Semuanya telah benar-benar berubah ketika mantan kekasih suami tiba-tiba kembali. Dan Elmira Revalina berpikir jika berita kehamilannya akan dapat memperbaiki hubungannya dengan suaminya— Kevin Evando Delwyn
Namun, sebelum Elmira dapat memberitahukan kabar baik itu, mantan kekasih suami— Daisy Liana muncul kembali dan mengubah kehidupan rumah tangga Elmira. Rasanya seperti memulai sebuah hubungan dari awal lagi.
Dan karena itu, Kevin tiba-tiba menjauh dan hubungan mereka memiliki jarak. Perhatian Kevin saat ini tertuju pada wanita yang selalu dicintainya.
Elmira harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Kevin tidak akan pernah mencintainya. Dia adalah orang ketiga dalam pernikahannya sendiri dan dia merasa lelah.
Mengandalkan satu-satunya hal yang bisa membebaskannya, Elmira meminta Kevin untuk menceraikannya, tetapi anehnya pria itu menolak karena tidak ingin membiarkan Elmira pergi, sedangkan pria itu sendiri membuat kisah yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
Kevin tengah bertemu dengan temannya, Aiden untuk minum-minum bersama. Ia memanfaatkan waktu itu untuk bertanya pada Aiden tentang berkembang dari penyelidikannya.
Aiden menggelengkan kepalanya, lalu buka suara. "Ada yang aneh, kawan. Anak buahku pandai mencari tahu... tapi entah bagaimana kasus ini sepertinya sulit untuk di selidiki. Aku tidak mendapatkan kabar apa pun sejak terakhir kali aku memberitahu mengenai rumah sakit."
Pandangan Kevin menyipit. Ia mengingat ketika bagaimana Davina bereaksi setiap kali dirinya mendekati wanita itu, seolah-olah Davina tengah menyembunyikan sesuatu dan takut jika ia akan mengetahuinya.
Kevin menyesap minuman anggurnya. "Tetap teruskan pencarian. Kalau memungkinkan, kumpulkan lebih banyak anak buah. Aku sangat ingin tahu semua tentang Davina Grizelle Ardonio."
Aiden menganggukkan kepalanya, mengerti jika hal ini memanglah sangat penting bagi temannya. Pria itu mengeluarkan ponselnya dan mulai menelusuri media sosialnya ketika dia menemukan sebuah berita.
Matanya terbelalak lebar setelah melihatnya. "Oh, shitt!."
Kevin dengan malas menoleh ke arahnya. "Ada apa, salah satu dari wanita mu membuat masalah lagi?."
"Astaga, bukan seperti itu, kawan. Aku tidak tahu apakah aku harus menunjukkan hal ini kepadamu." Kata Aiden.
"Kenapa? Apa itu ada hubungannya dengan ku?." Tanya Kevin, merasa penasaran.
Aiden tersenyum dan kemudian menunjukkan layar ponselnya. "Sepertinya Nona D sedang jatuh cinta."
Jantung Kevin berdebar kencang.
Ia melihat ponsel Aiden dan membaca berita yang terpampang jelas di sana. Di sana tertulis bahwa desainer Nona D tidak hanya berada di puncak karirnya, tetapi dia juga sedang jatuh cinta. Di bawah judul tersebut ada gambar Aksa yang sedang mencium Davina.
Dari sudut pengambilan gambar, gambar itu tampak seperti mereka adalah pasangan yang penuh kasih sayang yang bertemu setelah seharian bekerja dan saling menghujani dengan ciuman manis.
Gelombang kecemburuan yang kuat menyerbu perasaan Kevin, ia akhirnya menjatuhkan gelas anggurnya, tidak peduli gelasnya pecah berkeping-keping di lantai.
Ia meraih ponsel Aiden dan membaca artikel itu. Di situ tertulis bahwa Aksa telah melamar Davina untuk menjadi kekasihnya dan wanita itu langsung setuju. Siapa yang tidak akan setuju jika pria itu begitu terbuka dan terang-terangan tentang hal itu?
Setiap wanita mencintai pria yang bangga padanya dan bisa memamerkannya kepada dunia.
Kevin mengepalkan tangannya, mencengkram ponsel itu dengan kuat.
Mata Aiden mengerjap. "Wowowo.... pelan-pelan saja, itu ponsel baru ku. Bung."
"Sial." Kevin mengumpat sembari mengacak-acak rambutnya..
Mengapa hatinya merasa begitu sangat sakit? Dan di penuhi dengan begitu banyak perasaan yang bertentangan yang tidak dapat ia pahami sendiri. Yang Kevin ketahui adalah dirinya ingin mematahkan setiap tulang di tubuh Aksa karena dia telah berani memeluk Davina dan menciumnya.
Tiba-tiba ponsel Kevin berdering. Pria itu mengernyitkan dahinya ketika mendapati jika Daisy yang menelponnya. Meskipun merasa enggan, ia tetap mengangkat panggilan tersebut.
"Ada apa?". Tanya Kevin, suaranya terdengar membentak.
"Kevin... aku ingin memberitahu mu kalau aku sudah meminta maaf pada Davina di depan media, dengan harapan kalau hal itu akan membantu meningkatkan reputasi perusahaan. Maafkan aku, Kevin. Aku tidak berpikir panjang ketika mencuri karya Davina. Aku merasa sangat putus asa, tapi sekarang, aku bersedia melakukan apa saja untuk memperbaiki keadaannya." Kata Daisy. "Apakah aku masih bisa bekerja di perusahaan perhiasan mu? Kali ini, aku akan melakukan yang terbaik. Aku janji, Kevin."
Dahi Kevin terlihat berkerut. Dirinya tidak berminat untuk mengobrol dengan Daisy, jadi ia langsung menyetujuinya supaya wanita itu tidak terus menerus mengganggu dirinya. "Baiklah, kamu bisa kembali bekerja."
Di balik panggilan itu, Daisy tersenyum dengan percaya dirinya. 'Aku tahu Kevin akan memaafkan aku. Dia masih pasti masih sangat mencintai aku.'
Wanita itu kemudian kembali buka suara dengan penuh semangat. "Kevin, karena kamu sudah mengumumkan pertunangan kita di media dan hari pertunangan kita juga tinggal beberapa hari lagi, bagaimana kalau aku menguji keluarga mu?."
Kevin melamun ketika mendengar kata-kata Daisy. Ia memikirkan bagaimana Davina bisa begitu saja langsung setuju untuk berpacaran dengan Aksa dan karena memikirkan hal itu, hatinya terasa sesak oleh rasa sakit yang tidak dapat di gambarkan.
'Davina... apakah kamu benar-benar mencintai pria itu?." Gumam Kevin sangat lirih, ia mengepalkan tangannya.
"Halo? Kevin? Apa aku boleh mengunjungi keluarga mu sebelum upacara pertunangan kita?." Suara Daisy terdengar dari speaker ponsel membuat Kevin tersadar dari lamunannya, tetapi ia benar-benar sedang tidak berminat untuk mengobrol dengan Daisy, apalagi membicarakan tentang acara pertunangan mereka.
"Aku sangat sibuk akhir-akhir ini, berusaha mengatasi dampak skandal karena ulahmu. Upacara pertunangan kita di tunda sampai waktu yang akan di tentukan." Jawab Kevin dan tanpa menunggu jawaban dari Daisy, atau setidaknya mengetahui apakah wanita itu setuju atau tidak, Kevin segera memutuskan sambungan panggilan mereka secara sepihak. Kepalanya saat ini sedang di penuhi dengan begitu banyak pikiran. Kevin tidak bisa menghilang bayangan Aksa yang berani mencium Davina dari benaknya.
Rasa cemburu yang membakar dadanya begitu kuat hingga dapat memicu kebakaran. Kevin beranjak dari tempat duduk dan pergi begitu saja meninggalkan klub.
Sebelum ia menyadarinya, Kevin telah membelokkan kemudinya ke parkiran apartemen Davina. Kevin mengetahui letak dimana Davina tinggal setelah pernah memeriksa ketika Davina mengisi data diri pribadinya saat mereka menjalin kerja sama. Ia masih mengingat jelas di mana letak alamat Davina.
Pria itu mengeluarkan ponselnya dan menelpon Davina.
Dan pada waktu yang bersamaan, Davina baru saja selesai menidurkan anak-anaknya dan tiba-tiba ia mendapati sebuah panggilan dari Kevin. Ia mengernyitkan dahinya dan langsung menutup panggilan tersebut.
Namun, Kevin terus menerus menelponnya seperti seseorang yang akan menagih utang. Membuat Davina menghela napasnya sembari memutar bola matanya, malas. "Halo, Kevin, kenapa kamu menelpon ku malam-malam begini?."
"Cepat turun atau aku yang naik ke atas?!." Perintah Kevin dan memutuskan panggilan tersebut, seakan sengaja tidak memberikan ruang untuk Davina menolaknya.
Mata Davina mengerjap. Ia terkejut, tetapi juga tidak mengerti dengan apa yang Kevin inginkan.
Davina tahu jika Kevin tanpa ragu akan menindaklanjuti ancamannya dan datang ke apartemennya, jadi ia terpaksa meninggalkan apartemen dan turun ke bawah, tidak ingin jika anak-anak mendengar apa yang mungkin akan mereka bicarakan.
Setelah turun, Davina mendapati jika pria itu sedang berdiri di luar mobilnya, raut wajahnya terlihat sangat datar dan tanpa lekukan senyum di bibirnya. Ketika Kevin melihat Davina yang sudah turun, pria itu berjalan mendekatinya.
Davina mengerenyitkan dahinya. "Apa yang bisa aku bantu—"
Sebelum Davina sempat mengatakan apa pun, Kevin yang saat itu sudah berada di hadapannya, langsung mendekapnya dan menekan tengkuk kepalanya, memberikan ciuman yang kuat di bibirnya dan menukas perkataan wanita itu.
Kedua mata Davina terbuka lebar dan ia benar-benar sangat terkejut hingga otaknya lupa memerintahkan anggota tubuhnya untuk mendorong Kevin.
Sebelah tangan Kevin melingkarkan di pinggang Davina dan menarik tubuh wanita itu mendekat sembari memberikan ciumannya yang ganas, seakan-akan Kevin terlihat ingin menghapus jejak ciuman Aksa di bibir Davina.
'Oh, sial.' Batin Kevin ketika merasakan sentuhannya dengan bibir ranum Davina. Ia tidak menyangka ciuman itu akan terasa begitu nikmat... ia merasa seperti hendak meledak di dalam lubuk hatinya karena ribuan emosi yang mengalir deras di dalam dirinya...
Mencium Davina terasa begitu...
Kevin tiba-tiba mendesis dan menjauh dari Davina sebelum akhirnya menyeka bibirnya dengan ibu jarinya. Kevin tampak sedikit menahan rasa sakit. "Kamu menggigit ku?."
Namun, dada Davina naik turun karena amarah yang meluap dalam dirinya. Ia mencoba mendorong tubuh keras Kevin, tetapi pria itu tidak mau bergerak, jadi akhirnya Davina menggigit bibirnya.
Mengangkat tangannya, ia langsung menampar wajah Kevin, kekuatan tamparannya memiringkan kepala pria itu ke samping. "Berani sekali kamu menyentuh ku!."
Davina melayangkan tatapan tajamnya sebelum akhirnya berlari masuk ke dalam gedung dengan jantungnya yang berdebar kencang.
(Jangan lupa komentar dan kasih ulasan kalian)