NovelToon NovelToon
FAMILY PORTRAIT Anggun Si Gadis Hebat

FAMILY PORTRAIT Anggun Si Gadis Hebat

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Mengubah Takdir / Keluarga / Persahabatan / Angst / Si Mujur
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Bukan salah Anggun jika terlahir sebagai putri kedua di sebuah keluarga sederhana. Berbagai lika-liku kehidupan, harus gadis SMA itu hadapi dengan mandiri, tatkala tanpa sengaja ia harus berada di situasi dimana kakaknya adalah harta terbesar bagi keluarga, dan adik kembar yang harus disayanginya juga.

"Hari ini kamu minum susunya sedikit aja, ya. Kasihan Kakakmu lagi ujian, sedang Adikmu harus banyak minum susu," kata sang Ibu sambil menyodorkan gelas paling kecil pada Anggun.

"Iya, Ibu, gak apa-apa."

Ketidakadilan yang diterima Anggun tak hanya sampai situ, ia juga harus selalu mengalah dalam segala hal, entah mengalah untuk kakak ataupun kedua adik kembarnya.

Menjadi anak tengah dan harus selalu mengalah, membuat Anggun menjadi anak yang serba mandiri dan tangguh.

Mampukah Anggun bertahan dengan semua ketidakadilan karena keadaan dan situasi dalam keluarganya?
Adakah nasib baik yang akan mendatangi dan mengijinkan ia bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUA PULUH DUA

Di rumah sakit pagi itu, Bu Anas tengah memaksa diri menelan nasi suapan pertamanya sejak kemarin ia tak nafsu makan. Melihat kondisi sang putra yang masih belum stabil membuat hati keibuannya merasa sangat cemas dan khawatir, hingga menghilangkan semua rasa lapar dan kantuknya.

“Bu …,” panggil lemah Deni seraya mengangkat pelan lengan tangan kirinya yang masih tersambung selang infus.

Bu Anas meletakkan bungkusan sarapannya begitu saja di lantai saat mendengar sang putra akhirnya kembali bangun.

“Hmm, Ibu di sini, kamu butuh sesuatu?” Dengan mata berkaca Bu Anas mendekat menyambut dan menggenggam tangan anaknya itu dengan lembut.

Deni menggeleng pelan, “Enggak Bu, dimana Bapak?” Air mata Deni mengalir begitu saja, entah apa yang memicunya hingga remaja pria itu terisak.

“Ibu meminta Bapak menunggu di luar, apa kamu ingin bertemu dengannya?” Bu Anas menguatkan diri tak ingin mengungkit reaksi Deni tempo hari.

Deni kembali menggeleng pelan dalam isaknya, “Enggak Bu, Ibu sedang makan kan, lanjutkan saja dulu.”

Bu Anas mengusap air mata sang putra dengan penuh kasih, tatapnya pilu tatkala sang putra memalingkan wajahnya seraya menggigit bibir untuk menahan tangis.

“Tidak apa-apa jika ingin menangis Le, jangan ditahan, ceritakan pada Ibu apa yang membuatmu sedih. Semua yang terjadi tak harus disesali, percayalah kamu akan sembuh dan pulih dengan cepat. Ada Ibu yang akan selalu menemanimu.”

Mendengar kalimat tulus sang ibu, tangis Deni pecah, “Ibu! Hiks … hiks … a-aku … minta maaf Bu!” Deni memaksa diri berucap disela tangisnya.

Bu Anas pun tak bisa lagi menahan air mata pilunya, hancur rasanya hati dan seluruh tubuhnya melihat putranya terbujur lemah di brankar rumah sakit tanpa bisa bebas menggerakkan tubuhnya.

Kedua kakinya terbungkus perban, diantaranya dikaitkan dua papan sebagai penyangga kakinya yang retak dibeberapa bagian tulang. Pinggulnya pun dipasangkan pen penyangga karena bergeser sebelumnya.

“Jangan menyerah ya, Tuhan memberikan cobaan ini pasti ada maksudnya, yang sabar ya Nak,” butiran bening itu semakin deras membanjiri wajah tampan Deni yang terus berpaling dari sang ibu.

Deni meremas rambutnya sendiri menyiratkan kepedihan dan penyesalan akan nasibnya, perlahan kilasan ingatan demi ingatan sebelum ia kecelakaan pun terlintas dan tertata berurutan semakin membuat batin Deni kembali berontak.

“Apa yang harus aku lakukan sekarang? Haruskah kubeberkan kebejatan Ayah? Bagaimana jika Ibu tidak mampu menerima kenyataan itu? Aku sangat membenci situasi seperti ini! Aaarghh!!” batin Deni geram, tanpa mampu ia teriakkan.

Hanya gertakan gigi dan tangis perih yang menyayat hatinya, sebagai seorang putra ia tak ingin menyakiti ibunya, tapi di sisi lain, ia bingung dengan perubahan tabiat sang ayah, atau mungkin memang sudah seperti itu sejak awal, hanya Deni baru mengetahuinya sekarang?

Begitu padat dan bising berlalu lalang pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa Deni pecahkan sendirian.

Bu Anas pun hanya bisa memeluk sang putra, menenangkannya dengan tepukan pelan sambil membisikkan doa-doa untuk menguatkan sang putra.

Di halaman depan rumah sakit, jauh dari kamar rawat pasien, pak Tono duduk dengan kesal, menyesap rokoknya lalu menghembuskannya dengan kasar ke udara. Penampilannya begitu kusut, berbanding terbalik dari biasanya yang sehari-hari klimis dan rapi.

Diinjaknya puntung rokoknya dengan kesal dan mendengus kasar, “Benar-benar kurang ajar! Rencana apa yang harus ku susun! Mengulik? Menyekap? Tapi dimana harus kusimpan gadis miskin itu!”

“Kenapa kesal begitu Pak? Bingung buat bayar biaya rumah sakit? Apa nggak punya asuransi?” Tiba-tiba seorang pria menghampiri pak Tono dan bergabung duduk di sampingnya.

Pak Tono terpaksa tersenyum kecut hanya melihat sekilas pada pria itu, “Iya!” jawabnya ketus.

“Sebelum anak perempuanku menikah, hidupku juga berantakan Pak. Hutang dimana-mana, mau makan susah, ditambah istriku yang sakit-sakitan, jadi semakin payah. Lalu kunikahkan anakku pada sudah kaya, alhamdulilah semua masalah terpecahkan!” kelakar si pria tanpa malu atau risih.

“Hmmm.” Hanya itu tanggapan malas dari pak Tono yang sebenarnya malas mendengarkan celotehan tak berguna itu.

“Jadi saranku, kalau Bapak punya anak perempuan, nikahkan saja sama duda kaya, aku ada kenalan yang butuh wanita, apalagi yang daun muda, imbalannya fantastis,” rayu si pria setengah berbisik.

“Goblok! Aku tidak akan pernah menjual anakku sendiri!” seru pak Tono kesal lalu beranjak meninggalkan si pria. “Dasar gila! Orang tua mana mau menjual anaknya sendiri pada pria hidung belang!”

“Menikahkan anak itu bukan kejahatan, justru membahagiakan masa depan mereka!” seru si pria tak mau kalah.

Pak Tono menghentikan langkahnya setelah mencerna ucapannya sendiri, pikiran buruknya kembali mendapatkan ide untuk memuaskan keinginannya sendiri. Menyadari keuntungan yang akan didapatnya, pak Tono bergegas berbalik lalu kembali duduk di sisi pria itu.

“Jadi jika aku membawa seorang perempuan untuk temanmu itu, aku juga akan mendapatkan upah?” tanya pak Tono dengan antusias yang menggebu.

Si pria tersenyum licik di ujung bibirnya, “Kamu hanya mau menikahkan anak, bukan menjualnya, percayalah keuntungannya akan sangat adil dan tidak akan ada hukum yang menjerat orang yang menikahkan anaknya.” ucapnya penuh penekanan.

“Bagaimana aku bisa menghubungimu untuk hal itu?”

“Simpan nomor ponselku, hubungi aku sewaktu-waktu.”

.

.

.

Sementara itu pagi yang damai di kediaman pak Hendra, semua berkumpul di meja makan untuk sarapan. Tak ada obrolan yang berarti selama sarapan.

“Bu, Pipin mau susu, boleh?” pinta Arpin setelah menghabiskan sarapannya.

“Iya, sebentar Ibu akan buatkan.” Bu Maryani beranjak menuju dapur seraya membawa beberapa piring kotor.

Aulia pun ikut bangkit, “Kamu masih libur kan? Jadi bantu Ibu beresin meja makan ya, aku buru-buru mau belajar lagi sebelum berangkat!” ujarnya seraya menatap Anggun yang masih belum selesai makan.

Anggun hanya mengangguk patuh seraya melanjutkan kunyahannya.

“Bapak juga harus buru-buru berangkat, maaf ya nggak bisa bantu!” sahut pak Hendra bergegas bangkit lalu mengulurkan tangan disambut seluruh keluarganya untuk berpamitan seperlunya.

Bu Maryani kembali dari dapur dengan tiga gelas susu diatas nampan. Dua susu di gelas kecil untuk si kembar, “Nggun, hari ini kakakmu mau ujian, stok susu menipis Ibu belum sempat belanja, kali ini kamu mengalah dulu ya, toh kamu juga nggak masuk sekolah.”

Anggun kembali mengangguk patuh, “Iya Bu, nggak apa-apa. Aku nanti bikin teh manis saja,” ucapnya seraya membereskan meja makan dengan hati-hati seperti biasanya.

Sementara Bu Maryani menuju ke kamar Aulia untuk mengantarkan susu. Hingga seseorang mengetuk pintu rumah.

“Nggun, buka pintu, lihat siapa yang datang!”

...****************...

To be continue....

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Gawat kl cewek udah berantem😵‍💫
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Kamu juga murah Aulia 😏
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ: murahan
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Nah kan,buaya buntung tuh 😤
Ini Anisa sama temennya kan 😮‍💨
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
🤭🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Waduh Aulia,kamu ga kasihan sama orangtuamu 😣🥺
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Penipu 😵‍💫
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Dih,
Apa ig nya 🤭
𝕐𝕆𝕊ℍ𝕦𝕒ˢ: /Doge//Doge/

@yoshuasat
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Siapa tuh 🤔
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Ayahmu pasti ngamuk tuh 🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Anisa jadi cewek ga bener,kasihan sekali 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kenapa ada libur nya
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Pinter 👍
🦆͜͡sᴇɴᴊᴀ✍️⃞⃟𝑹𝑨●⑅⃝ᷟ◌ͩ🤎𝐀⃝🥀
Aulia ternyata ngeselin banget orangnya,nggak tau malu 🙄🙄🙄
lebih cocok jadi anaknya Tono dia 😩
🦆͜͡sᴇɴᴊᴀ✍️⃞⃟𝑹𝑨●⑅⃝ᷟ◌ͩ🤎𝐀⃝🥀
siapa yang ultah... semoga Bellia, Bellio /Blush//Joyful/
🦆͜͡sᴇɴᴊᴀ✍️⃞⃟𝑹𝑨●⑅⃝ᷟ◌ͩ🤎𝐀⃝🥀
ini ngapain Anisa nyasar disini baaang 🤭🤣🤣🤣 wes jian oleng tenan bang yosh kiii 🙈 baca deh paragraf ko bang 😅😂
🦆͜͡sᴇɴᴊᴀ✍️⃞⃟𝑹𝑨●⑅⃝ᷟ◌ͩ🤎𝐀⃝🥀: idih idih 🤣🤣🤣
semangat bang ✌️😄
𝕐𝕆𝕊ℍ𝕦𝕒ˢ: efek terlalu ngebut🤣🙏🙏
total 6 replies
🦆͜͡sᴇɴᴊᴀ✍️⃞⃟𝑹𝑨●⑅⃝ᷟ◌ͩ🤎𝐀⃝🥀
duuh kasian Anggun,dapat kerjaannya doang ... mana harus ngalah sama kakak dan adiknya🥺🤧
🦆͜͡sᴇɴᴊᴀ✍️⃞⃟𝑹𝑨●⑅⃝ᷟ◌ͩ🤎𝐀⃝🥀
idiih orang ghila ketemu orang gendheng 😣😣😣
🦆͜͡sᴇɴᴊᴀ✍️⃞⃟𝑹𝑨●⑅⃝ᷟ◌ͩ🤎𝐀⃝🥀
kalo ko aja yang ku culik,trus ku buang ke laut buat makanan hiu gimana 🙄🙄🙄
🦆͜͡sᴇɴᴊᴀ✍️⃞⃟𝑹𝑨●⑅⃝ᷟ◌ͩ🤎𝐀⃝🥀
pasti berat buat Deni,tapi aku berharap Deni berani bicara jujur tentang perbuatan ayahnya 🥺 karena sudah melanggar hukum, korbannya juga bukan hanya Anggun 🤧 agar ayahnya jera,dan tidak ada lagi Anggun2 lain 😭
🦆͜͡sᴇɴᴊᴀ✍️⃞⃟𝑹𝑨●⑅⃝ᷟ◌ͩ🤎𝐀⃝🥀
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!