Novel ini terinspirasi dari novel lain, namun di kemas dalam versi berbeda. Bocil di larang ikut nimbrung, bijaklah dalam memilih bacaan, dan semua percakapan di pilih untuk kata yang tidak baku
-Entah dorongan dari mana, Dinar berani menempelkan bibirnya pada mertuanya, Dinar mencoba mencium, berharap Mertuanya membalas. Namun, Mertuanya malah menarik diri.
"Kali ini aja, bantu Dinar, Pak."
"Tapi kamu tau kan apa konsekuensinya?"
"Ya, Saya tau." Sahutnya asal, otaknya tidak dapat berfikir jernih.
"Dan itu artinya kamu nggak boleh berenti lepas apa yang udah kamu mulai," kata Pak Arga dengan tegas.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon An, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Gerak geriknya seolah seperti cacing kepanasan, namun semakin dia bergerak, semakin tidak bisa mengontrol dirinya
"Panas," Gumamnya.
Pak Arga hanya diam, tidak melakukan apa-apa. Sedangkan Dinar? Dia semakin tidak terkendali, frustrasi melanda dirinya sendiri. Manik matanya menatap Pak Arga, dan tubuhnya merespon dengan aneh.
"Panas, panas," Ujarnya untuk kesekian kali sambil mengibas-ngibaskan pakaian yang dia kenakan.
Rasa panas semakin menjalar ke seluruh tubuhnya. Tanpa pikir panjang, Dinar melepaskan pakaian yang dia kenakan dan melemparkannya. Dia memerlukan udara yang sejuk.
Sepontan, Pak Arga mengalihkan pandangannya, laki-laki itu tampaknya tidak ingin menatap Dinar.
"Apa yang kamu lakukan? Pakai bajumu," Ucapnya tegas.
Dengan perasaan kacau, Dinar menggelengkan kepala, "Jangan paksa Dinar, Pak, Dinar ngerasa kepanasan banget."
Buliran keringat memenuhi tubuh wanita itu. Pak Arga mungkin tahu betul betapa sulitnya kondisi menantunya saat ini.
"Saya nggak peduli, kamu harus bisa nahannya. Pakai bajumu sekarang, Dinar."
"Dinar paham betul. Ta-tapi Dinar ngerasa tercekik, Pak. Rasanya panas kali, mencekik.., Panas..."
Pak Arga menoleh dan menghela napas. "Baik, kalau gitu saya mau tinggalin kamu sendiri,"
Pak Arga bergerak untuk pergi, namun dorongan aneh dalam diri Dinar membuat tangannya menahan laki-laki itu untuk pergi.
Dinar dengan sempoyongan mendekat. Jarak mereka cukup dekat. Dinar merasa Pak Arga sedikit terkejut dengan apa yang Dinar lakukan, dan matanya membulat sempurna.
"Dinar, kamu-”
"Maafin Dinar, Pak."
Entah dorongan dari mana, Dinar berani menempelkan bibirnya pada ayah mertuanya. Dinar mencoba mencium, berharap mertuanya itu membalas. Namun, Pak Arga malah menarik diri.
"Kamu-"
"Kali ini aja, bantu Dinar, Pak." Pak Arga menghela napas panjang, dia sedikit terkejut dengan tingkah menantunya. Walaupun dia tau bahwa menantunya itu tengah di bawah kendali obat perangsang.
"Saya pria normal. Sudah dari tadi saya berusaha sekuat tenaga buat nahan hasrat, tapi kamu malah makin menggoda saya. Kamu tau ap-"
"Dinar gak coba buat ngegodain siapa pun. Aku cuman ngerasa tersiksa sama semuanya! Rasanya sesak, tercekik dan panas, Pak!" Ujarnya frustrasi.
"Tapi kamu tau kan apa konsekuensinya?"
"Ya. Saya tau." Sahut Dinar asal, otaknya tidak dapat berfikir jernih lagi.
"Dan itu artinya kamu nggak boleh berenti lepas apa yang udah kamu mulai!" Kata Pak Arga dengan tegas.
"Untuk apa berenti, jika mulai aja belum, Pak." Ujarnya sambil mengalungkan tangannya di leher Pak Arga.
Dorongan obat perangsang itu membuatnya kehilangan kontrol. Lihatlah, apa yang sedang Dinar lakukan sekarang? Dia bertindak seperti wanita murahan yang menggoda serta membuka jalan untuk sesuatu yang seharusnya tidak pernah terjadi.
Merasa mendapatkan lampu hijau, dengan lembut Pak Arga meraba bibir Dinar, membelainya di sana.
"Kamu nggak akan bisa berhenti lepas setelah semua ini," Ucapan sarkas itu dibumbui dengan balutan ketegasan di dalamnya.
Bibir Dinar terasa hangat. Sentuhan yang lembut dan menenangkan. Dinar membuka bibirnya, membiarkan setiap sentuhan terasa hingga ke dalam, Dinar mungkin sadar bahwa Pak Arga adalah seorang pencium yang sangat mahir.
Kali ini, setiap gerakan yang Laki-laki itu berikan membuat tubuhnya terasa lelah. Untung saja pinggangnya dirangkul oleh tangan kekar Pak Arga.
Dinar memejamkan mata, menikmati setiap cumbuan dan sentuhan. Tanpa sadar, tubuhnya sekarang sudah berbaring di ranjang empuk di bawah kukungan pria matang itu, juga tanpa melepaskan tautan bibir satu sama lain.
Ciumannya Pak Arga turun membelai leher Dinar. Sial! Pak Arga menemukan titik sensitif milik Dinar, Tangannya tidak hanya tinggal diam. Perlahan, tangan Pak Arga menelusup ke sisi belakang punggung Dinar dan mulai mencari pengait untuk melepasnya. Ketika penutup dada terbuka, Dinar seketika merasa merona.
Pak Arga menatap wajah Dinar yang memerah dan kemudian tersenyum. "Kamu sangat indah," Ucapnya serius dengan nada parau.
Memalingkan wajah dan tersenyum merona. Rona pipi Dinar tidak menghentikan apa yang sedang terjadi. Pria itu menenggelamkan wajahnya pada dadanya. Dinar melenguh menahan erangan dari bibirnya.
Dinar terkejut ketika puncak dadanya terasa hangat. Pria itu membungkusnya dengan lidah dan menggerakkannya secara lembut, memainkan lidahnya di sana dengan penuh kemesraan hingga kemudian gerakan itu terasa sangat menuntut, membuat Dinar menggeliat.
Cukup lama Pak Arga sudah melakukan hal tersebut-
"Sekarang, buka lebar kakimu, Dinar,"
Dinar mengangguk dan membuka lebar kakinya seperti yang dia minta. Dengan cepat, wajah Pak Arga menyelami di dalam sana.
Tangan Dinar mengepal saat merasakan belaian menyusup ke liang pusaranya. Tangannya meremas sprei menahan gejolak.
"Arhggg.., ini indah sekali!" Ucapnya saat melihat daging yang amat lembut bewarna tidak terlalu merah itu.
"Arhggg k-kau indah sekali.., Dinar, aku udah gak sabar buat, arhggg-" Sambungnya terpatah.
"Ahh.., shh..," Desahan yang lolos semakin membuat Pak Arga semangat. Pertikaian mereka di ranjang membuat perasaan sesak Dinar meluap begitu saja. Dinar berakhir menikmatinya dan panas yang tadi mencekik dirinya berangsur hilang secara perlahan.
Keringat mereka sebagai pertanda bahwa mereka hampir meraih penyelesaian bersama.
Suara erangan kecil dan suara kedua pangkal paha yang saling menyatu menjadi harmoni pengiring penyatuan mereka malam itu.
...BERSAMBUNG, ...
Sebenernya yang salah obat perangsang apa Dinar ya? atau jangan-jangan?🤔