NovelToon NovelToon
Serat Wening Ening Kasmaran

Serat Wening Ening Kasmaran

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Mengubah Takdir
Popularitas:979
Nilai: 5
Nama Author: RizkaHs

Pada masa penjajahan Belanda, tanah Jawa dilanda penderitaan. Mela, gadis berdarah ningrat dari Kesultanan Demak, terpaksa hidup miskin dan berjualan jamu setelah ayahnya gugur dan ibunya sakit.

Saat menginjak remaja, tanah kelahirannya jatuh ke tangan Belanda. Di tengah prahara itu, ia bertemu Welsen, seorang tentara Belanda yang ambisius. Pertemuan Welsen, dan Mela ternyata membuat Welsen jatuh hati pada Mela.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkaHs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ꦢꦸꦮ ꦧꦺꦭꦱ꧀

Langit senja di atas Banten memerah, seolah memantulkan ketegangan yang menyelimuti negeri itu. Di kejauhan, kapal-kapal VOC dengan layar putihnya yang megah terlihat berlabuh di pelabuhan. Di dalam istana, Sultan Ageng Tirtayasa berdiri mematung di depan jendela besar, memandang jauh ke cakrawala. Di belakangnya, para penasihat dan panglima berdiri dalam diam, menunggu keputusan yang akan menentukan nasib Banten.

Pasukan Mataram semakin mendekat. Berita tentang ribuan prajurit yang membawa meriam besar telah sampai ke telinga Sultan. Desa-desa di perbatasan mulai dikuasai, jalur perdagangan diputuskan, dan rakyat mulai dicekam ketakutan. Namun Sultan Ageng tetap berdiri dengan ketenangan yang sulit diartikan.

“Yang Mulia,” suara Patih Wangsadipa memecah keheningan. “Pasukan kita tidak cukup kuat untuk melawan Mataram. Kita harus segera bertindak.”

Sultan berbalik perlahan, menatap wajah para penasihatnya satu per satu. “Dan apa yang kau usulkan, Wangsadipa?” tanyanya dengan nada rendah, namun cukup untuk memenuhi ruangan.

“VOC, Yang Mulia,” jawab Wangsadipa tanpa ragu. “Mereka memiliki pasukan dan senjata yang dapat membantu kita menahan serangan Mataram. Kita hanya perlu menjalin perjanjian dengan mereka.”

Kata-kata itu langsung memicu kegaduhan di ruangan. Beberapa penasihat memprotes keras, sementara yang lain hanya menundukkan kepala, tidak berani mengungkapkan pendapat. Raden Tumenggung, salah satu panglima muda yang setia kepada Sultan, berdiri dengan wajah tegas.

“Yang Mulia,” katanya, suaranya penuh semangat, “VOC adalah musuh dalam selimut. Jika kita meminta bantuan mereka, mungkin kita bisa menang melawan Mataram, tapi harga yang harus kita bayar akan jauh lebih besar. Mereka tidak akan pergi begitu saja setelah membantu kita.”

Patih Wangsadipa menatap Tumenggung dengan tajam. “Dan apa pilihanmu, Tumenggung? Melawan Mataram sendirian? Pasukan kita tidak cukup untuk itu. Jika kita tidak bekerja sama dengan VOC, kita akan kalah tanpa perlawanan!”

“Cukup!” seru Sultan Ageng, suaranya menghentikan perdebatan. “Aku tahu apa yang kalian pikirkan. VOC adalah ancaman, begitu juga Mataram. Kita tidak bisa melawan keduanya sekaligus. Namun, aku tidak akan menyerahkan Banten kepada Belanda.”

Ruangan itu kembali sunyi. Sultan Ageng berjalan perlahan ke tengah ruangan, lalu berbicara dengan nada mantap, “Kita akan bernegosiasi dengan VOC, tapi dengan syarat yang jelas. Mereka membantu kita melawan Mataram, dan setelah itu mereka harus pergi. Tidak lebih, tidak kurang.”

Semua yang hadir saling bertukar pandangan. Keputusan Sultan adalah langkah penuh risiko, namun mereka tahu bahwa ini mungkin satu-satunya cara untuk menyelamatkan Banten.

***

Keesokan harinya, Sultan Ageng mengirim utusan untuk bertemu dengan perwakilan VOC di pelabuhan. Di sebuah ruangan kecil yang menghadap ke laut, Sultan bertemu langsung dengan seorang perwakilan VOC bernama Jan Pieterszoon.

Pria Belanda itu tinggi dan kurus, dengan senyum kecil yang selalu menghiasi wajahnya. Ia membungkukkan badan dengan penuh sopan santun, namun Sultan tahu bahwa sikap itu hanyalah topeng.

“Yang Mulia Sultan Ageng Tirtayasa,” kata Jan Pieterszoon dengan nada ramah. “Merupakan kehormatan besar bagi saya bisa bertemu dengan Anda.”

“Aku tidak memanggilmu untuk berbasa-basi, Pieterszoon,” jawab Sultan Ageng dengan tegas. “Aku ingin tahu apa yang bisa kau tawarkan kepada Banten.”

Jan Pieterszoon tersenyum. “Kami tahu bahwa Mataram adalah ancaman besar bagi Anda, Yang Mulia. VOC memiliki senjata dan pasukan yang cukup untuk membantu Anda mengalahkan mereka. Kami hanya meminta satu hal sebagai imbalan.”

“Apa itu?” tanya Sultan Ageng, suaranya dingin.

“Akses eksklusif ke pelabuhan Banten untuk perdagangan,” jawab Jan Pieterszoon. “Dengan itu, kami dapat memastikan kesejahteraan Anda dan rakyat Anda.”

Sultan Ageng tertawa kecil, namun matanya tetap tajam. “Eksklusif? Kau ingin memonopoli perdagangan kami? Itu sama saja dengan menyerahkan kedaulatan kami kepada VOC.”

Jan Pieterszoon tampak sedikit gelisah, namun ia mencoba mempertahankan senyumnya. “Yang Mulia, tanpa bantuan kami, Banten mungkin tidak akan bertahan melawan Mataram. Ini adalah tawaran terbaik yang bisa kami berikan.”

Sultan Ageng menatapnya lama sebelum akhirnya berbicara, “Banten tidak akan menyerahkan kedaulatannya. Namun, aku siap bekerja sama dengan VOC untuk melawan Mataram, asalkan kalian setuju untuk pergi setelah perang selesai. Jika kau setuju, kita bisa membuat perjanjian.”

Jan Pieterszoon terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Baik, Yang Mulia. Kami akan membantu Anda melawan Mataram.”

***

Malam itu, perjanjian sementara ditandatangani. VOC setuju untuk memberikan bantuan militer, sementara Sultan Ageng menegaskan bahwa Banten tetap memegang kendali penuh atas pelabuhannya. Perjanjian itu menjadi awal dari aliansi sementara antara Banten dan Belanda, sebuah langkah yang penuh risiko namun tak terhindarkan.

Di luar, angin laut bertiup kencang, membawa aroma garam dan bayang-bayang perang yang akan datang. Sultan Ageng berdiri di atas benteng, memandang ke kejauhan di mana kapal-kapal VOC bersandar. Dalam hatinya, ia tahu bahwa perjuangan Banten belum selesai. Perjanjian ini hanyalah satu langkah dalam perjalanan panjang untuk mempertahankan tanah air dari ancaman yang datang dari segala arah.

Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik, melangkah kembali ke istana. Sebagai pemimpin, ia tidak bisa menunjukkan kelemahan, meskipun ancaman dari Mataram dan Belanda seperti dua pedang yang menggantung di atas kepalanya. Namun, ia yakin bahwa selama semangat rakyatnya tetap kuat, Banten akan bertahan.

Hari-hari berikutnya di Banten dipenuhi persiapan perang. Pasukan VOC mulai mendarat di pelabuhan, membawa serta meriam, senapan, dan prajurit-prajurit berwajah asing. Para panglima Banten, meskipun tetap waspada, terpaksa bekerja sama dengan mereka. Di alun-alun dekat istana, prajurit Banten dan VOC menjalani latihan bersama, sebuah pemandangan yang sulit dibayangkan sebelumnya.

Di tengah kesibukan itu, Sultan Ageng tetap memantau setiap pergerakan. Ia tidak mempercayai VOC sepenuhnya, namun ia tidak menunjukkan keraguan di hadapan rakyatnya. Setiap malam, ia berdiskusi dengan para penasihat dan panglima, membahas strategi perang yang akan dilakukan.

“Mataram akan menyerang dari sisi selatan,” kata Raden Tumenggung sambil menunjuk peta yang terbentang di atas meja besar di balairung istana. “Mereka akan memanfaatkan sungai sebagai jalur logistik. Kita harus memblokir jalur itu secepatnya.”

Jan Pieterszoon yang juga hadir dalam rapat itu mengangguk. “VOC memiliki kapal-kapal kecil yang dapat digunakan untuk menghalangi mereka. Namun, kita membutuhkan dukungan pasukan Banten di darat.”

Sultan Ageng mendengarkan dengan seksama. Ia mengangguk pelan, lalu berbicara, “Kita akan menggunakan kapal VOC untuk memblokir sungai. Sementara itu, pasukan kita akan membangun pertahanan di sepanjang garis perbatasan. Jangan lupa, kita harus menjaga moral rakyat. Pastikan mereka tahu bahwa ini adalah perang untuk mempertahankan tanah mereka, bukan sekadar pertempuran antara kerajaan.”

Para panglima dan penasihat mengangguk serempak. Di bawah kepemimpinan Sultan Ageng, mereka merasa yakin bahwa Banten masih memiliki harapan, meskipun ancaman yang mereka hadapi begitu besar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!