Sebuah ramalan kemunculan raja iblis berhasil membuat dunia kacau balau akibat kemunculan para monster, makhluk mistis serta fenomena alam baru.
Untungnya manusia masih memiliki secercah harapan. Mereka adalah para manusia yang berhasil membangkitkan kekuatan hebat, mereka disebut Awakening.
Akan tetapi, apakah secercah cahaya itu dapat mengalahkan kegelapan yang begitu besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galaxy_k1910, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Rajendra 3
Grep!
Sebuah tangan kecil menarik pakaian Karsa.
"Papa, coba liat,"
"Kuenya enak. Papa coba mamam."
Karsa terdiam. Jauh di dalam hatinya dia berteriak kegirangan melihat keimutan sang putri.
Pria itu memasang senyuman manis dan mengelus kepala sang putri. "Nanti dulu ya, Eki. Papa masih berbicara dengan tamu lain, kamu ke Mamamu dulu ya."
Ia berkata sambil menyeka noda krim pada bibir Ekilah.
Ekilah menjulurkan piring kue tersebut. "Papa coba mamam dulu!"
Karsa pun menerima piring tersebut dan mencicipi potongan kecil kue. Dia lalu tersenyum lebar.
"Wah! Ini kue yang enak. Eki pintar sekali memilih kue!"
Ekilah tertawa senang. "Eki mau jalan-jalan, boleh ya." Gadis kecil itu menatap Karsa dengan mata berbinar-binar.
Karsa terdiam sebentar. Ia tahu seperti apa sifat sang putri, semakin dilarang maka semakin tertantang juga Ekilah untuk melakukannya.
"Baiklah, kalau tersesat kamu tinggal minta bantuan ke penjaga yang berseragam oke."
"Oke." Ekilah mengacungkan jarinya yang membentuk kode 'oke' lalu berjalan pergi meninggalkan sang ayah menuju sebuah taman.
"??" Para bangsawan tadi menatap heran ke arah Karsa.
Begitu Ekilah pergi, ekspresi ramah pada wajah Karsa langsung menghilang. Pria bermata ungu itu menatap tajam ke sekumpulan bangsawan tadi.
"Apa kalian sudah selesai menggonggong? Kalau begitu aku pergi dulu."
Pria berambut putih itu pun kembali pada Rahayu dan Arkara.
Ada banyak hal yang membuat para bangsawan tidak menyukai Karsa.
Pertama, pria itu pernah hampir membunuh seorang anak bangsawan karena alasan sepele. Kedua, walau Karsa memiliki wajah polos dia benar-benar orang yang bar-bar. Ketiga, dia tidak mempedulikan tata krama bangsawan dan hanya bertindak sesuka hatinya. Dan lain sebagainya.
Melihat perubahan pria kejam itu sukses membuat mereka terkejut.
"Kamu tidak membuat masalah kan?" tanya Rahayu.
Karsa mengangguk.
"Apa kamu mengejek orang lain?"
Karsa menggeleng.
"Apa kamu sudah menyapa saudaramu yang lain?"
Karsa terdiam. Dia lalu mengantikan Rahayu menggendong Arkara.
"Kamu benar-benar tidak mau memperbaiki hubungan kalian?"
Karsa tetap diam di mana hal itu membuat Rahayu menghela nafas lelah.
Layaknya acara para bangsawan pada umumnya, semua tamu mulai bercengkrama satu sama lain untuk membangun koneksi. Ada banyak politikus, pengusaha, selebritis, hingga Awakening terkenal yang di undang.
Semua emas dan barang-barang mengkilat yang memantulkan cahaya matahari, suara musik dan obrolan tak berguna yang ada di ruangan ini membuat kepala Karsa terasa pecah.
"Aku lebih suka mendengar rengekan Ekilah yang meminta dibelikan kucing besar dari pada harus berada di tempat seperti ini semalaman," batin Karsa.
Menyadari suasana hati Karsa yang memburuk, Rahayu hanya bisa menepuk pelan punggung sang suami.
"Papa! Mama! Aku ada kabar baik!"
Teriakan Ekilah terdengar. Untungnya tak banyak orang yang mempedulikan hal itu. Gadis kecil itu mendatangi kedua orang tuanya sambil mengandeng tangan seorang anak laki-laki.
"Ada apa, Eki?" tanya Rahayu yang berjongkok, menyamakan tingginya dengan Ekilah.
Ekilah kecil menunjuk ke arah anak laki-laki tampan di sebelahnya.
"Aku mau menikah dengan Anshi!"
Jdar!
Bagai di sampar petir di siang bolong. Kini ketidaksukaan Karsa dalam mengikuti acara para bangsawan makin meningkat.
"Akak mau nika?" tanya Arkara sambil memegangi pipi sang ayah.
"Tidak Boleh!" Karsa berkata dengan nada tegas.
Dan penolakan itu justru membuat Ekilah makin cemberut.
"Kenapa gak boleh? Dia tampan kok."
Karsa mencoba untuk mempertahankan senyumannya. "Kamu tidak bisa menikahi seseorang hanya dari wajahnya saja, Eki."
"Kenapa tidak? Mama kan mau menikah sama Papa karena Papa tampan."
"Siapa yang bilang itu?"
"Mama."
Karsa langsung menatap sang istri dengan tatapan tak percaya.
"Ahaha, Eki sayang. Kamu gak bisa menikahi seseorang secara paksa." Rahayu mencoba mengabaikan tatapan sang suami.
Ekilah mengerutkan keningnya sebal. "Loh kenapa~?"
"Karena pernikahan itu bukan permainan Sayang~" Rahayu mencubit pipi putri kecilnya.
Mata biru kehijauan wanita itu melirik ke anak laki-laki yang dibawa putrinya. Anak itu memiliki rambut agak gondrong berwarna biru muda yang cerah serta mata berwarna biru gelap.
"Wah, hebat sekali anakku memilih bibit unggul," batin Rahayu bangga, "tunggu dulu, sepertinya aku pernah melihat anak ini, tapi di mana ya?"
"Ya ampun, Anshier. Kamu dari mana saja, ibu mencari dirimu dari tadi."
Seorang wanita berpakaian mahal dan elegan muncul dengan langkah tergesa-gesa yang diikuti oleh beberapa pelayan.
Mengetahui sosok yang mendekat Karsa pun langsung memberikan salam kehormatan. "Suatu kehormatan bisa bertemu dengan anda, duchess Barqian."
Rahayu pun berdiri kembali. "Oh, jadi dia anak dari bangsawan luar negeri," batinnya.
Rahayu tidak berasal dari keluarga bangsawan jadi dia tidak tahu dan tidak terlalu peduli dengan keluarga bangsawan atau apapun itu. Mengurus dua anak kecil sudah cukup untuk menyita banyak waktunya.
"Anda..." Wanita berambut biru muda itu terlihat kebingungan memanggil Karsa.
"Saya Karsa Rajendra dan ini adalah putri saya, Ekilah Rajendra. Mohon maaf bila putri saya sudah merepotkan anak anda, Duchees."
Wanita itu tertawa kecil. "Tidak apa-apa, tuan Karsa. Mereka masih anak-anak."
Ia menoleh ke anak laki-lakinya yang terus memperhatikan Ekilah. "Sepertinya mereka berdua bisa memiliki hubungan baik di masa depan."
"Hahaha," Karsa tertawa kering.
Mata biru wanita itu pun memperhatikan Rahayu. Dia kemudian teringat pada suatu ingatan yang hampir ia lupakan.
"Anda!"
"Hm? Saya?" Rahayu sendiri kebingungan.
Grep!
Duchees menggenggam kedua tangan Rahayu dengan antusias. "Anda orang yang pernah menolong saya dari para preman waktu berkunjung ke negara ini kan."
"Eh?" Rahayu makin bingung
Duchees pun membicarakan kunjungannya ke negara ini diam-diam jadi tak banyak masyarakat yang tahu. Wanita itu juga tak membawa banyak pengawal mengingat negara Mandaraka ini merupakan negara yang tingkat kriminalitasnya cukup rendah.
Yah, intinya ketika sedang dihadang oleh preman kampung di saat para pengawalnya sedang pergi, Rahayu datang bak pahlawan dan mengusir mereka.
"Ah!" Akhirnya Rahayu pun ingat. "Jadi anda adalah wanita tolol yang masuk ke kawasan preman dengan perhiasan berlebih itu."
"!!"
Karsa sedikit panik ketika sang istri menyebut Duchees dari kerajaan ternama dengan sebutan wanita tolol. Belum lagi ada beberapa pelayan Duchees yang terlihat tidak senang dengan ucapan Rahayu.
Duchees sendiri tidak mempermasalahkan ucapan Rahayu.
"Iya itu benar. Senang rasanya bertemu dengan penyelamat hidup saya setelah sekian lama. Waktu itu saya sempat meminta bantuan para polisi untuk mencari anda untuk mengucapkan rasa terima kasih tapi mereka tidak bisa menemukan anda di mana pun."
Duchees tersebut menunjukkan senyuman lebarnya.
"Ah, jadi karena itu aku dikejar oleh para polisi selama 1 bulan lebih," batin Rahayu tersenyum datar mengingat masa lalunya.
Kedekatan antara Rahayu dan seorang bangsawan ternama dari kerajaan lain ini tentu mengundang rasa penasaran banyak pihak.
"Jadi aku boleh menikah sama cowok ganteng ini kan, Ma?" tanya Ekilah dengan wajah polosnya.
Alis Karsa mengerut kesal. Sedangkan kedua wanita tadi nampak tersenyum.
"Sepertinya anak kita memiliki ketertarikan satu sama lain ya," ujar sang Duchees dengan senyuman tulus.
"Ahaha, kamu harus menunggu sampai dewasa dahulu Eki sayang." Rahayu mengelus kepala sang putri.
"Eki sudah dewasa kok. Papa bilang dewasa itu bukan ukuran tapi pemikiran," balas Ekilah sambil menunjuk kepalanya dengan kedua tangan.
Dan ekspresi Karsa pun makin menyeramkan.