Letnan satu Bisma Dwipangga patah hati setelah diputuskan oleh tunangannya. Hubungannya yang sudah terjalin cukup lama itu, kandas karena sebuah alasan. Demi sebuah jenjang karier yang masih ingin digapai, dr. Jelita Permata terpaksa mengambil keputusan yang cukup berat baginya.
"Aku ingin melanjutkan studiku untuk mengejar dokter spesialis. Kalau kamu tidak sabar menunggu, lebih baik kita sudahi hubungan ini. Aku kembalikan cincin tunangan ini." Dr. Lita.
"Kita masih bisa menikah walaupun kamu melanjutkan studi menjadi Dokter spesialis, aku tidak akan mengganggu studi kamu, Lita." Lettu Bisma.
Di tengah hati yang terluka dan patah hati, Bu Sindi sang mama justru datang dan memperkenalkan seorang gadis muda yang tidak asing bagi Letnan Bisma.
"Menikahlah dengan Haura, dia gadis baik dan penurut. Tidak seperti mantan tunanganmu yang lebih mementingkan egonya sendiri." Bu Sindi.
"Apa? Haura anak angkat mama dan papa yang ayahnya dirawat karena ODGJ?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Menemui Ayah
Haura termenung memikirkan perkataan Bisma, juga perkataan kedua orang tua angkatnya yang meminta dirinya mau menerima perjodohan dengan Bisma. Kalau ada balas budi yang bisa dia balas, lebih baik membalas dengan hal lain, tidak dengan perjodohan.
Karena merasa sangat sedih, hari ini Haura memutuskan untuk pergi ke yayasan di mana sang ayah menjalani perawatan karena sakit jiwa.
Haura keluar dari kamarnya. Sayang sekali saat mulai melangkah, matanya melihat sosok yang akhir-akhir ini ingin ia hindari. Bisma baru turun dari tangga, dia sudah rapi dengan kaos berkerahnya, dibalut topi di kepalanya. Wangi parfum yang selalu ia gunakan mulai tercium dari jarak beberapa meter. Bisma terlihat sangat sempurna sebagai laki-laki, perempuan mana yang tidak akan berdecak kagum dengan penampilan Bisma seperti ini?
Bisma tidak pergi ke kantor, karena kesatuannya libur setiap dua hari dalam sepekan, yakni Sabtu dan Minggu. Sepertinya dia akan pergi ke suatu tempat jika sudah rapi seperti ini.
Haura melanjutkan langkahnya dengan wajah menunduk, ia berusaha menghindari tatapan Bisma.
“Mau ke mana, pacaran, ya?” Tiba-tiba Bisma bersuara yang ditujukan untuk Haura. Haura menghentikan langkahnya karena merasa terganggu dengan ucapan Bisma yang tidak benar. Haura tidak menjawab, dia diam karena malas untuk berdebat dengan kakak angkatnya itu.
“Mentang-mentang tidak ada mama dan papa, kamu main seenaknya keluyuran. Senang-senang di luar sama pacar kamu itu,” dumel Bisma lagi membuat Haura terpaksa harus melawan.
“Kalau iya kenapa, tidak rugi buat Kak Bisma, bukan?” jawab Haura membuat kuping Bisma panas. Bisma merasa jawaban Haura mengena pada jantungnya, walau Haura bukan siapa-siapanya, tapi entah kenapa jawaban itu membuat hatinya sedikit tersakiti.
“Kalau kamu pacaran itu artinya kamu tidak menghargai perjuangan mama dan papa yang sudah menyayangi kamu apa adanya,” jawab Bisma tidak kalah menyakiti hati Haura. Karena selama ini dia merasa tidak pernah tidak menghargai perjuangan kedua orang tua angkatnya yang selama ini sudah menyayanginya secara tulus.
Haura tidak menjawab, ia justru ingin segera pergi dari sana untuk menghindari Bisma yang dinilainya sudah berlebihan.
“Maaf, Kak, Haura harus pergi. Assalamualaikum.” Haura melangkah melewati Bisma yang terlihat kesal karena merasa diabaikan.
“Tunggu sebentar,” tahan Bisma seraya meraih lengan Haura dan menariknya dengan kuat, sehingga tubuh mereka kini saling berhadapan. Haura menjauhkan wajahnya berusaha menghindar dari wajah Bisma yang begitu dekat, tapi Bisma begitu kuat menahan lengan dan tubuh Haura.
“Tolong lepaskan, Kak. Haura harus pergi.” Haura meminta Bisma melepaskan tubuhnya, ia berusaha meronta.
“Seenaknya kamu mau pergi pacaran, giliran kemarin aku tungguin, kamu tidak datang. Sekarang kamu harus ikut aku, untuk menebus janji kamu kemarin yang tidak kamu tepati,” paksa Bisma seraya menarik lengan Haura menuju keluar.
Haura terperangah, dia merasa tidak janjian dengan Bisma kemarin. Bukankah Bisma menulis di secarik kertas dan mengajaknya ketemuan di Senvira Cafe, dengan maksud mentraktirnya makan sebagai rasa terimakasih?
“Maaf, Kak. Haura tidak bisa, Haura benar-benar harus pergi. Lagian kemarin Haura tidak menjanjikan akan menemui Kakak,” tolak Haura seraya berontak lagi.
“Kamu memang tidak menjanjikan, tapi setidaknya kamu hargai ajakan aku. Jangan hanya pacar kamu yang tengil itu yang kamu hargai,” dengus Bisma.
Perdebatan antara Bisma dan Haura yang masih berlangsung, tidak sengaja diketahui Bi Mimin yang bermaksud akan ke depan sembari menjinjing sapu. Bi Mimin menahan langkahnya, ia terperanjat saat melihat Haura dan Bisma begitu dekat, mereka seperti sedang akan beradegan romantis.
“Ya ampun, gawat, ini gawat. Bu Sindi harus tahu kalau kelakuan Non Haura dan Den Bisma sudah semakin bahaya. Lebih baik aku bidik dulu pakai kamera Hp untuk didokumentasikan, selebihnya aku rekam,” putus Bi Mimin sembari mengarahkan Hp nya menuju Haura dan Bisma yang posisi tubuhnya begitu dekat. Diduga Bi Mimin, mereka saat ini sedang beradegan romantis.
“Mereka seperti sedang berdebat, apa yang mereka debatkan? Kalau aku melangkah lebih dekat, nanti takutnya mereka melihat keberadaanku. Bisa-bisa Den Bisma marah jika aku ketahuan merekam adegan mereka."
“Wah, ini sih lebih seru dan hot dari drama Korea yang aku tonton. Ceritanya marahan, padahal cintaan,” gumam Bi Mimin sembari terus merekam Haura dan Bisma.
“Tolong lepaskan, Kak. Haura benar-benar harus pergi,” ronta Haura. Tangannya yang lebih kecil dari Bisma tidak mampu menepis cengkraman kuat Bisma.
“Kalau mau pergi pacaran lebih baik tidak usah pergi. Kamu jangan seenaknya keluar masuk rumah ini kalau untuk pergi pacaran,” larang Bisma seenaknya, membuat Haura semakin kesal.
“Haura memang mau pacaran, jadi tolong lepaskan tangan Haura,” ronta Haura berusaha meloloskan diri dari Bisma.
“Ok, pergilah. Pacaran sepuas mu,” tukas Bisma seraya menghempas lengan Haura kasar dan terlepas.
Haura cukup terhenyak dengan perlakuan Bisma yang keterlaluan, tangannya yang ditepis begitu saja oleh Bisma, kini sedikit mengalami sakit.
Haura menatap sejenak wajah Bisma dengan kesal sembari menahan bening-bening di sudut mata. Kemudian Haura pergi begitu saja meninggalkan Bisma yang masih menatapnya tajam.
“Haura, jangan katakan kalau kamu mau pacaran,” teriak Bisma kesal karena merasa diabaikan.
Haura segera melajukan motornya menuju sebuah yayasan di mana sang ayah dirawat di sana. Tidak kalah gerak cepat, Bisma juga keluar dari rumah, ia segera menyalakan mobilnya dan keluar gerbang. Mobilnya melaju sesuai rute yang diambil Haura. Untungnya Bisma sudah menyimpan nomer HP Haura, yang berhasil ia curi dari Hp sang mama malam itu.
Bisma tidak kehilangan jejak Haura, karena ia sudah mengaktifkan GPS untuk melacak di mana keberadaan Haura.
Sementara itu Bi Mimin yang sudah merekam kejadian antara Haura dan Bisma tadi, merasa girang karena berhasil merekam adegan tadi dari awal sampai akhir, sehingga ia ada bukti kuat untuk melaporkan kelakuan kedua anak majikannya itu.
“Untung saja aku berhasil merekamnya sampai akhir,” ujar Bi Mimin seraya kembali meneruskan pekerjaan rumahnya yang masih banyak.
***
Motor Haura berhenti di depan sebuah gerbang. Di atas gerbang itu ada gapura bertuliskan, selamat datang di Yayasan Peduli Orang Sakit. Di yayasan inilah Haura akan menjumpai sang ayah, yang selama ini dirawat dengan baik di yayasan ini.
Yayasan ini merawat **Alfan**, ayah kandung Haura dengan baik. Tentu saja biaya Alfan adalah uang jaminan dari sertifikat tanah dan sepetak rumah yang digadaikan di bank. Sehingga pihak yayasan dengan senang hati merawat Alfan sebaik mungkin.
Mobil Bisma berhenti juga tepat di depan gerbang itu, ternyata dia baru tahu kalau Haura pergi hanya untuk menemui sang ayah. Bisma beberapa saat merasa bersalah terhadap Haura, karena ia sudah menduga yang tidak-tidak.
kamu juga sering menghina Haura...
sama aja sih kalian berdua Bisma dan Jelita...😤
🤬🤬🤬🤬🤬🤬
cinta tak harus memiliki Jelita..siapa suruh selingkuh😁😁😁😁
ada ada aja nih jelita 😆😆😆😆😒
gak sia² si Bisma punya mulut bon cabe 🤣🤣🤣🤣
bilang aja kejadian yang sebenarnya...
Bisma salah paham...