NovelToon NovelToon
Dosa Dibalik Kebangkitan

Dosa Dibalik Kebangkitan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Kutukan / Fantasi Wanita / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:960
Nilai: 5
Nama Author: Wati Atmaja

Di sebuah negeri yang dilupakan waktu, seorang jenderal perang legendaris bernama Kaelan dikutuk untuk tidur abadi di bawah reruntuhan kerajaannya. Kutukan itu adalah hukuman atas dosa-dosa yang dilakukannya selama perang berdarah yang menghancurkan negeri tersebut. Hanya seorang gadis dengan hati yang murni dan jiwa yang tak ternoda yang dapat membangkitkannya, tetapi kebangkitannya membawa konsekuensi yang belum pernah terbayangkan.
Rhea, seorang gadis desa yang sederhana, hidup tenang di pinggiran hutan hingga ia menemukan sebuah gua misterius saat mencari obat-obatan herbal. Tanpa sengaja, ia membangunkan roh Kaelan dengan darahnya yang murni.
Di antara mereka terjalin hubungan kompleks—antara rasa takut, rasa bersalah, dan ketertarikan yang tak bisa dijelaskan. Rhea harus memutuskan apakah ia akan membantu atau tidak.
"Dalam perjuangan antara dosa dan penebusan, mungkinkah cinta menjadi penyelamat atau justru penghancur segalanya?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wati Atmaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menebar Racun

Garrett, dengan jubah sederhana dan senyum yang tampak tulus, menjadi wajah yang semakin familiar di pasar utama Rivendale. Lapaknya yang menjual daging segar menarik perhatian warga dari berbagai kalangan, terutama karena harga yang ditawarkannya jauh lebih murah dibandingkan pedagang lokal. Setiap pagi, ia tiba lebih awal, menata dagangannya dengan rapi, memastikan potongan daging tampak segar dan menggiurkan.

“Daging segar! Harga spesial hari ini! Langsung dari peternakan terbaik di utara!” serunya dengan suara lantang, menarik perhatian warga yang melewati lapaknya.

Seorang ibu muda dengan anak kecil di sampingnya mendekat. “Tuan, apakah ini benar-benar daging segar? Kenapa harganya lebih murah dari yang lain?” tanyanya ragu.

Garrett tersenyum hangat, menatap anak kecil itu sebelum menjawab. “Tentu saja, Nyonya. Kami memiliki kelebihan stok dari peternakan kami di utara, jadi saya pikir, mengapa tidak membaginya dengan harga yang terjangkau? Apalagi untuk keluarga seperti Anda.”

Sang ibu terlihat puas dengan penjelasannya dan membeli beberapa potong daging. Garrett bahkan memberi sedikit potongan tambahan untuk anak kecil itu. “Ini bonus dariku. Anak kecil harus makan dengan baik agar tumbuh kuat,” ujarnya sambil mengusap kepala anak itu.

Dalam beberapa minggu, Garrett mulai dikenal sebagai pedagang murah hati dan ramah. Ia sering memberikan diskon atau bonus kecil kepada pelanggan setianya. Tidak jarang ia juga berbagi cerita tentang "peternakan di utara" yang fiktif, menciptakan gambaran romantis tentang ladang hijau luas dan ternak yang dirawat dengan baik.

“Di peternakan kami, sapi-sapi dipelihara dengan cinta,” katanya kepada seorang pedagang sayur di pasar. “Kami memastikan mereka hanya makan rumput terbaik, sehingga dagingnya empuk dan lezat.”

Cerita-cerita seperti ini membuat warga percaya dan semakin sering membeli dari Garrett. Bahkan, beberapa pedagang lain mulai mengagumi kejujurannya—atau setidaknya, apa yang mereka anggap sebagai kejujuran.

“Garrett, kau harus mengajari kami bagaimana menjaga harga tetap rendah seperti ini,” kata seorang pedagang ikan, bercanda.

Garrett hanya tertawa kecil. “Itu semua soal jaringan dan strategi, temanku. Jika kau butuh bantuan, aku selalu di sini untukmu.”

Tidak hanya berjualan, Garrett juga meluangkan waktu untuk berbaur dengan warga Rivendale. Di sore hari, ketika pasar mulai sepi, ia sering terlihat duduk bersama para petani atau tukang kayu di kedai kecil dekat alun-alun.

“Aku harus mengatakan,” katanya suatu sore, “Rivendale benar-benar kota yang indah. Orang-orangnya ramah, dan makanan di sini luar biasa.”

Seorang petani tua yang duduk di sebelahnya menepuk bahunya. “Kau orang baik, Garrett. Senang rasanya melihat pedagang seperti dirimu di sini. Kau tahu, tidak banyak orang luar yang benar-benar peduli dengan kami.”

Garrett tersenyum lebar. “Aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan, Pak Tua. Kita semua harus saling membantu, bukan?”

Percakapan semacam itu membuat Garrett semakin diterima oleh masyarakat Rivendale. Ia berhasil membangun citra sebagai pendatang yang rendah hati dan peduli, seseorang yang hanya ingin berdagang dan membantu.

Garrett juga dikenal ramah terhadap anak-anak di Rivendale. Ia sering memberikan potongan kecil daging atau permen kepada mereka, membuat anak-anak senang dan para orang tua merasa bersyukur.

“Paman Garrett, kapan kau akan membawa lebih banyak permen?” tanya seorang anak kecil dengan mata berbinar.

Garrett tertawa. “Oh, aku akan membawanya minggu depan, kalau kalian semua berjanji untuk membantu orang tua kalian di rumah.”

Anak-anak itu mengangguk antusias, dan Garrett merasa puas. Semakin banyak orang yang percaya padanya, semakin mudah rencananya berjalan.

Namun, di balik senyumnya yang ramah, Garrett terus mengamati dan mendengar. Ia memperhatikan bagaimana warga Rivendale bekerja, berbicara, dan berinteraksi satu sama lain. Ia mencatat pola kehidupan di pasar, jadwal penjaga malam, dan lokasi-lokasi strategis seperti saluran irigasi dan gudang penyimpanan makanan.

Setiap informasi yang ia dapatkan menjadi bagian dari strategi besarnya. Dalam percakapannya, ia juga secara halus menanamkan keraguan kepada warga.

“Pasar ini benar-benar hebat, tetapi aku dengar beberapa kota lain mengalami masalah dengan hasil panen mereka. Semoga itu tidak terjadi di sini,” katanya suatu hari kepada seorang pedagang buah.

Pedagang itu menggeleng. “Rivendale selalu diberkati dengan tanah yang subur. Kami tidak pernah khawatir soal itu.”

Garrett hanya tersenyum samar. “Semoga tetap begitu.”

Dalam waktu singkat, Garrett tidak hanya menjadi pedagang favorit, tetapi juga seorang yang dianggap teman oleh banyak warga Rivendale. Namun, di malam hari, di balik topeng keramahan itu, ia menjalankan rencana gelapnya—mencemari irigasi dan menyebarkan spora jamur melalui daging yang ia jual.

Dengan setiap hari yang berlalu, ia semakin yakin bahwa kehancuran Rivendale hanya tinggal menunggu waktu. Bagi Garrett, semua ini bukan hanya tentang menjalankan perintah Raja Alistair, tetapi juga tentang membuktikan kecerdasannya sebagai agen terbaik Eldoria.

Malam itu, Rivendale tampak tenang. Bulan bersinar terang, memantulkan cahaya ke jalanan berbatu yang sepi. Garrett mengenakan jubah hitam panjang, menyembunyikan dirinya dalam bayang-bayang malam. Di bawah jubahnya, ia membawa beberapa potongan daging yang sudah disuntik dengan spora jamur beracun. Ini adalah malam yang ia tunggu-tunggu sejak pertama kali tiba di Rivendale.

Ia berjalan perlahan, memastikan tidak ada yang memperhatikan. Suara langkahnya nyaris tak terdengar di jalanan basah akibat embun malam. Ia menuju salah satu saluran irigasi utama yang mengalir dari sungai kecil di pinggir kota menuju ladang-ladang gandum. Irigasi ini adalah nadi kehidupan Rivendale, memastikan air mencapai semua ladang dengan baik.

Setibanya di lokasi, Garrett berhenti sejenak untuk memastikan tidak ada penjaga. Setelah yakin aman, ia berjongkok di dekat saluran air, mengamati aliran air yang jernih mengalir dengan tenang.

“Jangan salahkan aku, Rivendale,” gumamnya dengan suara dingin, hampir tanpa emosi. “Ini bukan keinginanku. Aku hanya menjalankan perintah Raja Alistair.”

Ia mengeluarkan potongan-potongan daging dari kantong kainnya. Daging itu telah direndam dalam larutan spora jamur beracun selama berhari-hari. Spora ini dirancang untuk larut di air, menyebar melalui saluran irigasi, dan meresap ke dalam tanah. Begitu masuk ke ladang, spora ini akan menginfeksi gandum dan tanaman lain, membuat hasil panen terkontaminasi tanpa disadari.

Dengan hati-hati, Garrett memasukkan potongan-potongan daging itu ke dalam saluran air. Ia memastikan daging itu tersebar di beberapa titik, sehingga kontaminasi merata ke seluruh aliran irigasi. Air perlahan membawa daging itu, membawanya ke arah ladang-ladang subur di Rivendale.

Setelah berhasil menjalankan misinya, Garrett mengambil langkah berikutnya dengan hati-hati. Di tengah malam yang sunyi, saat sebagian besar warga Rivendale terlelap, ia menuju sebuah bukit kecil di luar kota. Tempat itu cukup terpencil, dikelilingi pepohonan lebat, sehingga ia bisa bergerak tanpa dicurigai.

Dari dalam tas kulitnya, Garrett mengeluarkan sebuah tabung kecil berisi pesan yang telah ia tulis. Isinya adalah laporan detail kepada Raja Alistair tentang keberhasilannya mencemari irigasi dan menyebarkan daging terkontaminasi di pasar.

“Perintah telah dijalankan dengan sempurna. Penyebaran jamur melalui daging dan irigasi telah dimulai. Tidak ada yang mencurigai kehadiranku. Hasilnya akan terlihat dalam beberapa hari ke depan,” tulisnya dengan singkat dan jelas.

Garrett mengikat tabung itu pada kaki seekor merpati yang sudah dilatih. Burung itu memiliki bulu abu-abu pucat dengan garis hitam di sayapnya, terlihat seperti merpati biasa namun sangat terlatih. Ia memegang burung itu sejenak, mengusap lembut bulunya sambil berbisik, “Pergilah. Bawa kabar ini kepada sang Raja.”

Dengan satu gerakan lembut, Garrett melepaskan merpati itu ke udara. Burung itu melesat cepat, menghilang di balik gelapnya malam. Garrett menatapnya sejenak sebelum kembali ke kota, memastikan semuanya tetap tampak normal.

Ia merapikan kembali tasnya, memeriksa dengan teliti untuk memastikan tidak ada jejak yang tertinggal. Dalam hati, ia mengingat pesan Raja Alistair, “Jangan biarkan ada petunjuk yang mengarah kepada Eldoria.” Garrett tahu bahwa kesalahan sekecil apa pun bisa mengungkap konspirasi ini, dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa ia biarkan terjadi.

Setelah yakin tidak ada yang mencurigakan, ia menyusuri jalan kembali ke kota dengan langkah tenang, menyatu dengan kegelapan. Garrett tersenyum dingin. Misinya mungkin selesai, tetapi ia tahu, kekacauan yang ia tanam baru saja dimulai.

1
seftiningseh@gmail.com
menurut aku episode satu di novel ini sangat bagus aku tarik baru baca sedikit menurut aku pribadi novel ini memiliki sedikit nuansa fantasi
semangat terus yaa berkarya
oh iya jangan lupa dukung karya aku di novel istri kecil tuan mafia yaa makasih
Wati Atmaja: terima kasih ya komentarnya.Aku makin semangat.
total 1 replies
Subaru Sumeragi
Begitu terobsesi sama cerita ini, sampai lahap ngelusin buku dari layar!
Wati Atmaja: makasih kaka. tambah semangat nulis cerita ya
total 1 replies
naruto🍓
Penulis berhasil menghadirkan dunia yang hidup dan nyata.
Wati Atmaja: terima kasih atas komentarnya /Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!