Istri Sang CEO

Setelah beberapa saat bersembunyi di balik tembok, akhirnya keluar dan berjalan seperti biasa seolah-olah dia baru saja pulang dan tidak mendengarkan apa pun.

"Sore pa, kak." sapa Elis dengan penuh senyuman.

"Sore juga Elis. Kau baru pulang ?" balas Lidia sambil bertanya.

Wajah Lidia tampak terkejut melihat kedatangan sang adik yang tiba-tiba. Takut jika Elis sempat mendengarkan pembicaraan mereka tadi.

"Bagai mana pertemuan hari ini ? apa semuanya lancar ?" tanya Aryo dengan wajah penuh harap.

"Lancar pa. Tuan Louise sudah setuju untuk memberikan pinjaman." jawab Elis.

"Benarkah ?" tanya Aryo seakan tidak percaya dan di jawab dengan anggukan oleh Elis.

"Syukurlah. Terima kasih sayang. Papa bangga pada mu." Aryo berdiri dari duduknya dan memeluk Elis dengan penuh kasih sayang.

Saat ini Elis sudah masuk ke dalam kamarnya. Ia menghela napas panjang sambil duduk di tepi ranjang. Elis memang tidak berbohong saat mengatakan jika Louise bersedia memberikan pinjaman. Hanya saja ia sediri yang sudah menolak menerima pinjaman itu dengan pergi begitu saja meninggalkan Louise saat pria itu memberikan syarat untuk menikah dengannya.

Sekarang apa yang harus dia lakukan. Ayahnya sangat berharap pada pinjaman ini. Elis tidak mungkin mengecewakan sang ayah. Elis kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi Robby asisten Louise yang menelponnya tadi pagi.

"Halo, tuan Robby. Saya Elisa Natawijaya. Bisakah besok saya bertemu dengan Tuan Louise ?" kata Elis panjang lebar begtu panggilannya di angkat.

"Maaf nona, besok tidak bisa karena jadwal Tuan Louise sudah penuh." balas Bobby dari seberang sana.

"Jadi kapan saya bisa bertemu dengannya ?" tanya Elis lagi.

"Mungkin satu minggu lagi, setelah Tuan Louise pulang dari perjalanan bisnis." jawab Bobby.

"Baik, terima kasih." balas Elis sebelum mengakhiri panggilannya.

"Satu minggu terlalu lama." keluh Elis.

Tapi mau bagai mana lagi. Dia tidak bisa asal masuk ke ruangan CEO untuk menemui Louise. Elis kemudian terus berpikir bagai mana caranya agar bisa bertemu dan bicara dengan Louise secepatnya.

*

Keesokkan harinya pagi-pagi sekali Elis sudah tiba di perusahaan Boison Grup. Namun Elis tidak masuk kedalam gedung pencakar langit itu melainkan hanya berdiam diri di dalam mobilnya dan mengamati setiap orang yang datang dan masuk ke dalam perusahaan itu.

Tepat pukul tujuh tiga puluh Elis melihat Louise keluar dari sebuah mobil di ikuti oleh sang asisten. Elis kemudian pergi setelah melihat targetnya masuk ke dalam perusahaan. Ia telah membuat rencana bagai mana agar ia bisa bertemu dengan Louise hari ini juga. Bagai manapun caranya Elis harus mendapatkan pinjaman itu meski harus menikah dengan Louise.

Menikah dengan Louise sepertinya tidak terlalu buruk. Setidaknya pria itu masih muda dan lajang dan Elis tidak takut di katakan sebagai pelakor.

Pada sore harinya Elis kembali datang ke perusahaan Boison Grup dan lagi-lagi ia tidak masuk kedalam perusahaan itu dan tetap menunggu di dalam mobilnya. Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya Elis melihat mobil yang di tumpangi Louise berhenti di depan pintu masuk. Elis segera keluar dari mobilnya dan bersembunyi.

Dari arah pintu masuk terlihat Louise berjalan keluar menuju ke mobil bersama dengan sang asisten. Bobby membukakan pintu belakang mobil untuk Louise. Setelah sang tuan masuk barulah Bobby masuk dari pintu pengemudi dan saat itulah Elis menyelinap masuk ke dalam mobil itu yang membuat Louise dan Bobby sangat terkejut.