NovelToon NovelToon
Perjalanan Cerita Cinta Kita

Perjalanan Cerita Cinta Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Single Mom / Hamil di luar nikah / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Balas dendam pengganti
Popularitas:602
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

Arabella Brianna Catlin Hamilton saat ini tengah tersenyum sumringah dan perasaanya amat sangat bergembira.

Bagaimana tidak? Hari adalah hari anniversary kedelapan dari hubungannya dengan kekasih sekaligus teman masa kecilnya— Kenan Kelvin Narendra.

Namun, hatinya tiba-tiba hancur berkeping-keping ketika Kenan memutuskan hubungan dengannya tanpa alasan yang jelas. Kemudian, Bella mengetahui bahwa lelaki itu meninggalkannya demi wanita lain— seseorang dari keluarga kaya raya.

Karena tidak tahan dengan pengkhianatan itu, Bella menghilang tanpa jejak.

Dan enam tahun kemudian, Bella kembali sebagai seorang pengacara terkenal dan berusaha balas dendam kepada mereka yang berbuat salah padanya— keluarga si mantan.
**


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23| Kecewa

    Ponsel kembali berdenting.

    Baru beberapa menit yang lalu sejak dia menerima pesanan ancaman dengan foto Stevia yang tengah menangis dan kini suara notifikasi tersebut membuat jantungnya berdegup kencang seiring rasa takut yang memenuhi perasaannya. Pesan apalagi yang mereka kirimkan?

    Pikiran terburuk yang ada didalam kepala Bella adalah para penjahat itu mengirimkan foto putrinya dalam keadaan terikat dan berdarah. Namun, beruntungnya para penculik itu tidak menyakiti putrinya dan itu membuat Bella ingin segera menemukannya, sebelum mereka melakukan sesuatu pada putrinya.

    Dengan tangan yang bergemetaran, Bella membuka kunci layar ponselnya dan membaca pesan itu. Dia terkejut dengan apa yang tertulis di sana. Itu adalah pesan ancaman dari si penculik.

    Nomor asing: [ Jika aku tidak mendapatkan reaksi positif darimu, aku akan memotong satu jari tangan putrimu setiap jam. Sebaiknya kau mulai berkemas dan pergi dari sini].

    "Mungkin sebaiknya aku melakukan apa yang para penculik itu inginkan dan pergi meninggalkan kota... aku tidak bisa mengambil resiko." Kata Bella, suaranya bergetar karena ketakutan yang menyelimutinya. Air mata mengalir di pipinya saat dia kembali buka suara. "Bagaimana kalau jari-jarinya benar-benar di potong? Putriku tidak suka rasa sakit."

    "Kita akan menemukan dia sebelum mereka melakukan itu. Kalau kamu benar-benar pergi, apakah mereka pasti akan melepaskan Stevia? Kenapa mereka sangat ingin kamu pergi meninggalkan kota? Kehadiranmu tidak akan membuat siapapun mendapatkan masalah dan aku merasa ragu, akhir-akhir ini selama kita berada di kota ini, kamu belum pernah menghadapi kasus di pengadilan..."Nita lalu terdiam, mengernyitkan dahinya.

   

    "Aku mungkin telah menyinggung perasaan seseorang. Direktur keuangan di tempat kerja... Aku membeberkan kasus pencuriannya pada Kenan. Mungkin dia mengetahuinya, entah bagaimana caranya, lalu dia ingin aku pergi," jawab Bella, jantungnya berdebar saat dia menyadari sesuatu.

    Mungkinkah Harrison menyingkirkannya agar kasus ditutup? Mengapa dia menggunakan cara yang kejam seperti itu dan menculik seorang gadis kecil? Saat membayangkan anaknya yang tidak berdaya dan ketakutan, jantung Bella berdegup kencang.

    Dimana putrinya? Apakah dia sekarang baik-baik saja?.

    "Bella, Kenan satu-satunya harapan untuk kita saat ini." Kata Nita, mengetahui jika hal ini pastilah sangat berat untuk sahabatnya.

    Setelah berusaha keras untuk tidak bergantung pada Kenan dalam hal apa pun,  Bella menyadari jika dirinya berada pada titik dimana dia sangat membutuhkan bantuan Kenan.

    Bella menoleh kearah Nita, air mata mengaburkan pandangannya saat dia diam-diam mempertimbangkan saran Nita.

    'Nita benar. Tidak ada orang lain yang bersedia mencari Stevia sepenuh hati selain ayahnya sendiri. Satu-satunya pilihan yang aku punya adalah mengatakan yang sebenarnya pada kenan.' Pikir Bella.

   

    "Dia satu-satunya yang bisa menemukan Stevia lebih cepat dari pada apa yang dilakukan polisi." Lagi, Nita kembali buka suara dan menyakinkan Bella.

    "Kamu benar... keselamatan Stevia adalah yang paling utama—" Bella hendak menghubungi Kenan, tetapi Katherine tiba-tiba meraih ponsel Bella.

   

    "Tidak! Kamu tidak boleh meminta bantuan Kenan atau siapapun dari keluarga Narendra!." Bentak Katherine. "Kalau kamu meminta bantuan pada Kenan, dia akan tahu kalau Stevia adalah putrinya. Mama tidak bisa membiarkan hal itu terjadi."

    Bella tak percaya dengan apa yang dia dengar dari ibunya itu. Dia berdiri meskipun kakinya gemetar dan menatap sang ibu. "Apakah itu penting, Ma? Stevia entah berada dimana dan mama masih punya waktu untuk memikirkan kebencian mama pada keluarga Narendra? Putriku hilang dan mama hanya khawatir kalau Kenan mengetahui siapa Stevia yang sebenarnya, ketimbang keselamatannya? Aku tidak perduli kalau Kenan akhirnya tahu, lagipula dia adalah ayahnya dan bagaimana kalau ternyata dia bisa membantu ku menemukan Stevia? Aku tidak bisa duduk diam tanpa meminta dia untuk membantu."

    "Polisi akan menemukan dia dan kalau perlu kita bisa menyewa detektif... Mama yakin kita bisa menemukan dia tanpa meminta bantuan Kenan! Bayangkan kalau Kenan mengetahui siapa Stevia, kamu pasti akan selalu berurusan dengan dia atau pun keluarga! Kamu akan menyesal, Bella." Teriak Katherine, menggebu-gebu. Matanya menyipit ketika menatap Bella. "Apa mama benar? Kamu masih memiliki perasaan pada Kenan? Dengan sikapmu akhir-akhir ini, mama tidak akan terkejut kalau kamu sendiri yang melakukan penculikan itu supaya kamu bisa mendapatkan perhatian dari Kenan..."

    Bella merasakan tusukan yang sangat menyakitkan dihatinya. Perkataan ibunya terasa seperti baru saja memukulnya habis-habisan. Apakah ibunya baru saja menuduh Bella menculik putrinya sendiri?.

    Kekecewaan merayapi diri ketika dia menatap ibunya. "Polisi? Sudah dua jam berlalu, tapi mereka belum menemukan putriku. Dan dimana kita akan mendapatkan detektif sekarang? Balas dendam selalu diatas segalanya bagi Mama, aku benar kan? Itu sebabnya Mama meninggalkan aku di panti asuhan dan pergi karena mama ingin merencanakan cara terbaik untuk balas dendam! Aku tidak seperti Mama! Aku akan selalu mendahulukan putriku!."

    Rasa sakit terlihat lintas dimata Katherine, tetapi Bella tidak memiliki waktu untuk merasa bersalah padanya. Setiap detik yang berlalu itu berarti anaknya semakin menjauh darinya

    Bella mengambil langkah maju dan meraih ponsel miliknya dari tangan Katherine. "Aku tidak berharap mama bisa mengerti. Kalau mama tidak merasa berat ketika meninggalkan aku, jangan harap aku melakukan hal yang sama pada putriku. Dia adalah segalanya bagiku dan tidak ada yang boleh menyakiti dia di dunia ini."

    Katherine merasa bersalah, dia menatap Bella. "Bella...."

    Namun, Bella tidak ingin mendengarkan perkataan ibunya. Dia berbalik dan langsung pergi dari apartemen sembari menghubungi Kenan dengan airmatanya yang mengalir deras diwajahnya.

    Tidak butuh waktu yang lama bagi Bella untuk menunggu Kenan menjawab panggilan darinya. Lelaki itu langsung menjawab panggilannya pada dering pertama, seolah-olah dia tengah menunggu Bella menelponnya berjam-jam.

    "Sayang.... ini kejutan sekali." Kata Kenan, lalu sepertinya dia dapat mendengar suara tangisan Bella. "Apa ada masalah?."

    "Kenan.... Stevia diculik! Tolong bantu aku... tolong selamatkan putri kita..." Pinta Bella terus terisak.

    Flashback on dari beberapa jam sebelumnya.

    Malvin Kevlar Narendra ke kantor dan mengunjungi ruang kerja putranya untuk membahas masalah kejahatan dari direktur keuangan setelah menerima laporan dari Kenan.

    "Sudah berapa lama dia melakukan ini, Ken? Dan kenapa kamu tidak menyadarinya?." Tanya Malvin sembari mendudukkan dirinya di kursi didepan meja kerja Kenan. Sungguh mengecewakan mengetahui bahwa seseorang yang mereka percayai melakukan korupsi di perusahaan mereka.

    Kenan menghela napas. Dia melihat kearah ayahnya. "Aku menyadarinya baru-baru ini... jumlahnya tidak bertambah, tapi aku belum bisa menemukan masalahnya... aku hanya mencari waktu yang tepat untuk mengungkapkan kejahatannya dan memenjarakannya, tapi mungkin perusahaan tidak akan mendapatkan uangnya kembali." Kata Kenan menjelaskan.

    Dia mengirim email dari Bella untuk diteruskan pada Malvin. "Aku telah mengirimkan pada Daddy semua bukti transaksi yang membuktikan bahwa Harrison telah mencuri dari kita. Aku menduga bahwa dia menyimpan dendam karena tidak mendapatkan jabatan yang sangat dia inginkan. Aku tidak percaya dia akan melakukan hal terlarang ini hanya karena Daddy tidak menjadikan dia CEO. Dia mungkin berpikir kalau aku tidak pantas mendapatkan jabatan sebagai ceo—"

    "Kenapa kamu tidak pantas mendapatkannya? Fakta bahwa kamu adalah putraku yang menjadikan jabatan ini tepat untukmu." Kata Malvin memotong perkataan Kenan.

    Kenan menyipitkan matanya. Terkadang dia memiliki pemikiran yang buruk bahwa Malvin tidak bahagia karena dia tidak memiliki putra kandung. Kenan juga sering mempertanyakan apakah dirinya pantas mendapatkan semua cinta yang selalu diberikan padanya apakah dirinya tidak tahu malu karena dulu pernah meminta Malvin dan Elena untuk mengadopsinya.

    "Kamu adalah anak Daddy, Kenan. Sebagai anak pertama, kamu mempunyai hak untuk mewarisi perusahaan dan menjadi CEO. Adik-adik perempuanmu akan memiliki Starlight Inc. Kalau mereka ingin mengambil alih kepemimpinan nya." Sambung Malvin, seakan dia tahu apa yang sedang Kenan pikirkan.

    Kenan tersenyum, merasakan kehangatan didalam dirinya setelah mendengar perkataan Malvin. Tetapi tiba-tiba Kenan merasa bersalah atas pemikiran buruk yang terkadang menganggu pikirannya itu.

    Starlight Inc. merupakan sebuah perusahaan yang Elena warisi dari ayahnya. Namun kemudian atas kesepakatan bersama, perusahaan itu digabungkan dengan Narendra Corporation. Elena ingin perusahaan-perusahaan itu dipisahkan kembali suatu saat dan memberikan Starlight Inc kepada salah satu anak gadisnya jika ada diantara mereka yang ingin menjadi CEO seperti kakak laki-laki mereka.

    Kenan mendongak, menatap Malvin. "Aku sangat beruntung memiliki Daddy dan Mommy sebagai orang tuaku. Daddy telah menjadikan aku seperti sekarang."

    Malvin terkekeh kecil. "Kami juga merasa beruntung dan kami akan selalu menyayangi kamu."

    Setelah momen-momen itu, mereka kembali memusatkan perhatian mereka pada masalah yang sedang mereka bahas saat ini.

    Malvin terlihat mengernyitkan dahinya ketika memeriksa file-file itu.

    "Bertahun-tahun yang lalu, ada seorang pria yang melakukan kejahatan terhadap perusahaan. Dia juga seorang direktur keuangan... namanya Justine Hamilton. Kasus hampir serupa." Kata Malvin dan Kenan mengangguk-anggukkan kepalanya, mendengarkan dengan baik.

    Selama pelatihannya menjadi CEO berikutnya mengganti Malvin— ayahnya, Kenan tentu saja telah mempelajari segala hal tentang perusahaan. Fondasinya, sejarahnya, dan semua peristiwa-peristiwa penting yang terjadi selama bertahun-tahun. Jadi, tentu saja Kenan tahu tentang skandal Justine Hamilton, seorang pria yang menjalani hukuman seumur hidup di penjara karena kejahatannya.

    Orang tuanya memang sesekali menyebut tentang Justine ketika mengenang kendala yang harus mereka lalui bersama, padahal saat itu Malvin dan  Elena baru saja menikah.

    "Daddy membiarkan Justine selama beberapa waktu, ketika Daddy masih mencoba mencari bukti, tetapi pria itu tidak pernah mempunyai niat untuk menghentikan kejahatannya. Keserakahannya sudah menguasai dirinya dan dia terus melakukan kejahatan hingga akhirnya dia ditangkap. Pada akhirnya dia kehilangan segalanya. Kenan, file-file ini sudah cukup untuk dijadikan bukti, jangan banyak membuang waktu sampai Harrison memiliki rencana untuk membunuhmu. Kamu harus lebih dulu memenjarakan dia dan apa pun yang terjadi Daddy akan selalu membantumu."

    "Baik Daddy, tapi Daddy belum pernah menceritakan padaku kisah lengkap tentang Justine Hamilton. Apakah Daddy dan dia cukup dekat, dulu?." Tanya Kenan, dia merasa penasaran. Suasana disekitar ayahnya seringkali berubah dingin setiap kali dirinya membicarakan tentang Justine Hamilton.

  

    Malvin menghela napas panjangnya. "Sebenarnya kami—"

    Tok!

    Tok!

    Suara ketukan pintu terdengar, memotong perkataan Malvin. Saat Kenan mengizinkan seseorang itu masuk ke dalam ruangannya, jantungnya berdetak kencang ketika pintu terbuka dan memperlihatkan Bella.

    Kenan tidak melewatkan untuk melihat tatapan aneh yang terlihat diwajah Malvin ketika menoleh kearah Bella yang berjalan mendekati meja kerja Kenan. Raut wajah Ayahnya itu sedikit berubah meski dia telah berusaha menutupi nya dengan senyuman yang tersungging di bibirnya.

    Beberapa menit kemudian, Bella mendapatkan panggilan telepon dan bergegas keluar dari kantor tanpa berpamitan dengan baik, meninggalkan Kenan yang tiba-tiba merasa khawatir. Kenan ingin mengejar Bella, tetapi dia menahan dirinya dan berpikir bahwa dirinya harus memberikan privasi pada Bella dan tidak mengganggunya untuk sementara waktu.

    Sebaliknya, Kenan menoleh kearah Malvin. "Daddy, apakah Daddy punya masalah dengan Bella? Aku melihat cara Daddy memandangnya."

    Malvin mengernyitkan dahi, berdebat dengan isi hatinya. Apakah dirinya harus memberitahu Kenan tentang garis keturunan Bella?. Meski begitu, Malvin tetap harus berpikir dua kali tentang hal itu, Malvin kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak ada, Ken. Daddy hanya merasa bersalah karena karena tidak pernah berhasil menemukan ibu Bella."

    ***

    Beberapa jam kemudian ketika Kenan baru sampai di penthousenya, dia mendapatkan panggilan telepon dari Bella. Jantungnya berdegup kencang sembari berpikir mengapa Bella tiba-tiba menelponnya.

    

    Namun, setelah mengangkat panggilan itu dan mendengar suara tangisan Bella. Perasaan Kenan menjadi tidak tenang. Bahkan dia juga tidak menyadari ketika Bella mengatakan 'Putri kita.' Karena yang Kenan pikirkan saat itu adalah dirinya harus segera menemukan Stevia, apalagi hari sudah hampir malam.

    "Bella, tenanglah. Aku akan datang menjemputmu. Kita akan segera menemukan Stevia, aku janji padamu." Kata Kenan, amarah melanda dirinya ketika dia berpikir siapa yang berani menculik seorang anak didalam kota ini?.

    

    Kenan langsung segera mencari nomor kontak seseorang dan menempelkan benda pipih itu di samping telinganya. "Dante, bantu aku menemukan gadis kecil yang diculik. Dia berambut hitam dan bola matanya hijau hazel. Aku ingin dia segera ditemukan dalam waktu kurang dari satu jam!."

    

    Dante adalah putra Johan Montero dan Yolanda Nicholson— sahabat yang dianggap keluarga oleh keluarga Narendra. Sebuah kelurga Mafia yang berlokasi di kota Redwood, tetapi Dante mengambil alih wilayah kota Brentwood untuk melatih penerusnya menjadi gembong berikutnya.

    "Kak, deskripsi seperti itu saja tidak cukup. Kirimkan aku fotonya!." Jawab Dante.

    Lelaki itu baru berusia 20 puluh tahun sama seperti Evelina. Namun, Dante sudah menunjukkan ciri-ciri sebagai pemimpin yang hebat.

    "Aku akan mengirimnya padamu, tapi ini hanya untuk dilihat olehmu saja. Aku ingin dia selamat." Kata Kenan dan langsung memutuskan sambungan telepon mereka. Kenan kemudian menelpon seseorang.

    **

    Ketika Kenan tiba di gedung apartemen Bella, dia mendapati Bella berada diluar dan terlihat sangat putus asa. Kenan juga melihat kedua mata Bella yang sudah lebam karena terlalu sering menangis.

    Tanpa ragu-ragu, Kenan pun berjalan mendekati Bella dan langsung menarik Bella kedalam pelukannya yang hangat. "Maaf, sayang. Kita akan segera menemukannya, aku janji."

1
PetrolBomb – Họ sẽ tiễn bạn dưới ngọn lửa.
Asyik banget, thor! Makin sering update dong.
Jayrbr
Gak sabar menunggu kisah selanjutnya. Aku ingin tahu apa yang terjadi berikutnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!