"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh dua
Pukul tujuh malam, Damian baru tiba menginjakkan kakinya di rumah. Hari ini begitu melelahkan, niat Damian tadi inginnya pulang cepat kerumah saat sore hari, tapi semua rencananya harus ketunda karena kedatangan rekan bisnisnya yang ingin bertemu untuk membahas kerja sama mereka.
Mau tau tidak siapa rekan bisnisnya yang datang tiba-tiba kayak jailangkung, Arthur. Sekali lagi Arthur! Damian kesal, dia hendak menerobos keluar meninggalkan Arthur bersama sekretarisnya dan Niko, namun dengan cepat badannya di tarik paksa oleh Arthur.
Damian kesal dibuatnya, hingga selanjutnya kedua laki-laki berbadan besar itu berantem- berdebat, dengan Damian yang kekeuh ingin pulang dan Arthur yang selalu menahan tubuh Damian yang hendak pergi dari ruangan kerja laki-laki itu.
Niko sebagai manusia paling waras di situ, ada juga sekretaris Arthur yang bingung melihat kedua laki-laki di depannya yang terus berantem tanpa henti. Niko memberikan sedikit penjelasan pada Damian untuk meluangkan sedikit waktunya untuk membahas kerja sama perusahaan dengan Arthur, Damian dengan keras kepalanya menolak.
Namun Niko dengan penuh pengertian dan menahan kesal atas kelakuan bosnya itu, membujuk agar Damian mengalah sedikit untuk urusan ini. Dan akhirnya Damian mau juga, walau sepanjang pembicaraan tatapan tajam Damian tidak pernah lepas sedikitpun ditunjukkan untuk Arthur.
"Sayang, aku pulang. " ucap Damian begitu kakinya masuk ke dalam ruang santai.
Helena yang tengah asik menonton film di televisi terlonjak kaget mendengar ucapan Damian, bukan karena suara Damian yang keras, tapi panggilan sayang Damian padanya membuat Helena deg-degan.
"K-kamu udah pulang? " tanya Helena dengan gugup.
Damian mengangguk, menyimpan tas kerjanya di atas meja. Dia ikut duduk di samping Helena dengan memeluk erat pinggang wanita itu, "Aku kangen. "
Helena mengernyit geli mendengar ucapan sedikit nada manja Damian, tidak terbiasa akan sikap baru Damian ini yang biasanya dingin dan cuek.
"Kamu kenapa sih? Geli banget aku dengarnya. "
"Aku kangen kamu, emang gak boleh? Kamu aneh banget, suaminya kangen pengen di sayang-sayang, kamu malah ngatai aku geli. "
Helena bergedik geli melihat Damian yang merajuk dengan bibir maju cemberut, sangat tidak cocok sekali! Damian terlihat sangat menggelikan dimatanya.
"Kamu jangan gitu, ih, aku benar-benar takut sama kelakuan kamu ini. "
Damian berdecak kesal mendengar ucapan Helena yang terdengar begitu takut dan geli, dia menjauhkan badannya yang tengah memeluk pinggang Helena, dia menatap intens wajah Helena membuat wanita itu kikuk sendiri di tempatnya.
"Kamu kenapa sih? " tanya Helena, jengah juga melihat Damian yang terus memperhatikannya dengan intens.
"Kata Niko kalau mau punya anak dengan cepat, kita harus rajin ngelakuin itu tiap malam. " ujar Damian kemudian, dia kembali mengutarakan keinginannya pada Helena.
"Hah? Tiap malam? Kamu becanda? " kaget Helena, bergedik ngeri bila kegiatan semalam yang membuat bagian bawahnya sakit harus dilakukan setiap malam, di pikir Helena robot apa?! Ada-ada saja.
"Kok becanda? Aku beneran lah, emang kamu gak mau punya anak sama aku? " tanya Damian dengan wajah kesal dengan bibir yang cemberut.
Helena terdiam sejenak, tidak menduga mendengar bahwa Damian ingin memiliki anak bersamanya, "Kamu beneran pengen punya anak? Sama aku? Aku sebagai ibunya? " tanya Helena memastikan, Helena merasa beberapa hal yang tengah terjadi ini hanya sebuah mimpi yang dulu sangat di inginkannya.
"Ya emang sama kamu, emang mau sama siapa lagi? Kan, kamu yang istri aku. "
Helena tersenyum lirih mendengarnya. Bila dulu, jangankan untuk memiliki anak dengannya, bahkan Damian terlihat ogah-ogahan untuk menatap wajah Helena, entah apa yang merasuki laki-laki itu hingga berubah menjadi seperti ini sekarang, Helena tidak menduganya, bahkan saat dirinya diberikan kehidupan kembali oleh sang pencipta.
"Ayo, kita reka ulang adegan semalam, aku pengen punya anak sama kamu. " ujar Damian, kepalanya dia sandarkan di bahu ramping Helena.
Helena mengerutkan wajahnya mendengar ucapan nyeleneh Damian, "Kamu gila?! "
"Kok malah ngatain aku gila lagi, sih? " ujar Damian tidak terima, sudah kedua kali Helena mengatainya gila, masa ganteng-ganteng begini dikatain gila, sih?!
"Kamu gak lihat kondisi aku kayak gimana tadi pagi? Jangankan buat anak, aku jalan aja susah banget, kamu mau nyiksa aku? " kesal Helena, bagian bawahnya masing terasa sakit, walau tidak separah saat dirinya mandi tadi karena Damian sudah mengoleskan salep di bawahnya.
Tapi tetap saja, kalau di lakukan kembali, yang ada bagian bawahnya akan lecet!
"Masih sakit? Aku kira setelah di kasih salep langsung bisa sembuh begitu, kalau gitu nanti tiap pagi aku oleskan lagi salepnya biar cepat sembuh. " Damian mengambil satu tangan Helena dan di cium-cium nya dengan gemas, Damian tidak menyangka bahwa wanita yang dulu di tolaknya, kini malah membuat dirinya tergila-gila sekarang. Damian tidak bisa lepas dari pesona yang di pancarkan Helena akhir-akhir, melihat Helena di lirik laki-laki lain membuatnya terlihat kesal dan uring-uringan.
Setiap sumpah serapah yang Niko berikan pada Damian, menyumpahi agar Damian kelak mendapatkan karmanya, apakah ini karma yang di maksud? Kalau iya, Damian sangat senang akan karma yang di dapatkannya ini.
"Kamu pakai cincin pernikahan kita? Dari kapan?! " kaget Helena, dia memperhatikan cincin pernikahan mereka yang kini melingkar gagah di jari manis Damian, dari kapan Damian mengenakkan cincin itu? Helena pikir cincin milik Damian ini sudah di buang oleh laki-laki itu.
"Tadi di kantor, cincin ini aku simpan di dalam laci meja kerja aku di kantor, gak pernah aku buang sama sekali. Ngelihat cincin pernikahan kita yang tersemat di jari manis kamu, membuat aku ingin juga mengenakkan cincin punyaku. "
Helena menatap lambat cincin yang dulunya sangat enggan Damian pakai, bahkan saat acara pernikahan mereka telah usai. Damian dengan terang-terangan melepaskan cincin yang dia sematkan saat di atas altar pernikahan mereka.
Mengenai cincinnya yang masih tersemat apik di jarinya, saat Helena baru bangun setelah kem*tiannya dulu. Helena sudah ada pikiran untuk melepaskan cincin pernikahan di jari manisnya, mengingat di kehidupan sebelumnya, Damian selalu mencercanya soal perceraian, Helena pikir di kehidupannya kali ini Damian juga akan melemparkan surat perceraian padanya seperti di kehidupannya sebelum. Namun, saat ingin melepaskan cincin yang sudah tersemat di jarinya selama tiga tahun, ada rasa enggan dan tidak rela di rasakannya. Itulah mengapa cincin tersebut belum juga dia lepaskan hingga sekarang.
"Kamu benar-benar ingin memperbaiki hubungan pernikahan ini? " tanya Helena serius, ada rasa ragu di relung hatinya, takut bila akan ada kegagalan yang menerpa di pernikahan mereka kelak nanti.
Damian tersenyum teduh, mengerti akan kekhawatiran yang di rasakan Helena, dia mengambil kedua tangan Helena untuk dia genggam dengan erat. "Aku benar-benar serius ingin memperbaiki pernikahan kita, aku tau kamu masih ragu sama aku, tapi yang pasti aku benar-benar ingin hidup selamanya sama kamu, sama anak bahkan dengan cucu-cucu kita kelak nanti. "
"Aku berjanji, Helena. " ujar Damian sungguh-sungguh.
Beberapa saat, keduanya terdiam membisu hanya saling menatap dalam seakan berbicara melalui tatapan mata keduanya. Entah apa yang dipikirkan, Damian tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya pada Helena dengan gerakan perlahan, dan reaksi alami Helena pun dia tiba-tiba saja memejamkan matanya.
Hingga, bibir keduanya sudah saling bertemu. Ci*man tanpa paksaan atau n*fsu, keduanya saling melum*t menyalurkan perasaan membuncah yang di rasakan keduanya.
Entah apa adegan selanjutnya di lakukan pasangan suami-istri itu, hanya keduanya saja yang mengetahuinya.
semangat 💪💪💪