dalam. Widuri telah pergi.
Kabar merebak dengan cepat hingga ke telinga keluarga mempelai pria yang sejak tadi menunggu, beberapa orang mulai berdiri disusul oleh orang berpakaian jas hitam yang segera naik ke atas dengan tidak sabar guna mempertanyakan selentingan itu. Begitu juga dengan Hendra Limidjaya.
Kamar yang telah dihias menjadi kamar pengantin itu kini terasa sesak ketika Hendra dan keluarganya masuk. Dan semakin sesak dengan hawa panas dengan beberapa orang menyusul dibelakangnya. Terlihat amarah dari wajah mereka yang tidak bisa dielakkan lagi.
"Apa yang terjadi Handoko? Mereka ribut soal cucumu!" Hendra tak kuasa menahan sabarnya. Kedua bola matanya lincah menyusuri area kamar.
"Kurang ajar kau Handoko! Kau sengaja mencoreng nama baik keluargaku kalau begini caranya!" katanya lagi membaca situasi.
Keluarga Hendra tersulut emosi, betapa tidak, harga dirinya tercabik cabik. Bahkan sang ibu mempelai pingsan. "Astaga...!?!"
Handoko hanya bisa terdiam, lidahnya kelu terhadap cercaan keluarga Limidjaya, Ia bisa menjelaskan apa-apa pada keluarga yang tengah dipuncak marah.
"Lalu bagaimana ini Handoko! Aku tidak bisa mentolerir kejadian ini! Semua perjanjian kita batal, kau dengar!?" ucap Hendra keras, sambil memegangi istrinya dengan susah payah.
"Tunggu Hendra, Widuri pasti kembali. Dia hanya pergi barang sebentar. Tidak akan lama. Orangku sedang mencarinya. Aku bisa memperbaikinya. Cucuku mungkin belum jauh dari sini!" Terang Handoko seraya mencekal tangan Hendra Limidjaya, mencoba menenangkan kemarahan calon besan sekaligus partner bisnisnya selama ini. Hanya itu yang dia bisa.
Hendra menepisnya kasar seraya berdecih. Dia tidak yakin Handoko mampu memperbaikinya. Lagi pula harga dirinya sudah terlukai, dia tidak mungkin hanya diam saja menerima. Jikalau Widuri kembali pun, Hendra jelas tidak akan menerima penghinaan ini begitu saja.
"Aku pastikan kau hancur Handoko! Kau tunggu saja!" ucapnya seraya pergi.
Melihat situasi semakin rumit, Daniel keluar dari kamar. Dia berniat mencari keberadaan kakak sepupunya itu agar kembali pulang dan memperbaiki situasi. Beberapa ruang telah ia geledah bersama beberapa pelayan namun kembali nihil. Disekitar rumahpun tidak ada.
"Apa mungkin Widuri pergi sejak semalam?" tanyanya pada salah satu.
Tidak ada yang menjawabnya, semua tertunduk lesu tanpa tahu apa-apa.
"Aku harus periksa CCTV!" Cicitnya setelah lelah menunggu jawaban tak pasti.
Daniel memasuki ruang kerja milik sang kakek, dimana ada sebuah pintu yang terhubung ke arah ruang CCTV.
Langkahnya begitu cepat, ia ingin segera membereskan masalah ini dan otomatis mendapat perhatian kakek atas kerja kerasnya.
Namun alangkah terkejutnya ia saat membuka pintu berwarna coklat itu. Wajahnya berubah merah dengan sorot mata tajam saat memasuki ruangan. Lalu berdecak disertai gelengan kepala.
"Sial! Rupanya kau disini saat semua kelimpungan mencarimu Widuri!?"
Widuri yang tak kalah kaget terperangah, sampai sampai buah apel yang tengah ia nikmati itu jatuh.
"Uppppsss... ketahuan!"
"Ayo Widuri, jangan membuat masalah dengan kakek! Kau tahu sendiri bagaimana dia kan! Kau hanya perlu minta maaf dan perbaiki kesalahanmu. Ini demi kebaikanmu! Reno pria baik, dia tampan dan kharismatik. Prestasinya juga banyak dan tentu saja dia calon pemimpin perusahaan, " bujuk Daniel, seperti biasa ia tidak bisa lama lama marah pada Widuri.
Widuri memungut kembali apel yang terjatuh, menggosoknya pelan pada celana jeans yang ia kenakan lalu menggigitnya tenang.
"Kenapa bukan kau saja yang menikah dengannya Daniel!!" Ucapnya tanpa melihat lawan bicaranya, "Kau fikir aku tidak tahu apa apa!?"
"Apa maksudmu Widuri!"
cus lah update k. yg banyak