Season 2 dari novel yang berjudul Dia Suamiku
Setelah 7 tahun berpisah, Mila kembali bertemu dengan mantan suaminya. Perpisahan mereka yang terpaksa oleh keadaan, membuat cinta dihati mereka tak pernah padam meski Elgar telah berstatus sebagai suami orang.
Akankan mereka kembali memperjuangkan cinta mereka demi sang buah hati?
Cerita itu adalah S2 dari novel yang berjudul DIA SUAMIKU.
Untuk lebih jelasnya, silakan baca S1 nya dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DMS 31
Minggu pagi Elgar sudah berada didepan rumah Mila. Lengkap dengan sepatu dan pakaian olahraga. Semalam dia janjian dengan Saga akan joging di car freeday.
Mila menepuk jidatnya saat membukakan pintu untuk Elgar. Bisa bisanya habis subuh dia sudah datang. Tak bisakah lebih siang dikit, bahkan Saga masih tidur saat ini.
"Aku tak suka kau datang dijam segini El." Mila mengeluh sambil mengantar Elgar kekamar Saga. "Apa yang dikatakan tetangga jika lihat kau bertamu sepagi ini?"
"Memangnya apa yang mereka katakan? Satpam sudah kenal aku, mereka tahu aku papanya Saga. Lagian aku tidak menginap disini, aku datang pagi hari."
"Sudahlah, malas berdebat denganmu." Mila mendengus kesal lalu meninggalkan Elgar dikamar Saga. Lebih baik dia tidur lagi mumpung weekend. Tapi boro boro bisa tidur, yang ada kepalanya malah pusing karena Elgar dan Saga yang terlalu berisik.
"Yang ini Pah."
"Yang ini saja."
Mila bisa mendengar keributan dikamar Saga setelah tadi mereka berisik dikamar mandi. Sepertinya kedua orang itu tengah sibuk mencari baju. Ingin kedua orang itu segera pergi dan dia bisa tidur, Mila menghampiri kekamar Saga.
Tubuh Mila mendadak lemas melihat kondisi kamar Saga. Hampir separo dari isi lemari berserakan diatas ranjang. Yang ada, setelah ini bukannya bisa tidur, tapi malah beres beres.
"Mamah." Panggil Saga ketika melihat mamanya bediri bersandarkan kusen pintu. Bocah itu tampak sudah siap dengan setelan trining olahraga dan topi. Belum pernah Mila melihat topi itu, sepertinya baru. Mungkin paper bag yang tadi dibawa Elgar berisi topi tersebut. Yang bikin Mila geleng geleng, tulisan ditopi tersebut.
"Harus gitu ya tulisannya?" tanya Mila sambil menunjuk dagu kearah topi Saga lalu menatap Elgar.
"Emang ada yang salah dengan tulisannya? Aku ganteng seperti papa. Dimana salahnya?"
Mila memutar kedua bola matanya jengah. Mantan suaminya terlalu narsis.
Sementara Saga kedapur untuk mengisi botol minumnya, Elgar mendekati Mila.
"Iri?"
Lagi lagi Mila memutar kedua bola matanya malas.
"Saga cowok, mana mungkin tulisannya aku cantik seperti mama. Tapi tenang saja, nanti kalau adiknya Saga cewek, bisa tuh dibuat tulisan kayak gitu."
Mila menghela nafas lalu menatap Elgar jengah. "Halu." Tekannya sambil berlalu menyusul Saga didapur. Sementara Elgar yang sedang bersedekap dan bersandar didinding tertawa cekikikan. Dia selalu bersemangat kalau urusan menggoda Mila.
Saga sudah siap dengan botol dengan tali yang melingkar dibahunya. Anak itu tampak sangat bersemangat. Tak lupa memamerkan topi barunya pada sang nenek yang sedang memasak. Tapi semangatnya itu mendadak turun saat melihat mamanya datang masih memakai piyama.
"Mamah kok belum siap sih?" Saga tampak kesal, dia sudah tak sabar ingin berangkat.
"Mamakan gak ikut. Saga pergi berdua saja dengan papa."
Saga tertunduk lesu, meletakkan kembali botol minumnya lalu duduk dikursi yang ada didapur. Mila mendekati Saga, menarik kursi disebalahnya lalu duduk. Sebenarnya Elgar sudah memaksanya ikut kemarin, tapi Mila kekeh menolak karena tak baik mereka selalu bertiga dengan status Elgar saat ini.
"Mamakan udah pernah bilang, kita gak bisa selalu bertiga."
Mata Saga mulai berkaca kaca. Padahal sejak semalam dia sudah berangan pergi bertiga pagi ini. Menghabiskan waktu bertiga seperti anak anak lain yang seringkali dia lihat.
Elgar yang baru sampai didapur langsung menyahuti. "Ikut napa Mil. Kasihan Saga, pengen jalan bareng papa mamanya."
Mila langsung menatap Elgar tajam, bukannya membanntunya membujuk Saga, dia malah ikutan mengompori.
"Ikut ya mah, ayo mah." Rengek Saga sambil menarik narik baju Mila.
"Ayolah Mil, gak kasihan apa sama Saga?"
Mila menatap jengah pada Elgar. Dia bangun dari duduknya lalu menghampiri Elgar, menariknya sedikit menjauh untuk bicara berdua.
"Aku gak suka kamu ngompori Saga kayak gitu. Ingat El, Saga memang anak kamu, tapi aku bukan istri kamu. Jadi please berhenti memaksakan kita selalu bertiga."
Elgar tersenyum getir sambil geleng geleng.
"Emang kenapa kalau kita selalu bertiga? Toh kita ngelakuin itu buat Saga."
Mila mendengus kesal sambil membuang muka. Lelah juga ngomong sama orang yang gak paham paham, maunya selalu menang sendiri.
"Apa sih Mil yang buat kamu enggan dekat dekat dengan aku? Mikirin perasaan Salsa?" Elgar tersenyum sinis. "Dia aja lagi enak enakan sama selingkuhannya, ngapain kamu pikirin. Yang perlu kamu pikirin itu kebahagiaan Saga, cuma itu," Elgar menekankan.
"Kamu salah, aku gak mikirin perasaan Salsa, tapi mikirin harga diri aku. Gimana pendapat orang jika lihat aku jalan sama suami orang? Aku akan dicap pelakor." Tekan Mila sambil memelototi Elgar. Amit amit jabang bayi dia sampai dicap pelakor. Bisa bisa dihujat wanita seindonesia.
"Kita gak berduaan, tapi bertiga sama Saga."
Mila bergeming, malas sekali bicara dengan Elgar. Sejak dulukan selalu begitu, Elgar hanya mau didengar, selalu mau menang sendiri.
Disaat keduanya sama sama diam, sibuk dengan pikiran masing masing, Saga datang menghampiri.
"Ayo pah kita berangkat." Dengan wajah murung Saga menggandeng lengan Elgar.
Mila dibuat dilema, tak tega melihat ekspresi Saga seperti itu.
"Ayo." Elgar menatap Mila tajam lalu menuntun Saga keluar.
"Nanti mama nyusul." Meskipun berat, akhirnya kalimat itu meluncur dari bibir Mila.
Saga langsung menghentikan langkahnya. Berbalik lalu berlari menuju mamanya dan memeluknya.
"Makasih mama."
Ditempatnya berdiri, Elgar tersenyum melihat kedua orang tercintanya. Rasanya tak sabar ingin bisa selalu bersama Mila dan Saga.
...----------------...
Setelah mandi dan siap siap, Mila segera berangkat menuju tempat Saga dan Elgar. Dia kesana naik ojol agar lebih cepat. Takutnya Saga kelamaan nunggu dan berakhir ngambek lagi, dikira mamanya bohong.
Tadi saat dia chat Elgar, pria itu bilang menunggunya ditaman area car freeday. Turun dari ojol, Mila gegas berlari kecil alias joging ketempat itu.
"Mil, Mila." Mendengar ada yang memanggil, Mila mengedarkan pandangan mencari sosok yang memanggilnya.
Mila syok melihat Aden berada tak jauh darinya dan melambaikan tangan padanya. Pria itu ternyata joging disini juga. Dan sekarang sedang berlari menghampirinya. Bisa gawat jika Aden tahu dia bersama Saga dan Elgar disini.
"Sering joging disini juga?" Tanya Aden begitu dia sampai ditempat Mila.
Mila mengangguk sambil tersenyum absurd. Selanjutnya mereka joging bersama sama. Aden tak menyangka jika pagi ini dia sangat beruntung. Tiba tiba bertemu dengan Mila jelas kebahagiaan tersendiri buatnya.
"Kok kita gak pernah ketemu ya dulu dulu? Padahal hampir setiap minggu kalau gak lembur, aku pasti kesini. Aku tinggal disana." Aden menunjuk tower apartemen yang tak jauh dari tempat itu.
Mila tak menanggapi, dirinya bisa fokus saat ini. Dia takut Saga dan Elgar tiba tiba datang. Tidak ada yang boleh tahu jika dia mantan istri Elgar dan punya anak dengannya. Cukup Billi seorang saja yang tahu. Kalau sampai satu kantor tahu, akan jadi masalah besar.
Pandangan Aden tiba tiba tertuju pada sepatu yang dikenakan Mila.
"Sepatu kamu...kok sama kayak punya Pak Elgar?"
Mila mendadak tersedak ludahnya sendiri. Astaga, Aden sungguh jeli. Aspri teladan karena sepatu bosnya saja dia hafal. Bukannya ingin memakai sepatu pemberian Elgar, hanya saja, cuma sneakers ini yang dia punya. Barang barangnya banyak yang tidak dia bawa saat pindah ke Indonesia. Hanya sepatu ini saja yang dia bawa karena ada nilai lebih dihati Mila.
"Emmmm...masak sih? Kebetulan sama kali. Biasalah, sepatu ditoko kan gak cuma satu aja, hehehe." Mila tertawa untuk menyembunyikan kegugupannya.
"Iya kali. Lagian punya Pak El udah gak pernah dipakai, rusak kali. Dulu dipakai terus, sampai aku hafal."
Mila merasakan ponsel yang ada disaku hoodinya bergetar, kemungkinan Elgar yang menelepon untuk menanyakan posisinya.
"Kenapa Mil, muka kamu kok kayak tegang gitu?"
"Eng, enggak papa."
Mila sedang berfikir bagaimana caranya pergi dari Aden. Tapi belum ketemu idenya, matanya menangkap sosok Elgar dan Saga yang berlari lari kecil didekat taman. Dan sialnya, Saga juga melihat kearahnya.
Mila menoleh kearah Aden, sepertinya pria itu belum menyadari keberadaan Elgar disana. Buru buru Mila memberi kode pada Elgar agar menjauh. Tapi sayang, Saga sudah berlari kearahnya. Ingin berbalik arah, tapi nanti Saga pasti mengejarnya.
Mila meletakkan telunjuknya dibibir, berharap Saga diam, tak memangilnya mama.
kek penyakit kali dengar jnda
Lo selingkuh sama laki-laki yang mencintai Lo.
di bisa memberi Lo kebahagian yang tidak Lo dapat dari Elgard
tidak tau siapa aja yang kerja di perusahaan ya El