QUEENA NARANA, terlahir kembali setelah kematian tragis yang terjadi padanya.
dia meninggal di tangan adik kesayangannya sendiri, adik yang selalu dia manjakan, rawat dan jaga dengan hati-hati seperti berlian langka.
adiknya diam-diam membencinya dan selalu ingin membuatnya di benci oleh banyak orang, adiknya ternyata cemburu pada kehidupannya, dia iri pada kecantikan, prestasi, dan orang-orang yang mengidolakannya.
setelah terlahir kembali, Nara bersumpah untuk membalaskan dendam kepada adiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hz. ceria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. ikatan
Pagi ini mood Lana sangat bagus, dia benar-benar tidak sabar menunggu hasil dari pekerjaan Deni dkk. Meskipun bayaran yang nanti akan dia keluarkan sangat merugikan dirinya, tapi Lana sama sekali tidak perduli asalkan Nara hancur.
Masuk kedalam kelasnya Lana tersenyum dengan sangat lebar, Aruna yang melihat senyuman Lana yang sangat lebar merasa heran.
", ngapain lo senyum-senyum sendiri kayak orang gila?"
Lana duduk dan menatap Aruna," gak papa kok mood gue pagi ini cuma lagi baik aja," jawab Lana santai.
Aruna semakin mengerutkan keningnya tapi pada akhirnya Aruna tak mau peduli lagi, masalahnya saja belum selesai, Aruna beberapa hari ini memang menemukan masalah.
biasanya Keira akan membuat masalah di sekolah, tapi sudah hampir satu minggu ini dia tidak pernah membuat masalah apapun, bahkan hubungannya dengan ayahnya saja menjadi semakin baik dari hari ke hari.
Aruna pusing dan dia tidak tahu harus bagaimana caranya untuk membuat hubungan ayah dan anak kembali hancur, Aruna tidak mau selalu di bawah Keira, dia ingin menghancurkan Keira tapi dia bingung bagaimana caranya.
Ting ..
Suara notifikasi pesan masuk di hp Lana, Lana langsung buru-buru mengambil HP-nya, dan melihat ternyata itu pesan dari Deni, Deni hanya mengetik selesai, lana yang membaca pesan tersebut tidak bisa menahan kebahagiaannya lagi.
Lana dengan penuh semangat membalas pesan dari Deni, hingga akhirnya Deni meminta Lana untuk melakukan pembayaran yang telah mereka sepakati sebenarnya.
Lana setuju dengan cepat, dan telah di putuskan setelah pulang sekolah mereka akan bertemu di hotel yang telah di pesan.
Lana menyimpan hp nya dengan senyuman indah di bibirnya," nara kali ini Lo gak akan bisa lolos, setelah ini lo akan di benci semua orang, nggak akan ada orang yang suka lagi sama lo, baik itu ayah atau Mama, bahkan Nevan. semua orang akan benci sama lo, mereka bakal jijik sama lo, hahaha Nara gue bener-bener nggak sabar nunggu kehancuran lo sebentar lagi." batin Lana yang merasa puas.
Sementara Nara saat ini memutuskan untuk membolos, Nara pergi ke danau yang dulu menjadi saksi kematiannya, duduk di atas rumput Nara melihat sekitar danau, semaunya sangat sama seperti yang ada di dalam ingatannya yang artinya dia benar-benar tidak bermimpi, Nara terkadang-kadang merasa itu hanya mimpi, sehingga sering sekali nara bingung membedakan mana kenyataan dan mana mimpi.
dia benar-benar terlahir kembali, tuhan memberikan dia kesempatan terakhir kembali," apa aku jahat? apa aku terlalu kejam? tuhan mungkin pilihan ku ini akan menyakiti hati ayah dan ibu ku, tapi aku tidak punya pilihan lain, antara aku yang kembali mati, atau Lana hanya itu pilihan nya ...," gumam Nara dengan nada tenang, Nara tahu pembalasan dendam yang akan di lakukan pasti akan sangat melukai hati kedua orang tuanya.
Nara berjalan-jalan di sekitar danau hampir sepanjang hari, menikmati udara segar dan ketenangan yang hampir tidak pernah dia rasakan setelah terlahir kembali, sampai akhirnya dia memutuskan pergi.
sekitar pukul 13.00 Nara memakai topi hitam, masker hitam berjalan dengan tenang, sebenarnya saat ini Nara sedang mengikuti seseorang, dan orang itu adalah Riko.
sudah Nara katakan kalau dia tidak akan membiarkan siapapun menghalangi jalan balas dendamnya, dia tidak keberatan mengotori tangannya sendiri untuk menyingkirkan orang-orang yang berniat untuk menghalangi nya.
Riko memang secara sembunyi-sembunyi menghubungi Lana, dan ingin berbicara penting padanya, tentu saja Nara tahu apa yang ingin Rico katakan dan dia tidak akan pernah membiarkannya, Nara sudah mengikuti Riko saat Riko dkk keluar dari sekolah.
Berbelok di gang sempit Riko menghidupkan rokok dan menunggu kedatangan Lana.
Bugh ..
"aah ..," teriak Riko memegangi leher belakangnya yang sangat sakit," siapa Lo!" ujar Riko dengan merah pada orang yang tiba-tiba saja memukulnya.
Nara tidak mengatakan apapun mengangkat kakinya dan menendang wajah Riko dengan keras sebelum Riko bereaksi.
Bughh ..
Brukk ..
"aahh ..., sh*t!" umpat Riko.
Nara maju dan mengeluarkan pisau buah dari sakunya," ikut gue, atau mati di sini!" Nara dengan nada rendah.
Riko cukup ketakutan ketika melihat pisau buah diarahkan pada lehernya, bahkan Nara dengan sengaja sedikit menekan pisau buah tersebut sehingga menggores lehernya, darah merah segar mengalir dari Luka tersebut.
"g-gue i-ikut lo....," Riko dengan terbata-bata.
Nara dengan kasar menarik Riko, dan mendorongnya ke sudut yang tak terlihat, sekitar 30 detik Lana akhirnya datang.
"Riko mana sih ...., " ujar Lana mengeluarkan hp-nya dan segera menghubungi Riko, tapi tak ada jawaban sama sekali yang membuat lana kesal," dasar cowok sialan buang-buang waktu gue aja sih, nggak tahu apa kalau gue sibuk!" kesal Lana menghentakkan kakinya dan segera pergi dari gang tersebut.
Riko memang belum mengatakan apapun kepada Lana, dia hanya mengatakan ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting kepada Lana, dan untuk membahasnya mereka harus bertemu secara langsung.
Lana penasaran dan ingin mengetahui apa yang ingin dikatakan oleh Riko itulah mengapa dia setuju bertemu, tapi ketika tidak melihat Riko Lana sangat kesal.
Nara tersenyum sinis ketika melihat kepergian Lana, tentu saja Nara tahu kemana tujuan Lana saat ini," selamat bersenang-senang adik ku sayang ..," gumam Nara.
Riko memberontak tapi tak bisa melepaskan dirinya, dia sangat ingin menolong Lana saat ini, tapi untuk melepaskan dirinya sendiri saja dia belum bisa. Riko baru mengetahui kalau orang yang menahannya ternyata Nara, kakak dari Lana.
"lo bukan kakaknya lana kan!" ujar Riko dengan menahan diri, karena mau bagaimanapun saat ini pisau buah masih menempel di lehernya.
Nara mengangkat sebelah alisnya," gue kakak Lana, bahkan gue kakak kandungnya sendiri." jawab Nara dengan senyuman manis.
"kalau lo kakaknya Lana lo nggak mungkin ngelakuin hal kayak gini ke adik lo sendiri. Lana dalam bahaya karena Lo, Lo kakaknya tapi Lo gak punya hati, lo bahkan tega nyakitin adik lo sendiri. lo nggak mikir apa gimana nanti perasaan Lana, dia bakal sedih!" Riko
"ohh ... ya adik ku tentu saja akan sedih, tapi apa hubungannya sama gue hm?"
"Lo kejam, lo gak pantes menjadi seorang kakak!" Riko dengan nada marah
Nara hanya tersenyum, dan berkata dengan tenang tanpa emosi sedikit pun," Lana bisa ngelakuin itu ke gue, tapi kenapa gue nggak bisa ngelakuin hal yang sama ke dia?"
Riko terdiam tidak tahu harus menjawab bagaimana lagi, mereka awalnya ditugaskan Lana untuk menodai kakaknya, lalu dia akan memberikan kehangatan pada mereka. jadi pada akhirnya gagal ataupun berhasil Lana akan tetap memberikan kehangatan kepada mereka?
Riko terdiam seolah-olah sedang memikirkan sesuatu, Nara melepaskan Riko dengan tenang," kalau lo nggak pergi sekarang, lo nggak akan kebagian, nikmati tubuh wanita Lo suka sepuas-puasnya. atau lo mau tetap berdiri di sini, dan biarin temen-temen lo main-main sama orang yang lo suka ."
Riko menatap Nara sebentar, meskipun saat ini wajah Nara tertutup Riko masih bisa melihat tatapan matanya yang dingin, benar kata bosnya kalau Nara bukan orang yang bisa dianggap remeh.
Riko akhirnya pergi dengan cepat, Nara menatap kepergian Riko lalu bersandar di dinding gang tersebut.
"Lana ....," gumam Nara, Nara tak bisa berbohong hatinya masih sangat sakit, itu adalah adiknya sendiri, adik yang dia besarkan dan dia rawat dengan sangat hati-hati dan penuh kasih sayang.
Dia selalu menjaganya dan berusaha memberikan apapun yang adiknya inginkan, Nara teringat saat mereka masih kecil, Lana sering sekali bertingkah Manja dengannya, yang membuat Nara merasa terhibur dan sangat manis.
Lana akan menangis dengan sangat keras ketika terjatuh atau terluka, Lana kecil akan selalu memanggilnya kakak dengan nada manis dan manja.
Tapi memori itu perlahan-lahan hancur hanya karena kecemburuan, kecemburuan menghancurkan ikatan persaudaraan mereka.