Anson adalah putra tunggal dari pemilik rumah sakit tempat Aerin bekerja. Mereka bertemu kembali setelah tiga belas tahun. Namun Anson masih membenci Aerin karena dendam masa lalu.
Tapi... Akankah hati lelaki itu tersentuh ketika mengetahui Aerin tidak bahagia? Dan kenapa hatinya ikut terluka saat tanpa sengaja melihat Aerin menangis diam-diam di atap rumah sakit?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Pandangan Aerin tidak lepas dari Andrea dan lelaki yang membawanya ke lantai dansa tadi. Aerin harus memastikan lelaki itu tidak memanfaatkan temannya yang sepertinya sudah mulai mabuk. Namun suara seseorang membuat fokusnya terbagi.
"Lihat siapa ini."
Fokus Aerin terbagi ketika mendengar ada yang bicara padanya. Ia menoleh dan mendapati Logan dan Anson telah berdiri di depannya. Tatapan mereka fokus ke gaun tanpa lengan dengan potongan leher yang memperlihatkan sedikit belahan dadanya.
Aerin cepat-cepat mengangkat kedua tangannya menutupi dadanya yang cukup terekspos. Ya ampun, ia tidak mengerti kenapa terus menerus bertemu dengan mereka bahkan di luar rumah sakit, terutama Anson.
Dan ... Apa-apaan ini ? Kenapa mereka terus-terusan mengamati penampilannya? Dasar mesum. Ia ingin berteriak pada mereka namun ditahannya. Jangan membuat masalah yang tidak perlu. Apalagi dia sendiri yang memakai gaun terbuka, memancing para lelaki untuk meliriknya. Ya, walau Andrea yang memberikan pakaian itu, tapi dia tetap memakainya dengan suka rela.
"Kau mau jual diri?" Aerin melotot menatap Logan.
Apa-apaan sih? Apakah memakai gaun yang sedikit seksi doang dan masuk ke night club sudah di anggap mau menjual diri? Huh! Pikirannya sangat sempit.
Anson yang berdiri dibelakang lelaki itu tetap dengan wajah datarnya seperti biasa, pikirannya selalu tidak terbaca. Entah ia menilai Aerin seperti apa, gadis itu tidak peduli.
"Apa maksudmu?" Aerin membalas perkataan Logan denga tatapan tajam ke lelaki itu.
Logan selalu senang mencari masalah dengannya. Walau ia selalu cuek dan tidak peduli, ia juga ingin menunjukkan kalau dirinya bukan tipe perempuan yang gampang di tindas terus.
Logan mencibir.
"Kenapa, tidak suka? Dulu kau menggoda Dean dengan cara begini juga kan? Tenanglah, walau aku tahu akal busukmu itu, tapi kebanyakan pria di sini tidak tahu. Wajah cantikmu yang palsu dan tubuh sexymu bisa menarik mereka. Jangan khawatir." ucapnya dengan nada merendahkan.
Sementara Anson entah kenapa merasa kesal mendengar Logan merendahkan Aerin. Menurutnya lelaki itu sudah keterlaluan, tidak seharusnya ia menghina Aerin seperti itu.
Aerin mengepal tangannya kuat-kuat. Ia sudah tersulut emosi.
"Lihat dirimu, kau marah? Mau memukulku? Ayo pukul, ayo." tantang Logan lagi mencondongkan wajahnya ke arah Aerin. Gadis itu sudah bersiap-siap menampar Logan namun suara Andrea menghentikannya.
Aerin merutuk dalam hati. Ia jadi lupa kalau dirinya harus mengamati gerak-gerik Andrea tadi. Pandangannya beralih ke lantai dansa tempat Andrea berada. Andrea terlihat sedang bertengkar dengan lelaki yang bersamanya tadi. Mata Aerin melebar saat melihat lelaki itu bersiap-siap mau membawa Andrea.
"ANDREA!" teriaknya berlari turun ke lantai dansa. Logan ikut melirik ke sana.
Andrea ada sini juga?
Pandangannya jatuh ke Andrea yang terlihat berusaha keras melepaskan diri dari cengkeraman seseorang.
Logan menggertakkan giginya. Brengsek. Andrea adalah teman baiknya dan ia benci melihat wanita itu diperlakukan seperti itu. Ia ikut turun ke sana dan tanpa aba-aba meninju lelaki yang menarik-narik gadis itu tadi. Tak tinggal diam, lelaki yang kena tonjok itu membalas Logan. Andrea mundur beberapa langkah.
Aerin memekik kuat saking kagetnya, ia terdiam kaku ditempatnya. Kakinya seolah sangat berat untuk melangkah. Kejadian itu memicu traumanya pada kejadian dulu. Tawuran waktu dirinya SMA.
Orang-orang di lantai dansa menjadi kacau, Logan dan lelaki yang entah siapa itu kembali berkelahi. Anson bergegas ingin menghentikan mereka. Ia meminta beberapa pria didekat situ membantunya. Untung mereka mau bekerja sama supaya keadaan tidak jadi makin kacau.
Lelaki yang mengganggu Andrea tadi masih emosi, ia berusaha melepaskan diri namun dua pria yang memegangnya itu lebih kuat darinya. Mereka membawanya keluar dari situ biar dia tidak berbuat kacau lagi.
Anson menarik nafas kesal. Kenapa juga dia harus menyetujui Logan datang ke tempat ini. Pandangannya lurus ke depan melihat Aerin yang berdiri linglung dekat meja bar. Lelaki itu tertegun.
Anson terus tertegun menatap Aerin. Ada yang berbeda dari gadis itu. Ia terlihat sangat linglung dengan mata yang bergerak liar. Kenapa dengannya? Apa ia tidak suka perkelahian? Dia punya kenangan buruk dengan situasi begini?
Tidak, tidak mungkin. Jelas-jelas dulu gadis itu adalah pembuat onar di sekolah. Kerjaannya tiap hari kalau tidak membully orang, pasti akan ikut-ikutan teman-teman prianya berkelahi atau balapan liar. Harusnya kejadian seperti tadi sudah biasa baginya.
Lalu kenapa? Kenapa gadis itu tiba-tiba berubah? Anson masih tidak mengerti. Kakinya pun tidak bisa bergerak mendekati Aerin, egonya terlalu tinggi untuk sekedar bertanya.